81 not 18

1K 171 22
                                    

Entah sudah pekan keberapa sejak berakhirnya ujian praktik di SMA Produce X. Artinya, sudah lama pula Minkyu tidak masuk sekolah. Kehidupan anak-anak di kelas XII IPS 1 tampak normal, namun tidak dengan Lareina. Semangatnya menurun lagi karena Minkyu tidak ada.

Ditambah lagi, Hitomi juga tidak masuk sekolah pada hari itu. Alhasil, Lareina semakin kesepian. Lareina duduk sendiri di bangkunya dan terlihat sedang menyibukkan diri dengan lembaran soal. Sesekali, ia mengecek ponsel untuk membalas pesan yang masuk. Dari raut wajahnya, jelas sekali kalau Lareina sudah lelah.

"Hai, Lareina."

Tanpa meminta izin terlebih dahulu, seorang anak laki-laki berkulit putih duduk di samping gadis itu. Lareina sendiri tidak sadar dengan kehadirannya, karena dia memakai airpods.

"Lareina?"

"Apa, Hwan?"

"Lo udah ngerjain soal bahasa Inggris paket kelima?"

"Udah. Mau liat?"

"Enggak, nanya aja."

Lareina pikir, orang yang tidak lain adalah Junghwan itu akan meninggalkannya setelah pertanyaan tersebut dijawab. Nyatanya tidak. Junghwan tetap duduk disana dan merapatkan bangku untuk mendekatinya. Jujur, Lareina risih. Namun, dia tidak sejahat itu untuk mengusir Junghwan.

"Rei......."

"Apa?"

"Minkyu udah lama nggak masuk ya?"

"Iya. Gara-gara lo kan?"

"Eng—"

"Kalo lo nggak ngehajar dia waktu itu, pasti Minkyu ada di sekolah sekarang."

"M-maaf, Rei......"

"Lo jahat banget, Hwan. Gue benci sama lo."

Tanpa menunggu balasan Junghwan, Lareina segera merapikan buku-bukunya untuk dibawa ke meja lain. Ia memilih untuk duduk bersama Choerry dan Miu agar Junghwan tak mengganggunya lagi.

*******

Sementara itu, di rumah sakit.......

"Wah, ada yang lagi ulang tahun nih." Ucap Eunsang sambil melirik ke arah salah satu pasien.

"Iya, 18 tahun coy!" Sambar Mogu.

"Siapa tuh yaa?" Tanya Wei sambil tersenyum.

"Hehehe, ga nyangka gue masih dikasih hidup sampe sekarang. Kirain, umur gue nggak bakal nyampe 18."

"Happy birthday Minkyu!!!"

Tiga pasien yang sekamar dengan Minkyu serentak memberinya ucapan tersebut. Minkyu pun tersenyum manis sambil memperlihatkan kawat gigi bawahnya. Hingga tak lama, dokter Minhyun datang memasuki ruang rawat itu dan membawa kue serta lilin.

"Selamat ulang tahun, Sayang!"

"Wah.........Makasih, Ayah!"

"Tiup dulu dong lilinnya......."

Minkyu meniup lilin berbentuk angka 18 itu, sebelum dokter Minhyun menciumi kedua pipinya. Biarpun sang dokter tidak turut andil dalam membesarkan Minkyu, beliau merasa bangga bisa membuatnya bertahan hidup sampai saat ini.

"Minkyu, sini peluk ayah!!"

"Peluuuk!!!"

Usut punya usut, Minkyu sudah tidak pernah merayakan hari ulang tahunnya sejak sang ibu meninggal. Ayah kandung Minkyu tidak pernah memberikan apapun pada hari ulang tahun anaknya. Jangankan memberi sesuatu, beliau bahkan tidak pernah ingat kapan Minkyu lahir. Oleh karena itulah, Minkyu sangat senang ketika hari bahagianya dirayakan, biarpun bukan bersama keluarga biologisnya.

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang