22; major distraction

3.2K 616 342
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Malam semakin larut.

Suara binatang malam berderik keras seiring pekatnya awan kelabu yang membentang di atas sana. Eksistensi bulan sudah lenyap, digantikan dengan kilatan petir yang menyerupai cambuk bercahaya. Hujan seolah menunggu waktu yang tepat untuk jatuh dengan debit air yang cukup keras hanya dalam hitungan detik. Suasana begitu mencekam, angin pun seolah ikut berdesir membawa kerisauan. Bangunan di sekitar Parthenon tampak semakin megah dibalik temaram lampu berwarna kuning yang jumlahnya tidak seberapa.

Wonwoo terbaring bersama Junhui di atas lantai Parthenon yang penuh debu. Satu kata yang dapat mendeskripsikan keadaan mereka berdua; kacau.

Energi mereka berdua menurun drastis sehingga niat pulang pun tidak terealisasi. Padahal Wonwoo sudah luar biasa panik setelah Junhui berkata bahwa yang bertopeng ada di dalam rumahnya sekarang, di mana itu merupakan tempat teman-temannya berkumpul. Wonwoo tidak tahu siapa, yang jelas selama ini dia dikelabui oleh orang yang dikenalnyaㅡitu sudah pasti. Akan tetapi entah kenapa pikirannya selalu mengarah pada satu nama dan itu adalah rekan kerjanya sendiri, yaitu Jeonghan. Lagi-lagi Wonwoo bertanya dalam hati, tapi apa tujuannya?

Junhui terlihat sudah tertidur dalam diamnya ketika Wonwoo menoleh ke arah sebelah. Pria itu sudah banyak bekerja keras selama ini dalam banyak hal; mengikuti sekaligus menjaga Wonwoo, memikirkan waktu yang tepat untuk bertemu di atas tanah Parthenon yang merupakan kuil Athena dan hal lainnya. Meskipun yang Junhui dapatkan selama ini hanyalah prasangka buruk dan dicurigai karena sikapnya yang misterius.

Wonwoo menatap puing-puing Parthenon, merasakan tubuhnya nyeri di banyak titik terutama di kepalanya yang katanya terlilit oleh daun zaitun emas. Sampai sekarang pun Wonwoo tidak bisa melihat bentuk mahkotanya, tetapi semakin hari ketika bulan purnama semakin dekat, Wonwoo bisa merasakan energi magis yang aneh menyatu dalam dirinya. Rasanya tidak bisa dideskripsikan dengan ungkapan kata, lalu bukti bahwa beberapa waktu lalu tubuhnya sempat disinari oleh cahaya asing juga dapat ia rasakan.

Tentang ekspresi terkejut Junhui.

Tentang perubahan fisik di mana rambutnya berubah menjadi biru.

Bahkan Wonwoo sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya dimana irisnya berubah warna menjadi biru pula.

Wonwoo bisa merasakannya, namun ia tak bisa mengontrolnya. Bagaimana kekuatan itu bisa muncul, apa kegunaannya dan kapan ia bisa berubah menjadi sosok itu lagi. Ia tidak tahu. Yang pasti semuanya berubah ketika tetesan darah yang keluar dari telapak tangannya menyentuh lantai Parthenon. Pandangan Wonwoo sempat menggelap dalam sekejap, lalu entah kenapa dia bisa menyaksikan bangunan Parthenon yang utuh bersinar menyerupai emas.

Semuanya aneh, seperti de javu. Rasa asing ini pertama kali Wonwoo dapat ketika dirinya pergi ke masa lalu menjadi sosok Jullius.

Mata Wonwoo mulai berat, perlahan dia juga terlelap seperti Junhui. Masa bodoh dengan penjaga yang akan menemukan tubuh mereka berdua dengan luka lebam di area wajah dan terkapar seperti mayat esok pagi. Wonwoo hanya ingin tidur sebentar, setidaknya hingga lelahnya berkurang.


UNSEENWhere stories live. Discover now