21. Thing ago

37.4K 5.1K 246
                                    

Kantin sekolah berada di area yang berbeda. Murid SMA Pribadi harus melewati lapangan bola untuk ke sana. Bangunan kantin memiliki dua lantai. Lantai 1 disebut kantin, sedangkan lantai 2 disebut cafe oleh murid-murid. Sekolah menyebutnya koperasi.

Di sana ada meja bundar dan kursi. Arnold berada di sana bersama teman-temannya karena kelas mereka tidak ada guru.

Jasmin berjalan tergesa-gesa mengikuti Mauza yang melayang menuju cafe. Langkah Jasmin terhenti sejenak, ketika netranya menangkap Arnold yang sedang ber-sanda gurau bersama teman-temannya.

Jasmin mendengus, lalu berjalan melewati mereka. Langkahnya terhenti kembali ketika Arnold menghalangi jalannya. Jasmin mendongak menatap sosok yang berada di hadapannya. Arnold tersenyum pada Jasmin. Bukannya membalas, Jasmin justru menampakkan wajah sinisnya.

"Minggir," tegas Jasmin.

Senyum Arnold masih terhias di bibirnya, tetapi tidak dapat membuat Jasmin luluh. Arnold tiba-tiba memegang pundak Jasmin. Jasmin agak tersentak.

"Mau kemana, Dek Jasmin?" tanya Arnold masih dengan senyum manis terhias di wajahnya.

Jasmin mengerut dahi. Arnold dengan sembarangan menyentuh bagian tubuhnya tanpa seizinnya. Jasmin tidak menyukai hal tersebut. Apalagi, Jasmin sudah berjanji dengan Kaisar untuk tidak bergaul dengan Arnold

"Lepas tangan kamu dari pundak aku." Jasmin menyorot tajam pada netra Arnold. Sejak tadi Arnold mempersempit jarak wajahnya dengan Jasmin. Arnold menyukai netra hazel milik Jasmin.

Galih yang merupakan teman Arnold agak tersentak melihat tatapan Jasmin. Apalagi, ia pernah mendengar kalau Jasmin pandai berkelahi.

"Nold, udah, jangan gangguin Jasmin." Galih memperingati. Tetapi temannya yang lain menyuruh Arnold meneruskan.

Jasmin melirik Galih, matanya mencoba untuk membaca pikiran Galih. "Bang Galih, bisa minta tolong nggak?" tanya Jasmin pada Galih.

Galih mendekati Jasmin dengan raut terkejut. "Bo-bo-boleh."

Jasmin tersenyum lalu menunjuk Arnold tepat di wajahnya. "Tolong, singkirin sampah yang ada di depanku, boleh?"

Arnold tersenyum mengejek. Ia perlahan menjauhkan wajahnya dari Jasmin. "Cih! Sampah? Kamu yakin ngomong gitu?"

"Soalnya kamu emang sampah, kalau kamu bukan sampah, kamu pasti lebih menghargai perempuan." Jasmin menjelaskan dengan raut datarnya.

Pemuda itu sangat tersinggung dengan perkataan Jasmin. Sudah dua kali, Jasmin bersikap kasar padanya. Raut Arnold perlahan berubah, ia sudah tidak tahan dengan sikap Jasmin.

"Jasmin, kamu nggak tau ya? Aku bisa aja ngelukain kamu. Tapi karena kamu anak dari Om Evan Sanjaya, aku jadi ragu." Arnold menghempaskan napasnya berat.

"Jangan jadiin Papaku alasan, Bang Ar." Jasmin melangkah melewati Arnold. Dengan sigap Arnold memegang tangan Jasmin. Pemuda itu menggenggam telapak tangannya.

Jasmin terkejut, ia tiba-tiba memejamkan matanya. Ia berada di sebuah ruangan gelap dengan layar besar. Ada dua thumbnail, yang satu memakai wajah Mauza dan satunya memakai wajah gadis yang meninggal karena keguguran.

Apaan ini? Kenapa ada dua orang yang udah meninggal di sini? batin Jasmin.

Jasmin tidak dapat memilih salah satunya. Gadis itu terjatuh ke dalam sebuah lubang, ia berada di sebuah taman. Ada dua orang anak muda yang berada di sana. Arnold dan Tantia --gadis yang meninggal di toilet sekolah.

"Nold, please. Aku nggak mau gugurin anak ini. Kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku bisa ngurus anak ini sendiri." Tantia menangis di antara pepohonan yang berada di sana. Bersama dengan Arnold yang memasang wajah geram.

"Kamu mikir nggak sih?! Kamu mau berhenti sekolah? Aku udah kelas 2, Tan. Tanggung banget kalau berhenti sekolah, aku juga mau senang-senang dulu. Mau kuliah." Arnold membentak Tantia yang menangis tanpa jeda.

