08; the little thief

4.1K 699 111
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ketika berada di dalam satu ruangan, biasanya Wonwoo dan Jeonghan akan selalu beradu pendapat, membicarakan hal acak terkait kejadian semalam maupun bertukar kelakar untuk melepas penat. Tapi tidak untuk hari ini. Bertemankan dengan tiga gelas kopi dinginㅡkarena cuaca cukup terik dan satu stoples kacang almond di meja, keadaan jam istirahat mulai terasa mencekam karena tidak ada yang membuka pembicaraan.

Jeonghan duduk di kursinya, ia menyatukan kedua tangannya seperti hendak berdoa. Kedua alisnya menukik tajam. "Jadiㅡ" ungkapnya pelan, dahinya semakin membentuk lipatan kasar. "ㅡselama ini kau menyembunyikan sesuatu yang besar dariku."

Sejenak Wonwoo menahan napas karena gugup, dia tidak berani menatap Jeonghan. "A-aku akan memberitahumu dalam waktu dekat, lagipulaㅡ"

"Kau tidak memberitahuku bahwa diam-diam kau liburan?"

Jantung Wonwoo terasa seperti berhenti berdetak sesaat. "Apㅡhah? Apa maksudmu?"

Dan Jeonghan tertawa seketika, "Kau pikir aku tidak tahu, ya? Kalian berduaㅡ" Jeonghan ikut menunjuk Emily yang duduk di sisi Wonwoo. "ㅡmelakukan perjalanan ke luar kota hanya berdua, kan?"

Awalnya Wonwoo terkejut bukan main karena tiba-tiba Jeonghan masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu sehingga tak memberinya waktu lebih untuk menyembunyikan Emily yang memang selalu ia bawa kemana-mana. Dan pria itu langsung duduk, seperti hendak membongkar apa yang selama ini Wonwoo simpan secara rapat.

"Maksudmu ke Delfi waktu itu?"

Jeonghan berdeham, "Aku sudah curiga ketika dahimu berbalut plester dan aku juga menemukan peta Delfi di bawah tumpukan bukumu."

Sebenernya tidak masalah. Toh, Jeonghan hanya menganggap kedatangan Wonwoo ke Delfi waktu itu hanya sebagai liburan semata. Tapi yang membuat Wonwoo risih ialah tatapan menohok yang diberikan temannya itu, seolah-olah ia tertangkap basah telah mencuri berlian di toko perhiasan.

"Kau belum mengerjakan laporan kunjungan minggu ini," terdengar samar nada desahan Jeonghan terselip di antara kalimatnya. Dia juga menatap Emily kembali, gadis itu balik menatapnya. "Aku tidak melarangmu untuk menghabiskan waktu bersama, tapi tetaplah bersikap profesional. Pimpinan menyuruhku mencari pengganti Mingyu untuk menyelesaikan proyek paling lama minggu depan, karena itu aku melepas tanggung jawabku sebagai pemandu selama beberapa saat."

Pundak Wonwoo turun secara sinkron bersamaan dengan punggungnya yang menyentuh sandaran kursi. Rencana yang ia buat tadi malam selepas pergi ke pemakaman Mingyu menjadi berantakan, hari ini ia tak bisa mengunjungi Orakel meskipun jam kerjanya hanya sampai jam makan siang. Tatapan Jeonghan yang semakin serius seiring waktu benar-benar membuktikan bahwa pria itu kini memikul tanggung jawab besar dan memperingati Wonwoo untuk tak main-main lagi dengan pekerjaannya.

"Aku mengerti, maaf."

"Kai tahu sendiri, Won, aku suka kini kau menikmati hidup dengan lebih banyak menghabiskan waktu bersenang-senang dengan lawan jenisㅡ" dan Jeonghan menatap kembali Emily yang masih memperhatikannya seperti tanpa berkedip. "ㅡtapi tidak seperti ini."

UNSEENWhere stories live. Discover now