❤️ Bagian 26 ❤️

2.3K 152 34
                                    

Happy reading....

Pagi-pagi sekali Kikan sudah berada di dapur. Tidak seperti biasanya dia sibuk berkutik dengan alat-alat dapur sepagi ini. Biasanya selepas bangun tidur yang dia lakukan hanya bermalas-malasan di kasur sambil memainkan ponselnya. Dia baru menuruni kamar saat dirasa perutnya lapar, itupun kalau Arvin tak sempat membawakan sarapan ke kamar. Sudah menjadi hal biasa, Arvin mengurus istrinya dipagi hari. Segala kebutuhan Kikan akan Arvin siapkan sebelum dia berangkat bekerja, Kikan hanya tinggal menerimanya saja. Tak jarang Arvin merangkap menjadi chef demi memanjakan perut sang istri dipagi hari.

"Buat apa mba?" Sapaan lembut Azki yang terkejut dengan keberadaan Kikan sepagi ini didapur. Kalau biasanya Azki orang pertama yang menginjakkan kaki didapur, berbeda dengan hari ini. Kakak iparnya itu sudah lebih dulu sibuk entah membuat apa.

Kikan sempat terkejut dengan kedatangan Azki yang tiba-tiba. Satu tangannya dengan cekatan menyembunyikan bungkus plastik kedalam saku celana. "Eh, kamu Ki. Enggak kok, tadi tuh aku mual terus keinget sama jamu yang dikasih temenku. Katanya sih biar kandungan aku kuat, nggak lemes terus waktu hamil." Jawabnya tak lupa menunjukan gelas berisi jamu.

Alis Azki sempat mengerut, seperti ada keraguan dalam dirinya. Seingatnya waktu dia hamil si kembar, jangankan minum jamu, mencium aromanya saja sudah membuatnya mual. Walau Bu indah juga sempat menawarinya sih, tapi Azki tak sanggup kalau harus minum jamu. "Emang nggak tambah mual ya mba? Kalau mba mau, aku bisa kok buatin air jahe, lebih enak juga ketimbang harus minum jamu. Ya memang sih, ada jamu yang bisa ngilangin rasa mual. Tapi kan namanya jamu tetep aja pahit. Takutnya mba malah tambah mual lagi." Tawar Azki tidak tega. Masa-masa kehamilan adalah masa terlemah seorang perempuan, apalagi kalau masih trimester pertama, rasa mual, pusing dan lemas tak jarang ibu hamil rasakan. Hal itu membuat Azki merasa kasihan pada Kikan.

"Nggak kok. Aku udah sering minum ini dan hasilnya bikin aku kelihatan segar." Bohongnya selanjutnya menengguk jamu ditangannya.

Ekspresi Kikan sangat berbeda dengan yang dia ucapkan tadi. Raut wajahnya jelas memperlihatkan keterpaksaan, lama Kikan menahan, akhirnya pertahanannya pun luruh. Cepat-cepat dia berlari ke wastafel dan memuntahkan semua jamu yang sudah dia minum. Rasa pahit yang kentara membuat Kikan tak kuasa menelan jamu pemberian Bram.

"Apa aku bilang. Diganti pakai air jahe aja ya mba. Bentar aku buatin dulu. Mba duduk aja di pantry." Azki melepas tangan yang sedari tadi memijat tengkuk Kikan. Dengan pelan dia membawa Kikan untuk duduk di kursi.

Suasana tiba-tiba hening. Hanya terdengar alat dapur yang tengah Azki gunakan untuk membuat air jahe. Di meja pantry, Kikan masih berusaha menghilangkan rasa pahit yang menguasai sebagian mulutnya. Tangannya tak berhenti menuangkan air putih kegelas. Sialan! Bram memberinya jamu yang rasanya begitu pahit. Kalau begini, Kikan tidak akan sanggup meminumnya.

"Minum dulu mba." Lamunan Kikan terganggu dengan kedatangan Azki. Secangkir air jahe lengkap dengan kepulan asap menghiasi netra Kikan. Dilihatnya Azki yang turut menarik kursi disampingnya. Senyum perempuan itu seperti tak pernah lepas dari bibirnya. Azki selalu tersenyum dimata Kikan, membuat siapa saja yang melihat, akan langsung merasa nyaman.

"Makasih. Jadi ngerotin deh." Rasa tidak enak Kikan lontarkan pada Azki. Dia mulai meminum air jahe buatan Azki dengan terpaksa. Kikan tidak mau membuat Azki curiga apabila menolaknya.

Perlahan rasa pahit serta mualnya hilang. Tubuhnya tiba-tiba merasa bugar. Satu rencana sudah gagal. Kikan tak sanggup kalau harus meminum jamu pemberian Bram. Jamu itu bukan hanya menyiksa janinnya, tapi juga Kikan. Sepertinya dia harus cari cara lain yang tidak sampai merugikan dirinya.

"Masa-masa kaya gini emang buat kita capek mba. Tapi kalau mba bisa nerima pasti nggak akan bikin susah. Apalagi ada hasil yang kita dapetin setelah 9 bulan. Yakin deh, apa yang mba alami, nggak ada apa-apa nya setelah lihat dia lahir." Ucap Azki, tangannya sudah berada diperut Kikan. Mengelus lembut perut yang belum terlihat menonjol.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 18, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My twinsWhere stories live. Discover now