1. Tamu Tiada Dua

Mulai dari awal
                                    

Terkadang, anak gadis Bu Siti muncul. Dipeluknya seember pakaian kuyup. Ia melongok dari jeruji pagar untuk tersenyum malu-malu mau. Senyum itu cepat berlalu setelah ditegur sang ibu.

"Atiqah! Jangan lihat-lihat dia! Itu kosan banyak mudharat-nya. Ryan itu cowok homo! Semalam dia bawa temen-temen homonya terus enggak tahu deh pesta homo kali, ya!? Naudzubillah."

Rayyan bercelatuk dari balik pagar, "Nama saya bukan Ryan, Bu. Ini kosan khusus cowok, saya enggak mungkin bawa cewek masuk. Beberapa minggu lalu juga udah disidak Pak RT atas permintaan ibu, enggak ada apa-apa, kan, di kamar saya? Selain boneka bebek di ranjang."

Bu Siti mendelik marah. Dengan latar ayat-ayat suci dan wajah mengerikan si ibu ... siapa sebetulnya yang perlu di-rukiyah?

Sayang sekali, padahal awal-awal datang ke kosan, Bu Siti adalah tetangga paling murah hati. Beliau hobi mengirim rantangan semur daging dan cumi cabai hijau. Semua itu berubah sejak, suatu malam, Rayyan kepergok sedang dalam posisi sliding tackle bersama lelaki bule di kasur. Ya, salahnya juga lupa mengunci pintu. Namun, heran juga kenapa Bu Siti iseng masuk kamar kosan cowok. Wajah Bu Siti malam itu seperti dikhianati calon menantu dan dia memaki betapa Ryan tak pantas jadi suami anaknya. Sumpah, Rayyan tidak pernah sekalipun menggoda Atiqah.

Maaf, Bu Siti, saya memang enggak suka perempuan, kok.

Mendengar kejujuran Rayyan, Bu Siti dendam kesumat. Tak butuh waktu lama untuknya mengumpulkan warga, Rayyan beserta bebek-bebek horenya diminta keluar kosan. Sampai akhir, warga masih memanggilnya dengan sebutan "Ryan si homo".

Untuk meluruskan, nama lengkapnya adalah Rayyan Nareswara. Dua puluh satu tahun. Jangan sebut ia ganteng, sudah bosan. Banyak yang bilang wajahnya mirip aktor drama Asia homo terselubung yang dipaksa bergenre bromance. Sebagian lainnya bilang kontur wajah Rayyan, dari mata tajam hingga tegasnya rahang, mirip tokoh game Final Fantasy ala-ala CG.

Daripada aset wajah, Rayyan Nareswara lebih memilih otak dan pahatan otot. Sejak awal kuliah (jurusan seni rupa), Rayyan bangga jadi anak gym reguler dengan kantong pas-pasan. Ia membagi uang jajan untuk membayar gym membership, sebagian lagi untuk belanja protein murah-meriah: balok tempe dan putih telur kiloan dari warung. Kalau punya duit berlebih sedikit, Rayyan beli susu whey protein eceran.

Dapat duit dari mana? Bukan duit dari orang tua. Rayyan menambang uang ala millenials, jadi sopir ojek online dan part time barista kafe dekat kampus. Berjaket hijau ojol, tiap subuh Rayyan pergi naik motor (Honda Revo F1, masih kredit). Ada bebek mungil bertengger di setang motor. Perkenalkan, dia adalah salah satu anggota tim hore penyemangat Rayyan.

 Perkenalkan, dia adalah salah satu anggota tim hore penyemangat Rayyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau sedang tidak ada kelas di kampus, Rayyan langsung cus ke kafe. Ia habiskan banyak waktunya mengocok minuman. Cok kocok kocok kocok kocok kocok kocok sampai uang masuk kantong. Sepulang kerja, Rayyan menyempatkan nge-gym. Mang Tito (OB di kafe) sudah hafal kebiasaan ini, membuatkannya segelas kopi hitam pekat. Biar stamina Rayyan untuk chest press atau deadlift lebih jor-joran. Kalau masih merasa perkasa, malamnya Rayyan mengajak pacar lelakinya untuk main setrika-setrikaan di kosan, atau mencetin bebek karet di ranjang sampai bosan. Demikian kesehariannya.

DADDY HOT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang