❤Bagian 2❤

20.5K 809 9
                                    

Vote and komen, please ❤..

Happy reading ☺☺☺

AZKIA CHALONDRA

Menjadi seorang Ibu sekaligus Ayah bagi si kembar tentu saja tidak mudah. Aku harus bisa membagi waktu antara bekerja dan mengurus kebutuhan mereka. Tapi dibalik itu semua, aku senang menjalaninya. Memenuhi segala kebutuhan mereka sudah menjadi kesenangan sendiri di hatiku. Semua penat yang ku rasakan hilang entah kemana selepas aku melihat mereka yang tertawa ria menyambut kepulanganku.

Disinilah aku tinggal, disebuah kontrakan kecil yang terletak di Bandung. Aku memutuskan pergi dari Jakarta saat aku tengah hami 1 bulan si kembar. Meninggalkan tempat kelahiranku dan segala kenangan indah bersama kedua orang tuaku. Hal itu kulakukan tentu saja ada sebabnya, suatu hal besar mendorongku untuk meninggalkan kota Jakarta dan menetap di Bandung.

Beruntungnya aku masih memiliki Bu Indah. Majikan sekaligus Ibu angkatku itu dengan senang hati mau ikut bersamaku meninggalkan kota Jakarta beserta semua usahanya dan memulai membuka usaha restoran lagi di Bandung dari nol. Tempatku bekerja sekarang pun masih di tempat Bu Indah. Seminggu setelah kita tiba di Bandung, Bu Indah memutuskan membuka warung kecil-kecilan di pinggir jalan, dan alhamdulilah warung itu ramai tidak pernah sepi pengunjung sampai sekarang.

"Bunda." Rengekan putri bungsuku– Zefira  mulai memenuhi indra pendengaranku. Anak yang ku kandung 5 tahun lalu itu, tengah memeluk kaki kananku dengan erat, seolah memintaku agar hengkang sejenak dari kesibukanku dipagi hari.

Ku putuskan untuk menghentikan aktivitasku yang tengah menyiapkan sarapan demi mendengar coletahan apa lagi yang akan putriku keluarkan.

"Kenapa lagi anak cantik? Biar bunda tebak, ini pasti kamu belum mandi, kan?" Tanyaku yang sudah menyamai tingginya, mataku meneliti wajah putriku yang masih lesuh khas bangun tidur, mata panda-nya mengerjap pelan kearahku.

"Zefi nggak mau mandi!." Protesnya dengan bibir maju kedepan, tangannya pun sudah bebas memainkan ujung rambut panjangku yang dibiarkan tergerai.

Aku berfikir sejenak, hal apa lagi yang dia lakukan dipagi buta seperti ini? Bukan perkara baru lagi, Zefi selalu membuat drama dipagi hari. Sifatnya memang manja, ia juga sering sekali melakukan hal diluar pikiranku, semua yang keluar dari mulutnya harus aku tanggapi karena dia akan langsung marah kalau sampai diabaikan.

"Kalau Zefi nggak mandi, nanti nggak ada temen yang mau duduk sama kamu di sekolah baru, lho." Sengaja aku menakutinya, agar Zefi segera mandi dan aku bisa kembali melanjutkan apa yang sedari tadi tertunda.

"Pokoknya nggak mau mandi! Zefi juga nggak mau sekolah, titik!." Aku tersentak mendengar Zefi berteriak. Anak itu juga membalikan tubuhnya jadi membelakangiku.

Dengan sabar, aku berusaha membujuk Zefi yang penyakit manjanya kumat pagi ini. Kadang aku heran, sifatnya sangat berbanding terbalik dengan Rafa putra pertamaku sekaligus kembaran Zefi. Rafa cenderung lebih pendiam, cuek, dingin dan acuh pada sekitar. Hal itu sangat berbeda sekali dengan Zefi yang sangat hiperaktif dimanapun berada, jangan lupa dengan sifat manjanya yang entah turunan siapa.

Aku ingat sekali waktu kecil tidak pernah semanja Zefi. Kedua orang tuaku mendidik keras agar aku bisa mandiri sejak kecil. Jadi, tidak mungkin sifat manja Zefi turunan dariku. Kalau sifat dingin, cuek dan pendiam Rafa sih, aku yakin itu turunan dari Ayah kandungnya.

Mendengar hentakan kaki yang berasal dari kaki mungilnya, membuatku segera mengakhiri lamunanku. Tanganku terulur kearah punggung kecilnya, lalu dalam hitungan detik membalikan tubuh Zefi agar kembali menghadap kearahku. "Kenapa nggak mau sekolah? Emang Zefi mau jadi orang bodoh?" Zefi menggeleng dengan wajah yang masih cemberut, pipi tembamnya semakin mengembang waktu ia memajukan bibirnya ke depan.

My twinsWhere stories live. Discover now