Prolog

316 141 192
                                    

Hai salam kenal aku Lina.

Selamat ya yang baca lapak Alana.
Sebelumnya aku minta maaf ini kali pertama aku buat cerita,bukan pertama sih udah pernah tapi males lanjutin.

Semoga ramai lapak ini.Aamiin

Kalian kalo baca wp tim apa?sad ending?happy ending?

Jangan lupa vote dan komen say.

lop lop untuk kalian🖤

Happy Reading 🖤🖤🖤

.
.
.

"Ken."Teriak Alana.

"Ken,tunggu Ana."

Namun nihil teriakan Alana diabaikan begitu saja oleh Kenzi. Kenzi mempercepat jalan dan memasang earphone ditelinga.

Sekuat tenaga gadis itu menyeimbangkan jalannya.

Alana memegang lututnya mengambil nafas dalam-dalam. Terlihat nafas gadis ini  terengah-engah. Namun Kenzi tak menghiraukan Alana yang ada didepannya, dia hanya menatap kosong kedepan.

Ingin sekali Alana mengutuk sang kekasih.Bagaimana tidak sedari tadi Alana hanya diabaikan olehnya.Alana benci diabaikan oleh orang lain.

Tangan Alana meraih pundak Kenzi,menatap mata Kenzi dengan dalam.Tatapan itu hanya seperkian detik saja.Tangan Alana ditepis Kenzi dengan kasar.

"Enzi,Maafin ana."

"Ana ga bermaksud begitu."

"Ana tau kok,Enzi lebih sayang Fio dari pada Alana."

"Tapi Ken,Alana pacar Enzi."Jelas Alana.

"Enzi maaf,kalo Alana cemburu."

Alangkah mengejutkannya seorang Alana mempermalukan dirinya sendiri,untungnya di koridor tidak terdapat siapapun.

"En..."

"Udah cukup bacot nya?"Mata kenzi melotot,tatapan itu menciutkan keberanian alana.

Kenzi melangkah,kemudian mencengkram rahang Alana dengan kasar.

"DENGAR BAIK-BAIK!!PASANG KUPING LO SEKARANG!!"

"FIOLISA PEREMPUAN YANG PERFECT,GAK KAYAK LO KELUYURAN GA JELAS,CEWE MURAHAN!!"

"LO BANGSAT TERLALU NGEJAR GUE,GUE RISIH ANJING!!"

"GUE KASIHAN SAMA LO,ANAK KURANG KASIH SAYANG!"

"HAUS KASIH SAYANG,MURAHAN."

"DAN SATU LAGI JANGAN PERNAH SENTUH FIOLISA!!"

Begitu berarti ya fiolisa buat Lo Ken, padahal gue kurang apa,gue cantik, gue pinter,gue suka menabung,gue terlihat sempurna bahkan cowo diluar sana banyak yang pengen jadi Lo,gue bahkan rela menolak orang yang tulus sayang sama gue hanya karena Lo, Ken gue gatau kenapa Lo bisa nerima gue,kalo Lo sendiri ga bisa sayang dan cinta sama gue. Batin Alana.

"SEKALI ADA LECET DI TUBUHNYA, SIAP-SIAP LO MATI DI TANGAN GUE!"

"INGAT ITU BAIK-BAIK BANGSAT!!"

"Lo ga perlu berharap lebih!"tekan Kenzi

Perih.yang dirasa Alana cengkraman kenzi begitu kuat. Alana terpejam merasakan sakit.

"Te...rus enzi ma..carin Alana buat apa?"

"GUE CUMAN KASIHAN SAMA LO!."

"Sadar diri bangsat."

deg

Jantung Alana seketika tidak berdetak. Kenzi melepaskan cengkramannya.

Alana tertunduk lemah, kenzi gaakan mau memaafkan kesalahan Alana. Pikiran negatif terus menghantui Alana.Cairan bening yang ditahan Alana keluar, dengan cepat Alana menyapu.

Kepala Alana menatap mata kenzi,dan tersenyum.Terlihat dari mata gadis betapa menyedihkan dirinya ini, Alana mengutuk dirinya sendiri. Kenapa gue lemah banget sih. Selalu begitu dan terus begitu,mental Alana terlalu kuat untuk menghadapi Kenzi.Meski selalu Kenzi buat terluka namun Alana selalu memaafkan.

"Ana pulang."

Alana dengan cepat berjalan meninggalkan Kenzi yang masih mematung di koridor kelas 10.

Terhanyut dalam lamunan Kenzi tersadar atas ucapannya. Dengan tergesa-gesa kenzi berlari keparkiran sekolah berharap Alana masih di lingkungan sekolah mereka.

Kiri kanan mata menyorot namun sosok yang dicari tidak ada batang hidungnya sama sekali.

Kenzi melajukan motornya perlahan memastikan gadis yang dicarinya masih dilingkungan sekolah. Tempat demi tempat ia datangi,usaha Kenzi nihil tidak ada,menandakan gadis itu sudah pulang. Dengan cepat Kenzi melajukan motornya menuju rumah Alana.

Sesampainya depan pagar rumah Alana, Kenzi turun dan memanggil pak Anton-sopir sekaligus pekerja dirumah Alana.

"Pak Anton." panggil Kenzi,

Dengan melambaikan tangan kepada Pak Anton yang sedang menyapu di halaman.

Pak Anton yang merasa namanya di panggil segera berjalan menuju pagar dan membukakan pagar dengan sigap.

"Ada apa den?"

"Alana ada dirumah pak?"

"Non Alana belum pulang den."

..TBC..

 
  

𝐀𝐥𝐚𝐧𝐚 𝐌𝐚𝐡𝐞𝐫𝐬𝐨𝐧Where stories live. Discover now