Diary : 14

2.5K 231 17
                                    

Booboo mengedipkan matanya beberapa kali, menunggu jawaban dari Seokjin.

Tapi, lama sekali.

Ia jadi kesal.

"Aishhh, paman Seokjin! Kenapa tidak menjawabnya? Paman suka 'kan pada Jina noona? Paman senang 'kan berteman dengannya?"

Oke. Seokjin baru sadar. Maksud pertanyaan 'suka' di sini bukanlah masalah tentang sesuatu yang berbau romantis. Tapi hanya suka sebatas pertemanan saja.

Ah, pikiran Seokjin itu memang sering kemana-mana. Jelas-jelas yang bertanya padanya sekarang adalah anak yang mungkin masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Ah iya, aku suka pada noona mu. Dia teman yang baik. Oh iya, omong-omong, Booboo kelas berapa?" tanyanya mulai mengganti topik.

"Booboo kelas 1, paman. Dan sebentar lagi naik kelas 2," ucap Booboo dengan memperagakan jari telunjuk dan jari tengah yang membentuk angka dua. Lucu sekali dimata Seokjin.

Kita tinggalkan sebentar Seokjin dengan Booboo. Sekarang Yoongi sedang kesusahan memilih buah apa yang cocok untuk anak kecil yang sakit. Tangannya mengotak-atik benda pipih bernama ponsel itu, mencari referensi buah-buahan yang baik.

"Apel, anggun merah, jeruk ... ah ya satu lagi, pisang," pesannya setelah sampai pada toko buah-buahan yang letaknya tak jauh dari rumah sakit.

Setelah beberapa menit menunggu, kini buah-buahan sudah berada ditanganya. Kemudian ia kembali lagi ke rumah sakit. Tapi mampir sebentar ke kantin. Menghampiri saudara-saudaranya yang sedang makan malam di sana.

Dieratkannya jaket berwarna biru yang ia gunakan pada tubuh mungilnya. Angin malam hari ini terasa begitu dingin. Dan ia baru sadar jika orang-orang yang ada disekitarnya banyak yang memakai pakaian hangat.

Sesampainya Yoongi di sana, Taehyung terkejut. Kok kakaknya ada di sini?

"Loh, hyung? Kok ada di sini? Seokjin hyung sendirian dong?" tanyanya setelah Yoongi meletakkan buah-buahan yang ia bawa tadi ke meja makan.

"Dia sedang berada di ruangan anak kecil yang ia tolong," jawab Yoongi dengan mendudukkan dirinya di sebelah Jungkook dan menyeruput tanpa permisi susu pisang milik Jungkook.

Tapi Jungkook tidak sadar. Matanya kini tertuju pada buah-buahan segar yang tertata dengan rapi dan berbalut plastik berwarna bening. Matanya berbinar-binar melihat buah pisang di sana. Jungkook itu bucinnya pisang. Semua yang berbau pisang, ia pasti suka. Apapun itu.

"Wah, hyung, Kookie mau pisang ini." Jungkook menunjuk buah berwarna kuning itu dan menatap Yoongi penuh harap.

Yoongi hanya memutar bola matanya malas. Kumat sudah jurus merayunya. Yoongi 'kan jadi tidak tega jika tidak menurutinya.

"Tapi ini bukan milik Kookie. Ini milik orang lain," jawab Yoongi dengan nada lembutnya.

"Apa Kookie tidak boleh meminta satu saja?" tanyanya, dan kali ini semoga berhasil.

Yoongi menghela napas pendek, "Baiklah, nanti mintalah izin pada pemiliknya."

Setelah Yoongi mengisi perutnya yang dari tadi siang sudah keroncongan, mereka semua kembali ke tempat Seokjin berada saat ini—ruang inap Booboo.

Setelah pintu dibuka, mereka semua mendapati Seokjin, perempuan yang manis, dan anak kecil yang terpasang infus pada tanganya—sama seperti Seokjin. Mereka semua masuk hingga suasana dalam kamar ini terasa sempit. Sebab kamar yang digunakan ini hanya ada satu kamar dan lebarnya pun tak begitu luas.

Jina segera bangun dari duduknya, memberi salam pada semua orang. Lalu Seokjin memperkenalkan temannya itu beserta ponakannya pada semua. Jungkook dibuat gemas ketika melihat pipi gembul anak itu. Ingin sekali ia mencubitnya, tapi mereka baru saja berkenalan.

