Status : Gagal

100 50 44
                                    

Sorenya, Kinan dan Andaria datang menjenguk.

"Berdua saja?" tanyaku celingukan.

"Lainnya langsung pulang dari rumah sakit. Takut kemalaman," jawab Kinan memperhatikan jahitan di kakiku.

"Bobbi  ikut, tapi disuruh Pak Dodik ngambil sepedamu dulu," sahut Andaria.

Kinan menyampaikan kabar kalau Miss Rosa membagi mereka bertiga ke dalam kelompok lain sebagai imbas insiden Balijestro. "Kamu dan Desika jadi satu-satunya duo. Presentasinya masih lama, kok. Miss Rosa bilang buat ujian praktik saja nanti."

"Catatan selama dua hari kamu enggak masuk. Bisa buat nyusul belajar." Kinan menaruh buku di atas meja.

"Punya Bobbi?" Aku mengernyit membaca nama di sampulnya.

Kinan tersipu. "Kemarin aku pinjam. Catatan Bobbi selalu yang paling rapi."

"Yang paling rapi siapa? Catatannya atau orangnya? Cieee...." Jerit pekik Andaria terdengar menyusul hujan cubitan dari Kinan.

Aku tidak mendengar lagi isi pembicaraan mereka. Benakku sibuk menyusun kata-kata permintaan maaf untuk Bobbi.

Suara kwek di depan rumah membuyarkan lamunan sekaligus membuatku gugup. Kenapa juga jadi segugup ini? Sejak kelas 1, tak terhitung berapa kali Bobbi bertengkar denganku. Kata maaf sering saling terucap dari mulut kami berdua.

Bobbi menyandarkan sepeda. Berjongkok mencuci tangannya di keran. Jaket diikat di pinggang, rambutnya basah kena keringat. Begitu melihatku keluar, buru-buru Bobbi berdiri, mengusap tangannya yang basah di kaus.

Bobbi mengulurkan tangan, lalu dengan cepat menariknya lagi. " Hai Agni, semoga... eh, kena oli.... Tadi aku betulkan dulu. Remnya agak kendur."

Aku terkesima. Baru empat hari tapi seperti sudah berbulan-bulan tidak melihatnya. Sejak kapan Bobbi bertambah jangkung?

Aku berdeham, berusaha fokus. Tapi otakku kosong ketika Bobbi menunduk berusaha melihat luka di kakiku.

"Masih sakit? Sudah bisa naik sepeda?"

"Bob, aku mi...."

Andaria tiba-tiba keluar menepuk kepala Bobbi yang menunduk. "Ayo pulang, keburu magrib. Kamu bareng Kinan aja. Sepedaku gembos."

Terpaksa kutelan lagi kalimatku selanjutnya.

"Bye Agni!" seru mereka kompak.

Aku merutuk, mengentakkan kaki dengan frustrasi. Bukan hanya kegagalan meminta maaf yang membuatku kesal, tapi juga wajah Kinan yang merah sampai telinga ketika berpamitan.

300 kata

SPARKLING DJ (Raws Festival 2019)Where stories live. Discover now