04; the game is starting

5.8K 826 161
                                    

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.


"Tidak, Tuan. Maksudku, Wonwoo. Itu tidak mungkin terjadi, itu hanya sebatas mitologi."

Mingyu menggeleng dengan cepat setelah melepas kacamata lasnya. Tidak peduli wajahnya yang sudah kotor karena peluh yang dihasilkan sehari penuh setelah bekerja. Dia kira basa-basi Wonwoo hanyalah sebatas awal jalinan pertemanan dengan saling memanggil nama masing-masing dan mengajaknya meminum teh hangat bersama setelah jam kerja usai.

Wonwoo sudah tahu jika Mingyu akan menyangkal. "Kau pikir aku percaya pada awalnya? Mingyu, kau dan aku memiliki nasib yang sama. Kita diburu oleh sesuatu yang jahat dan kita akan mati sebelum bulan purnama selanjutnya."

Masih dengan nada tidak percaya, Mingyu melontarkan opininya. "Apa yang sudah aku lakukan sehingga mendapat berkah dari dewa? Dan dewa atau dewi mana yang sekiranyaㅡah, sial."

Wonwoo sangat mengerti bagaimana perasaan Mingyu sekarang, pria itu bingung dengan kebenaran yang memang tidak bisa dicerna nalar. Wonwoo sendiri harus pergi ke Orakel Delfi untuk membuktikan bahwa ramalan yang ia kira hanya racauan itu sungguh ada. Bahkan ketika Wonwoo bercerita tentang Emilyㅡyang kini tengah bersembunyi di bawah meja Jeonghan yang kosong, Mingyu masih enggan percaya. Ini terlalu tabu dan tidak masuk akal.

"Aku hanya tukang las, Wonwoo. Aku pergi ke Yunani hanya untuk berlibur pada awalnya dan aku tak melakukan tindakan apapun yang bisa disebut heroik sehingga aku bisa mendapat... aku harus menyebutnya dengan apa? Mahkota pemberkatan?" Ia tertawa dengan sarkasme yang diiringi dengan senyum meremehkan.

Namun, Wonwoo menanggapinya dengan tenang. "Kau harus membantuku mengumpulkan orang spesial lainnya mulai saat ini. Lalu kita bersama akan pergi ke Orakel Delfi untuk meminta petunjuk. Itupun jika kau ingin tetap hidup."

Sementara Wonwoo menumpukkan tangan di atas meja, Mingyu justru meremas amplop yang berisi upah atas kerjanya sehari penuh, tidak peduli lembaran uang euro di dalam akan tertekuk lusuh. Mingyu tumbuh besar sebagai pemuda yang dekat dengan lingkungan yang modern, dia mengikuti perkembangan zaman pula. Takdir mengantarkannya menemukan pekerjaan yang dirasa pas di kota Athena, apalagi disini banyak terdapat situs sejarah yang banyak membutuhkan perawatan.

Lalu setengah jam kemudian Mingyu pulang, masih dalam keadaan setengah marah. Sepanjang perjalanan ia menekuk dahinya dan merutuki pertemuannya dengan Wonwoo hari ini. Meskipun dalam hatinya ada segelintir rasa untuk percaya, tetap saja akal sehatnya masih bekerja sebaliknya.

Pria jangkung itu tak memiliki mobil untuk pergi kembali ke rumah, dia hanya membawa motor biasa yang sudah ia modifikasi baik rupa maupun warna keseluruhan. Tangannya sibuk menempatkan perkakas las yang ia bawa, memasukkannya ke dalam tas kerja lalu mengikatnya di jok bagian belakang. Asap knalpot mengepul memenuhi seisi ruang parkir museum ketika mesin dinyalakan dan pemiliknya justru semakin tertantang untuk tancap gas di atas kecepatan rata-rata.

Wonwoo menggeleng di balik kaca jendela ruangan, "Harusnya dia pergi ke Orakel Delfi dan melihat sendiri apa yang tidak bisa dilihatnya." Kemudian ia menatap kembali jam tangan yang melingkar di tangan kiri. Sudah pukul setengah delapan.

UNSEENМесто, где живут истории. Откройте их для себя