"Senang-senang?" Tantia kesal, ia melepas cincin yang melingkar di jari manisnya lalu melemparkan pada Arnold. "Aku bakalan tetap pertahanin anak ini. Aku nggak akan nyerah, abis ujian aku bakalan berhenti." Tantia pergi meninggalkan Arnold yang sangat frustasi.

Jasmin tersentak, ia berlari mengejar Tantia. Tetapi justru sekelilingnya berubah menjadi lorong sekolah. Jasmin mendengar suara seorang perempuan yang meminta tolong lirih. Suaranya terdengar dari toilet perempuan.

"Tolong ... tolong,"

Tak lama suara hentakkan kaki seseorang terdengar. Ia menaiki anak tangga dengan tergesa-gesa. Jasmin dapat melihat Arnold dengan wajah khawatir. Arnold memasuki toilet perempuan, Jasmin mengikuti di belakangnya.

Arnold bergeming. Ketika ia melihat Tantia sudah berlumuran darah di toilet.

"Arnold, tolong aku," isak Tantia.

Arnold masih bergeming. Air mata mengalir di pipinya. "Maafin aku, Tan." Arnold pergi meninggalkan Tantia yang berlumuran darah. Setelah mendengar suara langkah kaki. Tantia menangis melihat sikap Arnold yang tidak bertanggung jawab. Ia ingin meminta bantuan tetapi handphone-nya berada di kelas.

Jasmin ingin sekali meraih uluran tangan Tantia. Tetapi kali ini Jasmin berada di sebuah kosan. Mauza sedang tertidur lelap, Arnold berada di atas Mauza berniat melanjangi Mauza.

Tak sanggup melihat yang terjadi selanjutnya, Jasmin menutup matanya dan telinganya. Kali ini, kaki Jasmin terasa lemas. Ia menitikkan air mata. Jasmin membuka matanya perlahan. Sekarang Jasmin berada di pohon belakang sekolah. Arnold menyerahkan sebuah video yang ia rekam semalam.

Mauza terkejut dengan wajah wanita yang berada di sana. Ada dirinya yang terlelap tak merasakan apapun ketika Arnold menggerayanginya. Arnold menyeringai.

Tiba-tiba netra Jasmin terbuka. Jasmin berada dipangkuan Sehun. Tubuh Sehun setengah memeluknya. Jasmin menangis tersedu-sedu.

Kaisar yang sejak tadi berkelahi dengan Arnold menghentikan aksinya. Semua orang terkejut melihat Jasmin menangis tersedu-sedu. Sehun memeluknya dengan erat.

Bibir Kaisar berdarah, begitu pula dengan Arnold. Kaisar melepas kerah baju Arnold lalu berlari mendekati sepupu satu-satunya.

"Kenapa nangis, Dek?" tanya Kaisar dengan raut khawatir. Hati Jasmin sangat hancur. Melihat Mauza dan Tantia yang diperlakukan seperti itu oleh Arnold.

Jasmin mengusap air matanya, ia berdiri dari duduknya. Mendekati Arnold dengan wajah gaharnya. Arnold tersenyum menanggapi. Dengan amarah yang bertumpuk di kepalan tangannya, Jasmin memukul wajah Arnold dan menendang bagian sensitifnya. Tiba-tiba Arnold pingsan.

Kaisar yang melihat adiknya sangat marah. Menarik Jasmin lalu memeluknya dengan erat. Kaisar sangat paham, Jasmin tidak akan berhenti memukuli Arnold. Walaupun Arnold sudah tidak sadarkan diri. Jasmin memang jarang menggunakan fisik ketika emosi. Tetapi jika ia sudah menggunakannya, maka ia akan menggunakannya sekuat tenaga.

"Jangan, Jasmin. Kamu bisa masuk penjara karena kekerasan." Kaisar mengingatkan. Jasmin menatap Kaisar lalu mengambil napasnya dalam-dalam.

Arnold dibawa pergi oleh teman-temannya. Ia harus segera dibawa ruang kesehatan. Jasmin mendudukan diri di kursi meja bundar. Ia lupa niatnya berada di sini dan lagi Mauza sudah menghilang entah kemana.

Kaisar mendekati Jasmin, begitu pula dengan Sehun. Mereka duduk di meja bundar untuk menanyakan alasan Jasmin menangis.

"Kamu ngelihat apa, sampai nangis gitu?" tanya Kaisar.

Jasmin menatap Kaisar dengan raut sedih. Ia tidak tahu harus memberitahukan kejadian yang ia lihat atau tidak. Jasmin beralih menatap Sehun. Pemuda itu membalas dengan anggukan.

✔ INDIGO 1 | Kematian Gadis ItuΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα