Satu

5.6K 337 15
                                    

[STRANGERS]

Orang bilang, rumah adalah tempat ternyaman untuk disinggahi. Rumah adalah tempat kita berlindung, tempat kita mendapatkan kasih sayang tulus, tempat melepaskan beban dan penat yang sangat tepat. Mungkin opini itu hanya berlaku untuk sebagian orang. Sebagian lainnya, menganggap sebuah rumah adalah suatu tempat yang tidak penting. Bahkan menganggapnya adalah neraka dunia untuk mereka.

Mengapa? Karena mungkin, orang yang menganggap sebuah rumah adalah neraka, mereka mendapatkan perlakuan tidak baik dari orang-orang yang menghuni rumah atau terdapat sesuatu yang sangat buruk didalam rumah. Entahlah, mereka semua memiliki alasan masing-masing dan kita juga memiliki opini masing-masing.

Wanita cantik dan ceria yang berkelahiran tahun sembilan puluh tujuh ini tidak pernah menganggap rumahnya sebagai sebuah neraka. Tidak juga menganggap rumahnya sebagai tempat yang tepat untuk ia singgahi. Han Jin Na mencintai rumahnya. Hanya saja, tidak dengan penghuni rumahnya.

Rumah yang ia tempati saat ini adalah sebuah rumah peninggalan Ibu tercintanya. Banyak kenangan indah yang tersimpan didalam rumah. Seharusnya, tempat ini sebagai tempat persinggahan yang paling tepat untuk Jinna. Mungkin dulu saat Ibunya masih ada dunia, Jinna menganggap rumahnya ini adalah tempat paling terhangat dan ternyaman di dunia. Karena ada sang Ibu yang selalu menanti kepulangannya dan siap memberikan jutaan kasih sayang yang tulus untuknya.

Untuk saat ini, Jinna rasa rumahnya bukan tempat yang hangat dan nyaman lagi. Semenjak kepergian Ibunya yang meninggalkan Jinna bersama Ayah tirinya di dunia, hidup Jinna berubah. Hari-hari yang dilewatinya terasa lebih berat. Tidak seperti dulu. Saat Jinna masih kecil berumur tujuh tahun, ia harus kehilangan Ayah tercintanya. Dan satu tahun yang lalu, ia kembali kehilangan Ibu tercintanya. Tidak ada lagi yang bisa melindungi Jinna dengan setulus hati seperti Ayah dan Ibu kandungnya.

"HAN JIN NA!" Suara teriakan seorang pria paruh baya memenuhi sebagian rumah. Pria paruh baya tersebut berjalan tergesa menuju sebuah pintu kamar.

Hidup Jinna sejak dulu selalu berkecukupan. Orangtuanya memang bukan berasal dari kalangan orang kaya. Tapi mereka selalu bisa memenuhi kebutuhan Jinna tanpa kekurangan sedikitpun. Kali ini, Jinna sendiri yang harus mencari uang untuk memenuhi kebutuhannya. Ayah tirinya sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan Jinna. Jangankan memenuhi kebutuhan Jinna, untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri saja, Ayah tirinya sudah tidak mampu lagi.

"HAN JIN NA!" Teriak pria paruh baya itu kembali sambil mengetuk atau lebih tepatnya menggedor pintu kamar dengan tidak sabaran.

Berbicara tentang Ayah tiri Jinna, dulu saat Jinna pertama kali berkenalan dengan Ayah tirinya. Ia mengenal sosok Tuan Lee yang menjadi Ayah tirinya itu memiliki sifat yang hangat, tidak pemarah seperti sekarang.

Empat tahun yang lalu pernikahan Ibu tercintanya dengan Ayah tirinya berlangsung. Tidak ada keributan serius yang terjadi dihubungan mereka berdua. Jinna senang sekali akhirnya sang Ibu mendapatkan pasangan yang tepat. Ayah tirinya sangat mencintai Ibunya dengan setulus hati.

Alasan Jinna menerima kehadiran Ayah tirinya dulu, karena ia rasa sudah waktunya sang Ibu memiliki pasangan baru. Sudah saatnya ia juga memiliki sosok Ayah baru. Walaupun saat pernikahan Ibu dan Ayah tirinya telah berlangsung dan mereka hidup serumah, Jinna tetap tidak merasakan kasih sayang yang tulus dari seorang Ayah. Jika Ayah tirinya berada dirumah, mereka tetap saja jarang sekali bertegur sapa. Hanya sesekali jika itu pun dibutuhkan.

Tak membutuhkan waktu lama, sang empu yang memiliki kamar tersebut keluar dengan wajah yang bingung. "Ayah, ada apa?"

"Aku butuh uang, cepat berikan aku uang sekarang juga." Pria paruh baya tersebut menadahkan tangannya di depan wajah sang putri.

STRANGERS ; fangirlWhere stories live. Discover now