PETERPAN

1.2K 212 7
                                    

Ditulis oleh : cerygud

Pukul sembilan malam, sudah waktunya untuk semua anak panti tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul sembilan malam, sudah waktunya untuk semua anak panti tidur. Tapi bukan berarti semuanya berlaku begitu, ada beberapa anak yang memang tidak suka waktu tidurnya diatur, kebanyakan dari mereka yang berusia lima belas tahun ke atas susah menidurkan diri dibawah jam sembilan malam. Entah karena hormon atau karena memang malas untuk sekedar memejamkan mata ke alam mimpi.

Seperti salah satu anak panti di ruangan enam puluh satu, anak lelaki berperawakan jangkung itu sibuk memperhatikan buku bekas yang diberikan ibu kepala panti siang tadi. Kebetulan dirinya berulang tahun yang ke tujuh belas hari ini, sebagai hadiah ibu kepala panti memberinya sebuah buku usang yang lumayan tebal. 

Kebanyakan anak lelaki mungkin menolak jika dihadiahi buku, tapi tidak dengan anak laki-laki yang satu ini. Remaja yang diketahui bernama Park Chanyeol itu, gemar sekali membaca buku sejak kecil, apapun jenis bukunya lelaki itu akan membacanya dengan sukarela. Maka tidak heran jika Chanyeol pintar dalam segi apapun, bahasa, matematika, biologi, hingga kimia, sudah mampu ia kuasai dalam umur yang masih terbilang muda. 

Chanyeol mendudukkan diri di ranjang tempat tidurnya dengan posisi kaki bersila, keseluruhan tubuhnya ia tutupi dengan selimut putih tipis, dan tak lupa sebuah senter kecil dengan cahaya berwarna kuning pudar di genggaman. Lelaki itu akan memulai rutinitas malamnya. Disaat semua orang tertidur pulas, ia akan mulai membaca buku di bawah selimut tipis dengan bantuan cahaya dari senter kecil milik pak satpam yang ia pinjam.

Sebelum memulai membaca buku usang pemberian kepala panti, Chanyeol menelaah keseluruhan sampul depan dan belakang terlebih dahulu. Dipakainya kacamata bulat miliknya guna memperjelas bacaan, tercetak kata TINKERBELL di bagian atas sampul depan, sepertinya itu adalah judul, lalu kosong, tidak ada kata atau kalimat lain di bagian sampul, bahkan nama penulisnya saja tidak tertera. Chanyeol semakin penasaran, lelaki itu membuka perlahan sampul depan guna melihat isi buku.

“Datang dan temui aku.” Hanya itu kata yang tertera di lembar pertama buku, aneh, buku macam apa ini, Chanyeol segera mengebet ke halaman selanjutnya namun kosong, tak ada tulisan apapun, tapi perlahan kepalanya terasa berat, sepertinya lelaki itu mengantuk.

Chanyeol terbagun di hamparan rumput hijau nan segar, matanya mengerjap memperhatikan pandangan yang kini buram. Pantas saja, kacamata bulatnya itu berembun dihiasi serbuk tanah pada pinggiran lensa. Lelaki itu segera menyekanya dengan kaus lengan panjang abu-abu yang ia kenakan. Sekiranya sudah, Chanyeol kembali mengenakan kacamata bulat itu, terkejut dirinya memperhatikan sekeliling yang tampak tak wajar. Rumput-rumput hijau besar terlihat tumbuh tinggi menjulang mengelilingi tubuhnya, apakah dirinya sedang berada di Negeri raksasa, atau-

Tunggu, ada yang aneh di sini, bukan rumput hijau itu yang membesar, tapi Chanyeol yang mengecil. Ini tidak benar, seingatnya terakhir kali dirinya sedang mendudukkan diri di ranjang panti, tapi kenapa sekarang dirinya berada di tempat seperti ini, dengan tubuh kerdil pula.

APRICITYEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang