Diary : 15

2.6K 250 17
                                    

Jungkook masih setia memainkan game pada ponselnya. Dia mabar dengan Taehyung dan Jimin. Sedangkan Yoongi, Hoseok, dan Namjoon masih setia tidur di karpet yang mereka ambil dari penginapan untuk mereka pakai tidur pada keramik rumah sakit yang dingin ini.

Jam masih menunjukkan pukul tujuh. Matahari pun mulai memasuki celah-celah jendela rumah sakit hingga membuat suasana di dalam ruangan tersebut terasa hangat. Hingga membuat tidur Seokjin terganggu. Ah, sebenarnya Seokjin terbangun bukan karena sinar matahari. Tapi karena suara berisik yang trio adiknya buat. Ramai sekali. Apakah tidak bisa jika bermain game tanpa suara?! Seokjin heran.

Jungkook sudah memasang wajah tertekuk, Taehyung sudah mengeluarkan semua umpatan yang ia tahu, sedangkan Jimin ketawa-ketawa sambil joget. Bahkan sekarang bukan hanya Seokjin saja yang terbangun. Tapi Yoongi, Hoseok, dan Namjoon pun ikut terbangun. Ketiga orang itu, benar-benar!

"Yak! Apa kalian tidak ada hal lain yang lebih berfaedah untuk dilakukan di pagi hari ini?!" Yoongi mengeluarkan kata-katanya. Dan Jungkook yang pertama melihatnya, ia merasa sedang melihat angry bird yang berwarna hitam yang akan segera meledak. Seram.

"Kenapa pagi-pagi sudah berisik sih?!" Itu Hoseok yang bertanya dengan mata yang masih tertutup dan engan untuk terbuka. Sedangkan Namjoon hanya diam saja, nyawanya masih belum terkumpul.

Trio cecunguk diam.

Mereka semua diam.

Kali ini Seokjin yang menghilangkan keheningan ini dengan suara bergetar. "Maafkan aku. Gara-gara aku kecelakaan, kalian semua tidak bisa menikmati liburan di pulau Jeju ini. Hiksss ... tolong maafkan aku."

Baiklah, Seokjin tidak tahan lagi. Ia menangis dan menyalahkan dirinya sendiri.

Kalau sudah seperti ini, member trio cecunguk yang termuda jadi ikutan menangis. Malahan dia yang paling kencang. Siapa lagi kalau bukan Jungkook.

"Huwaaa ... ini semua bukan salah hyungie. Ini memang takdir. Dan jika hyungie tidak ada di sini, aku tidak bisa bertemu dengan Booboo. Aku sangat suka anak itu. Hiksss ..., " ucap Jungkook dengan wajah yang dibanjiri air mata, hidung yang memerah, dan jangan lupakan cairan dari hidungnya itu yang keluar banyak sekali.

"Iya benar, hyung. Ini bukan salah hyung. Lagi pula kita masih memiliki waktu dua hari liburan di sini. Nanti kau 'kan pulang dari sini. Dan hari ini kita buat istirahat saja. Besok dan besoknya lagi, kita melaksanakan list liburan bersama-sama yang kita sudah rencanakan. Bagimana? Setuju?" Itu Namjoon yang memberi usul. Nyawanya sudah terkumpul ternyata.

Semua pun menyahut; setuju.

"Dan sekarang waktunya tidur lagi." Namjoon menambahi dengan mata yang kembali tertutup. Astaga, ternyata nyawanya kembali lagi pada dunia mimpi.

Hoseok mengikuti apa yang dilakukan Namjoon, begitupun Yoongi. Kecuali Seokjin. Dia sekarang sedang memandangi wajah adik-adiknya satu persatu. Mereka memang bukan sekandung, apalagi sedarah. Tapi Seokjin sangat menyayangi mereka. Karena mereka hadir disaat keluarga sungguhannya sudah tiada.

"Hyung, Kookie lapar. Dari tadi Kookie hanya minum air putih ini saja," aduh Jungkook pada Seokjin dengan membawa satu botol air putih yang isinya telah kandas.

Menggaduh pada Jimin dan juga Taehyung, tak mendapatkan hasil sama sekali. Mau mengadu pada Yoongi, tapi dia takut kena marah. Ya sudah, dia mengaduh pada Seokjin.

"Oh iya! Kelinci hyung yang satu ini belum sarapan. Biarku pesankan saja ya, delivery. Kau mau makan apa?" tanya Seokjin pada Jungkook.

"Aku ... aku hyung. Jjamyeon satu." Itu Taehyung yang berteriak. Jungkook mengerutkan bibirnya. Baru saja ia mau menjawab, tapi didahului Taehyung.

Diary Sang Maknae || [Dibukukan]Where stories live. Discover now