Chapter 12 - Who is GIA? #part 2

Start from the beginning
                                    

 Wanita itu tengah memainkan jemarinya di dinding kamar yang baru saja ia sewa. Ia mendapatkan uang dengan menjual baju yang ia pakai dari kastil. Dan tentunya baju itu sangat mahal, dan cukup menghidupinya untuk beberapa minggu. Wanita itu membeli pakaian sederhana- T-shirt dan jeans beberapa stel. Ia memerlukan baju yang kasual untuk ruang gerak yang terbatas.

Kemudian ia menatap langit-langit kamarnya. Pandangannya kosong tanpa harapan. Lalu ia menutup matanya pelan. Terngiang-ngiang semua percakapan dirinya dengan Revan yang terakhir kalinya.
Setetes air mata pun keluar. Buru-buru ia menghapus  air mata yang akan berakhir menjadi permata.
" Witch- witch-"
Tania menoleh ke arah sang Angin.
" Magicians- mereka sudah membawa Ratu mereka datang ke dunia Vampire. Mereka tengah berada di side city Rumpthorn"
Sekejap wanita itu bangun dari kamarnya, dan langsung membuka portal dimensi.
Ia harus melakukan sesuatu-

Tania tiba di depan gerbang istana Rumpthorn. Prajurit penjaga tidak bisa mengenali Tania, namun pandangan mereka terpaku dengan wanita itu. wanita dengan baju Tshirt yang biasa, namun wajah yang cantik dan juga rambut hitam yang panjang dan sedikit ikal. Siapapun akan terbius akan kehadirannya.
Wanita itu menaburkan serbuk ke udara, sekejap penduduk disekitarnya tidak bisa bergerak. Efek dari paralyze itu lumayan ampuh dan bisa menyebar dan menyerang saraf sensorik dan motorik seseorang. Apalagi dengan bantuan sang angin untuk menyebarkan serbuk tersebut. Ia dengan mudah membuat mereka tidak bisa bergerak. Walaupun begitu, mereka masih bisa melihat dan berbicara.

" Siapa wanita sialan itu?! berani-beraninya dia membuat kita mematung seperti ini!"
Tania menutup matanya sebentar dan membukanya. Matanya yang sudah berubah warna- tanda ia sedang serius. Ia mengeluarkan pisau kecil dari sakunya dan mengiris pergelangan tangannya. Darah segar itu mengalir dengan deras. Membuat para penduduk berteriak histeris- lebih tepatnya mereka tidak bisa mengendalikan nafsu mereka akan betapa enaknya darah merah segar tersebut. Inilah alasannya mengapa wanita itu membuat saraf mereka lumpuh sementara.

Wanita itu mulai berjalan mengelilingi tembok perbatasaan kastil dengan tetesan darah yang keluar dari pembuluh nadinya.
Setelah selesai mengelilinginya, terbentuk pelindung yang melapisi kerajaan tersebut. Dengan cepat, wanita itu menyembuhkan tangannya sendiri, dan membuka portal dimensi lagi seraya menaburkan serbuk berwarna emas ke udara. beberapa detik kemudian, para penduduk sudah bisa bergerak dan langsung mulai menyerang Tania. Namun mereka telat, wanita itu sudah hilang ditelan tebalnya kabut.

Revan masih tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Istana Rumpthorn tepat dikelilingi oleh pelindung besar yang tidak bisa ia percayai- dan ia tahu perbuatan siapa ini.
Pelindung anti-magic. Itu tentu perbuatan dari istrinya, Tania Rumpthorn.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tania bernafas terengah-engah, seluruh tubuhnya terasa lemas, ia tidak mungkin bisa lagi melanjutkan teleportnya. Bahkan portal dimensi yang ia buka tidak sesuai dengn tujuannya.
Wajahnya pucat, bahkan lebih pucat dari vampire biasa. bibirnya mulai memutih. Ini puncaknya.
Ia akan pingsan- dan kemungkinan ia akan bertemu dengan magicians sangat besar. Ia harus melarikan diri-
Tapi beberapa detik kemudian wanita itu langsung pingsan dan ambruk ke tanah. Suara sang angin juga tidak bisa menggapainya lagi.


Wanita itu membuka matanya- ia ingat akan harum dan bau ruangan ini. Ia mengucek matanya dengan pelan dan mendapatkan sesuatu yang mengejutkan.
Laki-laki itu tengah duduk disampingnya dan menggenggam tangannya dengan erat.
" Tania-"
Tania pun menutup matanya, dan menggeleng kepala.
" Ini pasti mimpi, aku mungkin kecapekan"
" Tania, kamu tidak sedang bermimpi" Kata laki-laki itu dengan suaranya yang khas.
Wanita tersebut membuka matanya untuk kedua kalinya dan langsung memeluk pria didepannya. Sekali lagi, ia menangis dipelukan laki-laki itu.
Laki-laki itu memeluknya dengan erat dan mengelus rambutnya, bermaksud untuk menenangkan wanita itu.
" Aku merindukanmu,  istriku "

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tania tengah duduk dikasur sambil bersandarkan bantal besar.
Ia baru selesai menghabiskan makan malamnya. Ia berpikir lagi, kenapa laki-laki itu bisa menemukannya? ia sungguh tidak bisa percaya akan semua ini.
Laki-laki itu masuk, dan kali ini wajah laki-laki itu terlihat khawaatir.
" kenapa kamu membuat pelindung dan juga janji dengan serigala jadi-jadian itu?"
Pertanyaan itu membuat Tania diam seribu bahasa.
Ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu, karena semua yang ia lakukan ini sesuai dengan hati nuraninya.
" Aku tidak bisa menjawabnya sekarang ini, aku tidak boleh melibatkan magicians di perang vampire dan werewolf, bukanlah itu sudah hukumnya?"
Ia melihat langsung ke mata Revan, namun ia tidak berani melihatnya-

" Maafkan aku" kata Revan dengan tiba-tiba. Wanita itu kaget sebentar.
" Waktu itu aku hanya marah karena kamu tidak jujur denganku. Aku tahu aku egois dan tidak memikirkan betapa sakitnya hatimu- maafkan aku tidak bisa menjadi suami yang baik untukmu"
Tania tersenyum lembut dan mengecup pipi pria itu seraya memeluk pria bertubuh tegap tersebut.
" Maafkan aku tidak berterus terang terlebih dahulu.. Aku takut kamu akan meninggalkanku kalau kamu tahu aku bukan manusia sepenuhnya" Ujar Tania dengan pahit. Ia selalu takut akan kenyataan tersebut dan memilih menghindarinya.

Laki-laki itu melepaskan pelukan wanita itu, dan menyelimuti tubuh wanita itu dengan bed cover yang tebal.
" Istirahatlah" Ujar Revan seraya berjalan meninggalkan wanita itu.
Namun ia merasa ujung bajunya ditarik. Ia pun menghentikan langkahnya.
" Jangan tinggalkan aku lagi. Aku mohonn Revannn... Jangan tinggalkan-"
Dengan cepat pria itu menarik wanita itu kepelukannya dan menempelkan bibirnya.
" Kamu tahu jelas, aku tidak pernah bisa tidak menyentuhmu, dan kamu memberikanku peluang, kali ini aku tidak akan melepaskanmu, Tania"

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Wanita itu tengah menyeludup di kantor administrasi negara Korea. Dengan gerakannya yang cepat, ia tidak tertangkap oleh cctv yang sudah dipasang di setiap sudut ruangan yang ada di bangunan tersebut. Bahkan pintu yang sudah terkunci rapat jebol- pegangannya rusak, tanpa memerlukan waktu yang lama. Ia berjalan ke deretan lemari besi yang tentunya sangat banyak akan berkas-berkas yang didalamnya.

" Weeww, malam ini akan menjadi malam yang panjang tentunya" Ujar wanita itu sambil melihat sekitarnya.
Matanya menangkap sebuah komputer yang tentunya akan membantunya. Lalu ia dengan cepat berlari tepat dibawah kamera cctv dan menekan tombol freeze.
" Hi, komputer! sudah lama aku tidak berurusan denganmu" Ujar Clara sambil menoleh ke arah komputer tersebut dengan seulas senyum yang mematikan.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ian terbangun dan mendapatkan wanita yang berumur 40an tengah mengancamnya nyawanya dengan sebuah pedang panjang yang bersinar biru.
Ian pun terkekeh.
" Kau ingin membunuhku?" kekeh Ian dengan santai.
" Klan ku membuat suatu kesalahan, yaitu bekerja sama dengan werewolf yang merugikan pihak kami"
Sekali lagi laki-laki itu tertawa.

" Pedang biru ini tidak berpengaruh padaku, aku akan regenerasi, kamu tahu akan itu" Pria itu turun dari kasurnya dan berjalan menghampiri meja yang terhidang daging rusa yang masih mentah dan asih terdapat darah disekitarnya. Ia menyomot daging mentah itu dan menyodorkannya kepada wanita tersebut.
Wanita itu membuang muka dan langsung mengambil duduk di kursi terdekat.
" Kamu harus membantu kami untuk menangkap wanita jalang itu, kami akan melakukan apa yang kau mau" Ujar wanita itu sambil melipat tangannya didepan.
" Tawaran yang bagus, diterima"


Revan tertidur pulas. Tania pun bangun sambil menarik bedcover untuk menyelimuti tubuhnya. Dengan pelan, ia turun dari kasur tanpa mengeluarkan suara. Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya ditarik balik ke kasur.
" Kamu mau meninggalkanku?"
" eh?" Wanita itu menyahutnya dengan salah tingkah.
" Siapa yang memohon 'jangan tinggalkan aku. aku cinta padamu, Revan' ?" Seringai Revan.
Bantalan pun mendarat tepat di muka Revan.

" Kapan aku mengatakan kalimat terakhir itu?! Dasar!" Tania melototi Revan dengan gemas.
Revan pun memeluk wanita itu dengan erat.
" Kamu masih mau pergi menemui siluman serigala itu?" Tanya Revan dengan serius.
Tania hanya mengangguk kemudian melepaskan pelukan Revan seraya turun dari kasur dan masuk ke kamar mandi.
Revan pun hanya bisa menatap langit-langit. Ia tidak bisa berbuat apa-apa akan keputusan istrinya itu. Karena dirinya dan istrinya itu sama-sama keras kepala dan tidak mau mengalah. Jadi lebih baik, kali ini ia mengalah saja.

The Vampire King and the Queen WitchWhere stories live. Discover now