39. Forced

1K 179 40
                                    

Saat Minkyu masih duduk di samping Lareina, tiba-tiba ponselnya berdering. Minkyu segera mengambil benda itu dari kantong celananya, sambil melirik siapa nama yang tertera di layar.

"Alarm. 19:00 — minum obat"

"Aduh........ ga mungkin kan, kalo gue minum obat disini? Nanti Lareina tau dong....." Ucap Minkyu dalam hati.


"Siapa yang nelfon, Ming?"

"Eng—itu, bapak gue."

"Coba lo telfon balik, Ming. Takutnya penting."

"Duh, jawab apa nih gue?" Batin Minkyu sambil berusaha memutar otaknya.

"Anu........ Tadi beliau sempet whatsapp, katanya gue disuruh balik."

"Oh yaudah, gue juga balik deh."

"Sama siapa, Na?"

"Sama pak supir, masih nongkrong tuh di warung nasi goreng."

"Oh yaudah, hati-hati ya Na! Kalo udah sampe rumah kabarin gue!"

"Lo juga, Ming. Gaboleh ngebut!!"

Minkyu pun bernafas lega, karena kebohongannya berhasil tertutupi. Sebenarnya, ia masih ingin berlama-lama dengan Lareina. Namun, keadaan ini memaksanya untuk pulang.


Ketika Minkyu sampai di rumah, ia terkejut. Sang bapak sudah berdiri di depan pintu. Ia pikir, beliau belum pulang, karena masih asik bermain dengan wanita malam seperti biasanya.

Jantung Minkyu berdegup kencang disaat beliau menatapnya dengan penuh kebencian. Di tangan kirinya, sang bapak memegang tongkat kayu yang sudah siap untuk dipukulkan ke tubuh Minkyu.

"Dari mana aja kamu?"

"Dari—"

BRUK!

Belum sempat menjawab, badan Minkyu sudah dijatuhkan ke lantai, lalu dipukul sekuat tenaga. Amarah sang bapak sudah tak terbendung, hingga bagian kepala pun ikut dihantam.

"ANAK BRENGSEK!"

"KAMU TAU NGGAK? BAPAK KERJA CARI UANG, BUAT BIAYAIN KEMOTERAPI KAMU! TAPI KAMU MALAH KELUYURAN! HARUSNYA KAMU BANTUIN BAPAK KERJA DI PASAR!!!"

"KENAPA KEMAREN MALAH HYEONGJUN SIH YANG MATI, BUKANNYA KAMU? ORANG SAKIT KAYAK KAMU ITU NYUSAHIN, TAU?"

Minkyu tampak pasrah. Keningnya berdarah, namun tidak ada yang bisa dia lakukan selain merintih kesakitan. Belum puas sang bapak memukuli Minkyu, ditendangnya perut anak itu.

"ANAK GA TAU DIUNTUNG!"



Minkyu dipaksa bangkit dan berdiri, sebelum sang bapak merapatkan tubuhnya ke dinding. Ia tampak lemas, namun beliau tetap menyiksa anak sulungnya tanpa ampun.

"Denger ya. Kalo kamu masih mau hidup, dan biaya kemoterapimu bapak bayarin, kamu harus bantu bapak."

"B-bantu apa, Pak?"

"Kamu harus bantuin bapak bawa dagangan setiap subuh."

"T-tapi, Pak......... Jarak dari rumah ke sekolah kan jauh. Nanti Minkyu terlambat."

Insight | Kim MinkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang