Diary : 16

2.5K 261 48
                                    

Angin berhembus tidak begitu kencang, tapi hawa dingin tak pernah tertinggal. Seokjin mengeratkan jaket yang ia pakai. Sebenarnya sih, sedikit kesusahan karena kedua tangan yang membawa tikar.

Setelah mencari tempat yang tepat bagi mereka untuk menginap di sana. Akhirnya mereka menemukan pantai yang jaraknya lumayan jauh dari pantai yang dibuka untuk umum.

Iya, pantai yang jarang dikunjungi manusia lah yang mereka cari. Jadi mereka tadi jalannya semakin jauh hanya untuk menemukan tempat ini. Tapi lelah mereka terbayar setelah sampai di sana.

"Wah, indahnya. Apakah ini pantai pribadi milik kita?" Mata Taehyung berbinar-binar. Ia kagum akan keindahan pantai yang tak pernah ia ketahui keberadaannya. Sedangkan yang lain langsung meletakkan barang-barang yang mereka bawa di atas pasir putih yang bersih itu.

Yoongi menjitak kepala Taehyung. Lalu berkata, "Ini milik negara! Bukan milik kita. Dasar Kim Alien Taehyung!"

Taehyung meringis.

"Tidak apa-apa. Ini memang milik negara. Tapi kita bisa menamai pantai ini milik kita. Toh, pantai ini masih belum memiliki nama. Hahaha ...," ucap Seokjin dan diakhiri dengan tawa.

Jungkook menimbang-nimbang perkataan Seokjin. Kemudian dia memberikan pendapat, "Aku setuju dengan Seokjin hyung. Pantai ini belum memiliki nama. Emm, kita namai saja pantai ini Pantai Euforia? Bagaimana?"

"Apa itu, e ... e-euforia?" tanya Jimin bingung. Apalagi Taehyung, tambah bingung.

Sebelum menjelaskan, Jungkook menghela napas. Lalu menjawab, "Jadi, Euforia adalah perasaan nyaman atau perasaan gembira yang berlebihan. Aku merasakan perasaan-perasaan itu sekarang, di sini, bersama kalian," jawabnya dengan menatap teman-temannya yang sudah ia anggap saudara sendiri.

Mereka semua jadi terharu dengan ucapan si maknae. Dan berakhirlah mereka dengan berpelukan bersama.

Ketika mereka bersama, mereka manis bagikan permen. Ketika mereka tertawa bersama, tawa mereka itu ringan seringan kapas. Ketika mereka bersama, mereka melupakan masalah-masalah yang mereka miliki dalam hidup mereka masing-masing.

Dulu pernah Jungkook berpikir, andaikan mereka dipertemukan lebih dulu sebelum hal-hal yang buruk dalam hidupnya terjadi. Pasti sekarang dia tak akan pernah merasa ada hal buruk dalam hidupnya.

Ah, tidak. Itu hanya pikiran si Jungkook kecil. Kini si Jungkook dewasa, sudah paham. Dalam hidup, pasti akan ada kejadian buruk yang datang. Tapi jadikanlah kejadian buruk itu sebagai pembelajaran. Bukan begitu?

Malam mulai menggelap, tapi tak membuat mata mereka merasa berat akibat kantuk yang menyerang. Ketika bersama-sama seperti ini mereka tak merasakan kantuk. Walaupun mereka sudah membahas banyak hal malam hari ini. Dan juga persediaan makanan dan minuman pun sudah habis.

"Apa kalian tidak ingin tidur?" tanya Seokjin.

Sebagai yang tertua dia berhak mengatur jadwal tidur adik-adiknya, bukan?

"Nanti saja tidurnya, hyung. Kami ingin memandang suasana malam hari di pantai ini. Bisa saja ini malam pertama dan terakhir bagi kita bermalaman di sini bersama-sama," ucap Namjoon dengan senyum yang menunjukkan dimplenya. Terlihat manis sekali, apalagi terkena sinar bulan yang bersinar di atasnya.

"Apakah aku boleh bertanya pada kalian?" Seokjin tidur terlentang dan melipat kedua tanganya, kemudian ia taruh di bawah kepala, dan menjadikannya bantal.

Posisi mereka semua kini terlentang di atas karpet yang Seokjin bawa tadi, sambil memandang langit-langit yang dipenuhi bintang-bintang. Indah sekali.

Seokjin menoleh ke kanan dan kirinya, dan mendapati anggukan dari adik-adiknya. Kini posisinya berada di tengah-tengah. Sebelah kanannya Jungkook, sebelah kirinya Jimin. Di sebelah Jimin ada Hoseok dan Namjoon yang berada di pojok. Sedangkan disebelah Jungkook ada Taehyung dan Yoongi.

Seokjin melanjutkan, "Apa kalian tidak pernah diajak liburan bersama keluarga kalian ke pantai? Aku ingin mendengarkan cerita kalian. Sudah lama kita tak pernah membahas keluarga kita yang dulu."

Pertanyaan yang tiba-tiba terpikirkan oleh Seokjin, berhasil membuat pikiran semua adik-adiknya terlempar jauh pada masa lalu.

Hening.

Tak satu pun dari mereka yang berbicara. Tapi beberapa detik berikutnya, Taehyung membuka suara, "Aku pernah merasakan betapa bahagianya berlibur di pantai bersama nenek. Rumahnya tidak jauh seperti pantai ini dengan penginapan kita. Ya, jaraknya sangat dekat. Hampir setiap hari aku bisa bermain di sana.

Tapi suatu hari nenek melarangku bermain di tepi pantai sendirian. Dengan alasan dia takut aku terbawa ombak. Tapi dulu, Taehyung kecil tak menggubris akan hal itu. Dia tetap nekat bermain sendirian di tepi pantai.

Dan pada hari itu ombaknya sangat besar. Hingga aku pun ikut terbawa oleh ombak besar itu, tapi aku merasakan ada tangan yang menggenggam tangan kecilku. Dia adalah kau Seokjin hyung. Kau penyelamat ku. Your my iron man. Terimakasih sudah hadir dalam hidupku. Kalau kau tak menolongku waktu itu, mungkin aku tidak bisa berada di sini bersama kalian."

Mereka semua membulatkan mata, terkejut mendengar cerita dari Taehyung. Jadi seperti itu awal dari pertemuan Taehyung dengan Seokjin.
Kini ada ide baru yang muncul pada otak cerdas Jungkook. Ia pun berkata, "Bagaimana kalau kita bercerita saat pertama kali bertemu dengan Seokjin hyung? Btw, kalian tidak pernah memberitahuku. Yang ku tahu saat aku datang ke rumah, kalian semua sudah ada di sana."

"Bukan ide yang buruk." Namjoon memberi komentar.

Mereka semua setuju.

"Aku yang akan bercerita selanjutnya," sambungnya. "Pertemuan pertama ku dengan Seokjin hyung, pada saat aku berada di perpustakaan dan waktu itu aku masih murid sekolah menengah atas kelas 10 semester satu. Dulu aku adalah anak pendiam, tidak pandai bergaul, dan penyendiri. Tapi ada satu kakak kelas yang berhasil membuatku merubah sifat itu dengan cara menawarkan ku berteman dengannya.

Awalnya aku merasa risih karena dia selalu mengikuti ku kemana pun aku pergi. Tapi lama-lama aku jadi merindukannya pada saat dia tidak mengikutiku. Mungkin aku sudah mulai terbiasa dengan hal itu. Tapi keesokan harinya, dia kembali lagi. Dengan ajakan berteman yang sudah ia ajukan beberapa kali, dan beruntungnya aku menerima tawaran pertemanan itu.

Setelah pertemanan kita terjalin satu minggu, aku mulai bisa membuka diri terhadap orang lain. Dan aku mulai memiliki banyak teman, aku sudah tidak di anggap Namjoon si pendiam, Namjoon si culun, Namjoon si sombong, dll. Itu semua karena dia, Kim Seokjin. Terimakasih hyung, kalau kau tidak pernah menawarkan pertemanan padaku. Aku pasti masih menjadi Namjoon si introvert."

Seokjin mengangguk dan tersenyum manis kearah Namjoon, begitupun sebaliknya.

"Kini giliran ku, Park Jimin." Jimin mengajukan diri untuk bercerita. "Dulu, awal bertemu dengan Seokjin hyung ...."

Suara dengkuran halus terdengar. Membuat ucapan Jimin terhenti. Dan menengok ke sumber suara. Ternyata itu suara Jungkook yang sudah terlelap dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Dasar kau Jeon Jungkook! Tadi ingin mendengarkan cerita, tapi malah ditinggal tidur!" omel Jimin yang tentu saja tidak bisa didengar Jungkook.

Baiklah, mungkin sekarang memang waktunya untuk beristirahat. Mereka semua mengeratkan selimut dan menyelam dalam dunia mimpi masing-masing. Hingga tak sadar tangan Taehyung menarik selimut yang seharusnya ia dan Jungkook pakai bersama-sama, menjadi ia pakai sendiri. Dan membuat tubuh ringkih Jungkook terkena angin laut lepas. Entahlah, apakah besok Jungkook masih sehat atau tidak. Karena angin malam ini semakin dingin.

-Diary : 16 ~Fin
02.12.19

Diary Sang Maknae || [Dibukukan]Where stories live. Discover now