31. Paint It Red

33.4K 4.4K 234
                                    

Hari ini post agak lebih awal, karena mau post 2 chapter❤️. Selamat menikmati maaf typo yang nyebar kayak semut.

"Kenapa Alesha yang jadi tersangka? Dia aja nggak masuk dalam list terduga kamu," tanya Sehun ganar, sangat bingung. Itu adalah hal yang tak terduga. Bahkan, siapapun akan menganggap Jasmin gila. Bila mendengar kesimpulan dari catatan Jasmin.

Jasmin mengambil napas dalam-dalam, lalu memijat daerah di antara kedua alisnya. Bahkan Jasmin enggan berkomentar karena sangking pusingnya dengan masalah yang rumit ini.

"Kamu lihat Alesha di sana, Jasmin?" Kini Kaisar bersuara, setelah diam mengamati ekspresi wajah sepupunya.

Jasmin mengangguk, lalu ia berkata, "Ghibran di-ikat di sana, di pohon, terus," gantung Jasmin, "Alesha berdiri di sisi pohon seraya mengamati Mauza dikubur, itu beda banget sama apa yang aku lihat pertamakali," tambah Jasmin.

"Beda?" tanya Sehun, "kok beda? Kemampuan kamu itu, aneh banget," ejek Sehun seraya memakan cokelat yang sudah ada di tangannya.

Kaisar menoleh pada Sehun, ia berkata, "Yang Jasmin lihat pertama kali itu, dari sudut pandang pohon. Kalau yang kedua kali dari sudut pandang Ghibran. Udah pasti beda." Kaisar menjelaskan seolah pohon memiliki mata. Sedang Jasmin terlihat seperti enggan menjelaskan pada Sehun.

"Cih! Pohon punya mata?" ejek Sehun. Kaisar menyenggol lengan Sehun, agar berhenti mengejek kemampuan Jasmin. Sehun menatap Kaisar yang memejamkan matanya beberapakali padanya.

Jasmin melirik Sehun kesal, ia pun berkata, "Sehun, aku yang tau cara kerja kemampuan-ku. Kamu yang nggak bergerak, nggak ngapa-ngapain. Mending diam, saksiin aja gimana ending-nya."

Sehun mengerut dahi, ia yakin kalau Jasmin tersinggung dengan perkataannya. "Kamu tersinggung sama omongan aku?"

Jasmin mengambil napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Jasmin melakukannya beberapa kali untuk meredakan emosi yang sempat tiba-tiba datang. Kemudian, ia melirik Sehun lalu menyambar cokelat yang berada di tangan Sehun.

"Siapa yang bilang aku tersinggung?" Ia berusaha menahan diri, karena kekesalannya itu terjadi akibat pikirannya penuh dengan masalah yang menumpuk. Ia berusaha menutupi kekesalan-nya, agar Sehun tidak menganggapnya seperti anak kecil.

Kaisar geleng-geleng sendiri dengan sikap Jasmin, sedang Daneen terkekeh melihat tingkah Jasmin yang memang sesuai dengan gadis se-umurnya. Sikapnya yang seperti sekarang ini, jarang sekali ia tunjukkan. Sehun hanya menatap Jasmin malas.

"By the way, kalian nginap?" tanya Jasmin.

Keduanya menganggukkan kepalanya berbarengan. Karena besok adalah hari Minggu, dan Jasmin berada di rumah sendirian. Mungkin, Kaisar akan selalu menginap di rumah Jasmin --kalau orangtua Jasmin tidak di rumah. Karena paman dan bibi-nya menitipkan Jasmin padanya.

Sehun sendiri, orangtuanya sedang berada di rumah. Jadi, tak masalah ia menginap di rumah Jasmin. Orangtua-nya pun setuju-setuju saja, asalkan Sehun bersama dengan Kaisar. Berat menjadi Kaisar yang di percayai oleh wali, sahabat dan sepupunya.

"Kalian pikir, rumah aku hotel?" tanya Jasmin seraya beranjak dari duduknya menuju boneka beruang yang berada di kasurnya, lalu berjalan lagi ke tempatnya semula.

"Tomorrow is Sunday, kamu nggak mau mata-matain Alesha?" tanya Kaisar penasaran.

Jasmin menyomot keripik kentang yang sudah terbuka, lalu berkata, "Being a spy is not my style," balas Jasmin.

✔ INDIGO 1 | Kematian Gadis ItuWhere stories live. Discover now