Bunga Keduapuluhempat

21 5 3
                                    

Dahulu kala, lautan itu tenang. Air di sana selalu diam. Warnanya biru. Jika mata memandang akan membuat kita merasa damai dan sejuk.

Lautan dikuasai oleh dewi laut. Dia adalah perempuan yang cantik jelita. Siapapun yang melihatnya akan merasakan kesejukan.

Dewi laut sangat menyukai bunga petunia. Bersama bunga itu, ia merasa tersejukkan. Hatinya selalu tenang dan damai.

Sampai suatu ketika, separuh pekarangan bunga petunia yang ia miliki ikut terbakar oleh para manusia yang berniat membumihanguskan hutan untuk membuka lahan. Para manusia juga membuang banyak benda ke lautan hingga mengganggu keindahannya.

Perbuatan yang dilakukan mereka itu membuat dewi laut merasa tidak nyaman. Awalnya dewi laut memperingatkan mereka untuk berhenti melakukan itu. Tapi para manusia malah terus menerus melakukan hal yang sama hingga merusak hampir seluruh bunga kesayangan sang dewi laut.

Dewi laut pun marah besar. Air laut pasang dan membentuk gelombang air besar hingga menelan habis tempat tinggal para manusia. Kemarahan itu berlanjut pada dendam yang tak berkesudahan. Sejak saat itulah, ada air laut yang sudah tidak tenang lagi. Orang-orang sekarang menyebutnya dengan ombak. Sedangkah kemurkaan yang berupa gelombang air besar itu dinamakan tsunami. Bunga petunia pun kini dimaknai dengan kehadiranmu membuatku nyaman, kemarahan, dan dendam.


=============================================================

Hari Ke-24: Buat cerita rakyat tentang terjadinya ombak.


Flowers Words: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019Where stories live. Discover now