27. Aku Seorang Koki

Start from the beginning
                                    

'Andai saja aku membuka toko pasti akan lebih banyak yang membeli padaku ' Nier menjadi kaya dalam beberapa menit dan merasa sedikit sombong.

"Kami pulang." Terdengar suara dari arah pintu, dan Rein langsung menyambut mereka.

* * *

Orang tua Rein telah kembali pulang dan setelah beberapa menit dia mengajak orangtuanya untuk makan di tempat kesukaan adiknya.

Wajah orang tua Rein tampak mengerut ketika mendengarkan permintaannya. Lalu Rein menjelaskan bahwa dia sendiri yang akan mentraktir mereka dan langsung memesan taksi.

Mereka berangkat dan menuju restoran yang dimaksud. Ayah dan ibunya terlihat canggung karena anaknya yang tiba tiba berubah.

Sesampainya di sana orang tua Rein bertanya sekali lagi.

"Rein, apakah kamu benar tentang semua itu?" Ayah bertanya dengan ragu.

Rein mengangguk lalu membawa mereka masuk ke dalam.

"Ayah, Ibu, dan Remi pesanlah makanan sesuka kalian dan jangan ditahan jika ingin meminta sesuatu." Rein tersenyum mengatakan itu, sudah sejak lama dia memimpikan saat ini.

Mereka melihat daftar menu dan terkejut dengan harga yang berubah.

"Rein disini harganya sudah meningkat sejak terakhir kali kita datang, apakah kita tidak menuju restoran lainnya?" Ibu berbicara dengan pelan.

Rein tetap menggelengkan kepalanya lalu mulai memesan dengan banyak. Bahkan jika tidak dihabiskan itu masih bisa dibawa pulang.

Remi dan Kedua orang tuanya terkejut, apa yang dipesan Rein setidaknya 5 makanan paling mahal disini.

"Tenanglah ayah, ibu, aku tidak berbohong tentang mendapatkan uang."

Remi hanya melihat kakaknya dengan aneh, dia benar benar tidak menyangka kakaknya akan serius dengan janjinya.

"Kak, jangan bilang kamu membayarnya dengan cuci piring?" Remi sedikit bingung dengan semua ini.

"Hahaha tenang Remi barusan aku mendapatkan banyak uang dari menjual item di dalam game." kata Rein dengan bangga.

Ayah dan ibunya tidak menyangkanya sama sekali, uang dari game? Setidaknya makanan yang mereka pesan sudah mencapai harga 2 juta rupiah. Bagaimana bisa hanya bermain game dapat mendapatkan begitu banyak uang.

Rein menunjukkan uang yang didapatkannya lalu mereka mengangguk dengan cepat.

"Anakku memang luar biasa, kalau tidak salah kamu baru memainkannya bulan lalu bukan?." Ayah Rein bersemangat.

Rein mengangguk dengan senyum di wajahnya.

"Hahaha, bahkan aku yang sudah 4 bulan bermain belum bisa mendapatkan uang yang begitu banyak." Ayah Rein tertawa keras.

"Apa!?" Rein, Remi, dan Ibunya berteriak bersamaan.

"Kenapa kamu tidak memberi tahuku kalau bermain juga?" Ibu bertanya pada ayahnya.

Remi terlihat bingung, kenapa semua keluarganya memainkan game?

"Ibu juga bermain?" Rein bertanya.

"Iya, ibu diberikan peralatan itu 3 bulan yang lalu dari atasanku, dan ibu seorang mage berlevel 87." Ibunya menjawab dengan senang.

"Ini!? kenapa kalian semua memainkan game itu dan hanya aku yang tidak!?" Remi bertanya dengan suara yang sedih.

"Kukira kamu membenci game..." Rein menjawab Remi yang merasa sedih.

Remi tetap diam dan sepertinya mulai memikirkan sesuatu.

"Kakak, belikan aku peralatan game itu, aku juga ingin memainkannya!" Remi menggoyang goyangkan tubuh Rein.

"Ook ok, baiklah tetapi uangku tidak cukup saat ini, mungkin nanti yah."

"Oke, kamu harus menepati perkataanmu sebagai pria." Remi membalas kata kata Rein yang sempat diucapkannya tadi.

Rein hanya tersenyum, 20 juta sudah merupakan hal yang mudah baginya.
Hanya memasak selama 1 hari dia sudah bisa membelikannya.

"Ngomong ngomong ayah, apa job dan levelmu?" Ibu bertanya karena dia juga baru tahu tentang itu.

"Aku hanya seorang Knight berlevel 121." Ayah menjawab dengan menggosokkan hidungnya.

"Tch, sepertinya kamu harus membantu keluarga kami untuk leveling, iya kan sayang?" Ibu Rein menggoda ayahnya.

Suasana terasa begitu nyaman, Remi yang berada disana menanyakan semua informasi tentang game itu karena dia tidak ingin ketinggalan oleh keluarganya.

"Rein, beritahu kami tentangmu, mungkinkah kamu mempunyai job spesial?" Ayahnya bertanya dan tampak begitu tertarik, begitu juga wajah ibunya.

Rein merasa ragu untuk menjawabnya lalu akhirnya mengatakannya dengan menggosok bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Aku seorang koki..."

The Heretic Chef : Exaworld OnlineWhere stories live. Discover now