Setelah lama saling mengobrol dan juga berkenalan dengan Booboo. Hoseok, Namjoon, Jimin dan juga Taehyung memutuskan untuk menunggu di ruang inap Seokjin saja. Sebab di sana terasa sempit dan sesak jika semua orang masuk ke dalam.

Yoongi duduk pada kursi tunggu yang ada di sana dan memainkan game pada ponselnya. Sedangkan Seokjin dan Jina menyembuhkan rasa rindu satu sama lain di sofa dengan cara mengobrol. Dan Jungkook yang kini masih tetap berada di kursi sebelah ranjang Booboo.

"Kookie hyung sepertinya tidak pantas menjadi orang besar. Lihat saja itu, bibir Kookie hyung masih ada bekas pisangnya." Booboo menujuk pada sisa buah pisang yang menempel pada bibir Jungkook saat ini. Booboo jadi heran, apakah manusia yang ada di depannya ini titisan dari kera sakti. Pasalnya semua pisang yang dibelikan untuknya malah habis ludes dimakan Jungkook. Booboo tidak keberatan dengan itu semua, yang penting sekarang ia memiliki teman. Itu saja.

Jungkook dimata Booboo itu beda. Ia menganggap Jungkook seperti anak seumuran dengannya, jika makan selalu saja tersisa dibibir ataupun area wajah lainnya. Jadi jangan terkejut jika Booboo mudah sekali akrab dengan Jungkook.

"Baiklah, Booboo. Sudah puas bermain dengan paman Jungkook? Sekarang waktunya kita pulang."

Itu suara Jina yang membuat Booboo dan Jungkook menoleh ke arahnya. Apakah secepat ini?

"Gwenchana, Kook. Kau tahu sendirikan, biaya rumah sakit ini mahal," ucap Jina dengan nada bicaranya yang diturunkan—seperti berbisik.

Tentu saja, biayalah yang membuat Booboo lebih duluan pulang daripada Seokjin. Anak berumur 6 tahun itu tidak tahu. Ia masih terlalu dini untuk mengetahui masalah ekonomi keluarganya. Bahkan ia juga tak tahu jika keluarga kandungnya sudah tak memperdulikan dia lagi.

Kim Boo Gi, adalah anak yang ditinggalkan begitu saja oleh kedua orangtuanya pada Park Jina yang waktu itu baru lulus dari sekolah menengah atas. Belum mendapatkan pekerjaan dan bahkan belum pernah berpengalaman menggurus bayi berumur 3 tahun. Tapi ia lakukan karena mendapat janji manis dari adik ibunya itu.

Iya, ibu Booboo menjanjikannya jika ia mau mengurus Booboo, ia akan mendapatkan transferan setiap bulannya dalam jumlah banyak. Dan pada saat itu Jina remaja pun menerimanya. Jika dipikir-pikir, nanti ia tidak perlu bekerja bukan? Baiklah dia setuju.

Namun kenyataannya, bibinya itu tak pernah mentransfer barang sepeserpun pada rekeningnya. Setiap hari ia mengecek dan selalu nihil, tak ada angka nominal dalam rekeningnya yang berubah.

Saat itu lah Jina menyadari jika ia telah dibohongi oleh bibinya. Apa salah Jina? Sudah hidup sebatang kara--tapi dulu ia masih memiliki bibi, tetapi bibi yang ia miliki satu-satunya menipunya. Ya sudah kita anggap saja Jina ini hanya hidup sebatang kara.

Setelah kejadian itu Jina masih bisa bersyukur karena masih ada Booboo yang selalu membuatnya bersemangat kembali. Setelah pulang kerja, obat yang dimiliki Jina hanyalah melihat Booboo. Itu saja, sudah cukup.

Setelah Booboo dan Jina sudah meninggalkan rumah sakit. Jungkook, Seokjin dan Yoongi kembali ke ruang inap Seokjin. Tapi ada satu hal yang mengganjal  pikiran Seokjin saat ini. Kenapa hatinya tadi masih berdebar saat Jina tersenyum padanya?



-Diary : 14 ~Fin
09.11.19

Diary Sang Maknae || [Dibukukan]Where stories live. Discover now