❤Bagian 3❤

17.1K 659 6
                                    

Vote and komen, please

Happy reading ☺☺☺


Bunyi pintu tertutup tak lain adalah Azki yang baru saja memasuki mobil. Azki melirik ke samping dimana putra pertamanya tengah memandang lurus ke depan dengan tatapan datar yang selalu Rafa tunjukkan ke semua orang kecuali pada Azki dan juga Zefi.

"Rafa nglamun yaa?. Coba cerita sama Bunda." Rafa yang sedari tadi diam tersentak dengan elusan lembut di kepalanya.

Mata tajamnya selalu berbinar saat menatap Azki. Rafa memang sangat mirip dengan Ayah-nya. Mata, hidung, bibir dan sifatnya pun Rafa turunkan darinya. Terkadang Azki selalu enggan menatap Rafa lama-lama karena ia akan kembali membuka luka lama. Tapi walau bagaimanapun, Rafa tetaplah Rafa, darah dagingnya, anak yang selama 9 bulan ia kandung. Azki lebih baik kembali mengingat masa kelam itu saat menatap Rafa, daripada tidak melihat wajah putranya sehari.

"Nggak." Balas Rafa dengan gelengan keras di kepalanya.

Azki mengetahui Rafa tengah berbohong, ia tahu betul putranya sedang memikirkan sesuatu, sikapnya yang dingin dan tertutup membuat Azki terkadang tidak tau isi pikiran Rafa, terlalu sulit bagi Azki untuk memaksa Rafa bercerita seperti layaknya Zefi. Azki ingin mendengar anak itu menceritakan segala kesedihan maupun kebahagiaan yang dirasakannya, bukan malah diam dan menyimpannya sendiri seperti ini. "Yaudah kalau kamu nggak mau cerita. Rafa sini deketan sama Bunda, masa duduknya jauhan gitu, sih?" Panggil Azki lembut.

Dengan senyum tipis, Rafa mulai menggeser bokongnya mendekat ke arah Azki. Dia berdiri dari duduknya dan mulai duduk di pangkuan Azki.

Azki mencium bibir merah delima Rafa singkat selanjutnya langsung memeluk putranya.

"Bun." Panggil Rafa mendongak menatap Azki.

"Hmm, kenapa sayang?" Azki mengusap rambut hitam Rafa memaksanya agar melanjutkan kembali ucapannya.

"Rafa nggak mau lihat Bunda nangis lagi kayak tadi, nanti biar Rafa yang bilang sama Zefi supaya nggak nanya lagi tentang Ayah." Tangan kecil Rafa mengelus lembut pipi putih Azki.

Senyum di wajah Azki luntur digantikan dengan raut terkejutnya. Ternyata Rafa melihatnya menangis.

Ya Tuhan maafkan aku udah buat Rafa khawatir. Seharusnya kau tidak ceroboh Azki!.

"Lho, Bunda nggak apa-apa kok. Tadi itu ... mata Bunda kelilipan. Dan ingat! jangan terlalu keras sama Zefi, dia masih kecil. Walau umur kalian sama, tapi pikiran kalian berbeda. Bunda senang ... banget, Rafa bisa berfikir dewasa. Tapi Rafa nggak boleh ikut campur masalahnya orang dewasa ya sayang?" Titah Azki yang di angguki Rafa.

Rafa kembali menenggelamkan wajahnya di dada Azki, sembari tangan yang sibuk bermain-main di rambut panjang Azki. Bagi Rafa, hanya pelukan Azki yang bisa membuatnya melupakan sejenak sesak dihatinya, senyum yang Azki tunjukkan menjadi kekuatannya sesaat.

*****

"Ye yey Zefi ... sekolah." Sorak Zefi di gendongan Rangga, mereka sudah sampai di sekolah baru yaitu TK Sudirman.

Azki dan Rangga tertawa melihat antusiasnya Zefi, sementara Rafa lebih memilih meneliti sekitar dimana anak-anak sebayanya tengah berlalu lalang dengan kedua orang tuanya.

"Bun, Bun." Panggil Zefi pada Azki yang berada disamping Rafa.

"Iya anak cantik."

"Di sini Zefi bakal punya temen balu kan?" Tanya Zefi dengan suara kecil, Zefi takut nantinya tidak ada yang mau berteman dengannya.

My twinsWhere stories live. Discover now