57. Brotherhood

1K 175 40
                                    

Pagi itu, Minkyu terbangun di ruang perawatannya. Cahaya sinar mentari menyeruak masuk melalui tirai rumah sakit dan mengenai wajah pucatnya, membuat mata Minkyu sedikit silau.

Minkyu melihat sekeliling. Tidak ada siapa-siapa disana, hanya ada suara dengkuran pasien lain yang masih terlelap di balik tirai pembatas. Dokter Minhyun pun tidak mendampingi Minkyu seperti biasanya. Sepertinya, beliau sedang mengurusi pasien lain. Minkyu tidak bisa mengharapkan kehadiran beliau selama 24 jam penuh, karena dia pun tahu, pasien dokter Minhyun banyak.

"Aduh...... Gue mau ke kamar mandi, tapi nggak ada yang nganter. Sementara kepala gue pusing gini." Batin Minkyu sambil berusaha bangkit dari pembaringannya.

Untuk duduk saja, Minkyu sudah kesulitan. Pandangannya berputar dan berkunang-kunang. Sebenarnya bisa saja, kalau Minkyu memencet bel dan meminta dokter lain untuk mengantarnya ke kamar kecil. Namun, ia merasa sungkan jika itu bukan dokter Minhyun.

"Gue coba pelan-pelan aja deh. Kan bisa sambil pegangan tembok."

Dengan gerakan yang sangat lamban, Minkyu menapakkan kedua kakinya di lantai. Lantai itu terasa sangat dingin bagi Minkyu. Jelas saja, tubuh Minkyu demam, dan ini membuatnya mudah menggigil.

"Yah....... Ada infus pula. Makin susah deh gue geraknya."

"Tapi gue coba bawa sendiri deh."

Tanpa fikir panjang, Minkyu langsung menarik tiang infusnya untuk dibawa ke kamar mandi. Dokter Minhyun pasti marah jika mengetahui hal ini, namun apa boleh buat. Minkyu sudah tidak tahan dan ingin segera buang air kecil.

Tangan kanan Minkyu yang bebas dari selang infus meraba-raba dinding kamar rumah sakit itu. Kepalanya pusing, ditambah lagi, mata Minkyu minus dan ia sedang tidak menggunakan kacamatanya. Tentu saja, penglihatan Minkyu semakin kabur.

"Dikit lagi, Kyu. Itu kamar mandinya di depan."

Minkyu berhasil masuk ke bilik tersebut, lalu menutup pintu. Ia sengaja tidak menguncinya, jaga-jaga kalau sampai ada apa-apa di dalam kamar mandi. Sesuai tebakan, hal yang Minkyu takutkan pun terjadi.

Lantai kamar mandi tersebut agak licin, karena Minkyu memang menggunakannya bersama dengan pasien lain. Entahlah, mungkin pasien tersebut tidak menjaga kebersihan fasilitas bersama, sehingga banyak sisa sabun yang tertinggal di lantai. Baru dua langkah Minkyu masuk ke kamar mandi, tubuhnya langsung oleng. Minkyu berusaha mempertahankan keseimbangannya dan memegang handle pintu. Sayangnya, Minkyu terlambat. Ia langsung terpeleset dan jatuh pingsan di kamar mandi.

*******

"Selamat pagi, Minkyu. Ayo kita sarapan—"

Kalimat dokter Minhyun langsung terputus ketika mendapati pasiennya tidak ada di kasur rumah sakit. Raut wajah beliau berubah panik. Beliau berusaha mencari keberadaan Minkyu di seluruh ruangan tersebut, namun hasilnya nihil.

"Permisi......" Ucap dokter Minhyun kepada pasien lain di kamar itu.

"Ada apa, Dok?"

"Kamu lihat pasien saya nggak? Dia remaja laki-laki, badannya tinggi."

"Maaf, saya nggak lihat, Dok."

Sang dokter mengulangi hal yang sama kepada dua pasien lainnya, namun mereka semua hanya geleng-geleng kepala. Dengan sigap, dokter Minhyun pun segera keluar dari kamar perawatan itu untuk mencari Minkyu. Tetapi, langkah beliau terhenti saat melihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat.

Klek.

"Astaga, Minkyu?????"

Dokter Minhyun langsung memanggil para suster melalui bel di kamar itu secara berulang-ulang. Beliau panik bukan main ketika melihat tubuh Minkyu yang tergeletak lemas di kamar mandi.

"Cepat, bantu saya mengangkat pasien ini!!!"

"Siap, Dok!"

"Aduh, Minkyu....... Saya kan udah bilang, kamu kalo mau ke kamar mandi tuh jangan sungkan buat minta tolong......"

Minkyu langsung dibaringkan di kasur perawatannya, sementara dokter Minhyun mengecek kondisi pasiennya itu. Untungnya, detak jantung Minkyu masih normal. Beliau tinggal menunggunya sadar.

"Suster, kalau pasien ini sudah sadar, tolong berikan menu sarapannya. Saya ada pasien lain yang harus ditangani." Titah dokter Minhyun.

"Baik, Dok."

"Saya permisi."

Selang waktu beberapa menit, Minkyu tersadar dari pingsannya. Ia langsung disuguhi satu mangkok sup hangat, lengkap dengan lauk yang terlihat menggugah selera. Namun, namanya juga orang sakit, pasti Minkyu enggan menyentuhnya.

"Ayo dimakan dulu, ini sudah siang loh. Nanti obatnya nggak bisa masuk." Bujuk sang suster yang menjaga Minkyu.

"Nggak mau, Sus. Saya mual."

"Pelan-pelan aja, nanti juga habis kok. Saya nggak mau kena tegur dokter Minhyun kalau kamu nggak makan."

Percakapan itu terdengar oleh ketiga pasien lain yang juga dirawat di ruangan tersebut. Kebetulan, tirai pembatas antara mereka sedang terbuka lebar. Ketiga pasien itu sudah lama dirawat, sehingga mereka kerap berinteraksi dengan tenaga medis disana.

"Sus, pasien baru tuh?" Tanya salah satu dari mereka yang berambut kemerahan.

"Iya, baru masuk beberapa hari yang lalu."

"Oh......."

Pasien itu menatap Minkyu intens, dan Minkyu pun membalasnya dengan senyum tipis. Nampaknya mereka seumuran, karena perawakan mereka terlihat seperti siswa SMA.

"Kenalin, gue Eunsang. Gue pasien lama disini, udah kena kanker dari tahun lalu."

Minkyu terdiam. Ternyata, anak itu bernasib sama dengannya. Ia juga harus berjuang melawan penyakit mematikan di usianya yang masih belia.

"Gue Minkyu."

"Lo kena kanker apa??"

"Kanker darah limfoma. Temen gue yang dua itu juga kena kanker. Kita semua pasiennya dokter Minhyun."

"Oh...... Gitu. Sama kok, gue juga pasien kanker darah. Tapi beda jenis, gue leukemia AML."

"Semangat ya, Bro. Gue yakin kita bisa survive."

"Bang Wei, bang Mogu, kenalan nih sama Minkyu."

"Halo Minkyu, gue Mogu." Ujar pasien yang terbaring di samping Eunsang.

"Gue Wei. Oh iya Minkyu, lo jangan sungkan buat jbjb sama kita yaa! Salah satu kunci dari kesembuhan itu kan dukungan sosial. Lo kalo butuh bantuan atau temen ngobrol, panggil kita aja."

"Iya Kyu. Btw, gue minta maaf ya...... Gara-gara gue, lo jadi kepleset. Kemaren gue dimandiin nyokap, terus lupa bersihin lantainya." Ujar Mogu lirih.

"Gapapa kok, guenya aja yang ga hati-hati."

"Kyu, makan dulu gih. Kasian itu mba susternya nungguin." Ucap Eunsang mengingatkan.

"Yaudah, gue makan dulu ya!"

******

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang