Menemukan Tujuan

12 1 0
                                    

Perpustakaan utama pagi itu lumayan sepi. Hanya ada beberapa orang yang mengisi bangku-bangku di dekat rak buku. Shania duduk di salah satu bangku, menekuri buku bacaannya. Dua orang lagi, duduk di sofa di depan televisi, menonton berita dengan ekspresi yang terlampau serius.

Perpustakaan utama Fakultas Ilmu Komunikasi memang terbilang mewah. Ruangannya luas dengan dua ratus lebih loker di dekat pintu masuk. Di sayap kanan ruangan, ditempatkan televisi 40 inci yang menayangkan channel lokal, nasional, dan internasional. Disediakan pula sofa empuk untuk duduk.

Sedikit ke dalam, bangku-bangku, meja panjang, dan puluhan rak buku berwarna cerah berjejer rapi. Setiap rak memiliki nomor penanda dan setiap buku memiliki barcode. Pencarian buku dilakukan via komputer di depan rak untuk mengecek ketersediaan dan menemukan lokasi  penyimpanannya sesuai nomor. Pencatat presensinya canggih sehingga mahasiswa yang ingin masuk tinggal memindai kartu mahasiswa sebelum masuk.

Pintu masuk dan pintu keluarnya memiliki sensor, dan jika ada yang berani mencuri buku-buku yang dilengkapi barcode tersebut, pintu itu menjerit nyaring sehingga mahasiswa yang ketahuan malu setengah mati. Biasanya, beberapa mahasiswa yang pelupa atau bandel pasti pernah melewati pintu dan diteriaki oleh mesin itu.

Setiap kali menginjakkan kaki di perpustakaan utama, Shania selalu merasa takjub. Meskipun sudah tiga tahun lebih ia menjadi mahasiswa di kampus ini, ia masih sering tersenyum saat mengingat betapa beruntungnya ia punya kesempatan belajar di sini.

Awalnya, Shania hanya tertarik dengan embel-embel "Best School of Communication" yang melekat pada fakultas ini selama bertahun-tahun. Ternyata, gelar itu memang pantas disematkan di kampus ini. Karena itulah, ketika pendaftaran SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) mulai dibuka, Shania langsung memilih prodi favorit di fakultas ini; ilmu komunikasi.

Sekarang, saat akan lulus, ia mulai bertanya-tanya... Dulu, apakah tujuannya kuliah hanya untuk membuktikan diri kalau ia bisa diterima di kampus terbaik? Untuk mengalahkan rival dan teman-temannya di SMA? Atau untuk membuktikan pada ibunya bahwa mengambil jurusan IPS saat SMA dulu bukanlah hal yang memalukan?

Mungkin dulu, itulah tujuannya. Namun sekarang, Shania sudah menemukan tujuan yang tepat; menyelesaikan skripsi ini dan menjadi wisudawati cumlaude dari kampus terbaik agar ia bisa membantu yayasan pendidikan luar biasa yang dikelola ayahnya.

Ia akan lulus dengan nilai yang tinggi, bagaimanapun caranya. Kini, ia tak akan menanti lagi.

Kini Shania yang akan mengejar.



.
.
.
.
.
.
.
.
.

⛱️Pojok Curhat!
🌟🌟🌟

Huwaa aku ngelanjutin ini lagi. Udah beberapa kali putus nyambung dengan cerita ini. Emang niatnya kurang. Duh, astaghfirullah 😂
Oiya, pojok curhat terus buka. Kalau mau cerita atau tanya-tanya tentang dunia kampus, aku sangat terbuka! Boleh di bagian komen atau di private message. Semangaaat!

SKRIPSQUAD [SQUAD SEMESTER AKHIR]Where stories live. Discover now