23. ѕєριнαк

186 36 3
                                    

Bianca dan Gevaro bertemu di tempat yang terpencil, ruangan kecil yang tersembunyi di sudut gelap sebuah bangunan tua. Bangunan itu ternyata adalah markas geng motor Gevaro yang digunakan menjadi tempat berkumpulnya anak berandalan. Siapa yang menyangka jika Gevaro si peringkat satu dan rival abadi Teo ternyata adalah pemimpin dari geng motor.

Cahaya remang-remang menyinari ruangan itu dari lampu kecil yang dipasang di dinding. Bianca dengan tatapan tajam dan senyum misteriusnya, duduk di kursi kayu yang sudah agak lapuk. Rambutnya tergerai indah di bahu, menciptakan kesan cantik yang menakutkan. Sementara itu, Gevaro dengan ekspresi datar namun serius duduk di depannya, menatapnya dengan penuh perhatian.

"Rencana pertama dan kedua berhasil, tinggal buat Teo untuk benci sama Sangkara. Gue baru merasa lega kalau Teo secara terang-terangan mengungkapkan kekecewaannya pada Sangkara." Ujar Bianca dengan tegas.

"Gue nggak habis pikir sama isi pikiran cewek. Rela melakukan segala cara untuk membuat pujaan hatinya menyukainya kembali," seru Gevaro, asap rokok membentuk lingkaran di sekitar wajahnya yang membuatnya terlihat rileks.

Bianca menatap Gevaro dengan tajam, "Lo nggak akan ngerti sebesar apa perjuangan cewek untuk kebahagiaannya dan kebahagiaan pujaan hatinya." Ujarnya.

Gevaro menghela nafas mendengar tujuan Bianca, "Sekarang gue tanya, memangnya Teo mau menerima lo setelah persahabatannya sama Sangkara hancur? Sebelum Teo berteman sama Sangkara lo itu cuma dianggap benalu sama dia. Lo itu bego atau gimana sih? Dibutakan oleh cinta sepihak." Lontarnya dengan blak-blakan.

"Tutup mulut lo!" Erang Bianca, "waktu itu gue memang nggak dianggap teman sama Teo, tapi seenggaknya gue akan membuktikan kalo cinta gue ini besar dan tulus." Sambungnya menjelaskan.

Gevaro mencibir. "Tulus? Baru kali ini gue lihat orang cinta dengan tulus tapi pake cara licik begini, cih!" Decaknya.

"Udah! Gue nggak mau dengar ocehan lo, gue datang kesini cuma mau mastiin kalo Sangkara udah lo singkirkan." Pekik Bianca.

Gevaro menghembuskan asap rokok yang ia hisap di depan Bianca, dan gadis itu nampak memalingkan wajahnya agar tidak terkena asap rokok tersebut.

"Tenang aja, bawahan gue pasti udah berhasil melenyapkan orang yang lo benci itu." Jawab Gevaro dengan santainya.

Bianca mengerutkan keningnya. "Tunggu, apa maksud lo melenyapkan?" Tanyanya bingung.

Gevaro dengan naifnya menjawab. "Bukannya itu yang lo mau dari gue?"

Bianca terkejut. "LO UDAH GILA, YA?!" Marahnya, yang sudah tak mampu diredam.

Gevaro menautkan kedua alisnya karena bingung dengan sikap Bianca. "Hah? Kenapa lo jadi ngatain gue gila?"

"Gue nggak nyuruh lo untuk lenyapin Sangkara, gue cuma minta lo untuk menyingkirkan dia dari kehidupan Teo." Ujar Bianca menegaskan.

"Menyingkirkan itu sama dengan melenyapkan, kan? Kenapa lo malah keberatan?" Balas Gevaro, menunjukkan ketidakpeduliannya.

"Bukan itu maksud ucapan gue, Gevaro! Makanya kalo orang lagi ngomong itu didengerin sampe tuntas, eughhh!" Erang Bianca frustasi.

"Ya udahlah, lagian tuh orang juga koma di rumah sakit selama tiga hari. Paling nggak lama lagi dia mokad." Timpal Gevaro.

"Kalo dia benar-benar meninggal, gue nggak mau ikut tanggung jawab," desis Bianca tak ingin terlibat dalam masalah yang jauh lebih besar.

"Ya ya terserah, tapi jangan lupa sama bayaran gue, ya ...." Celetuk Gevaro dengan sedikit ledekan di wajahnya.

Bianca berdecak kesal pada sikap Gevaro yang semena-mena pada rencana mereka. "Ck! Nggak usah diingetin gue akan transfer bayarannya."

Bianca pun pergi dari hadapan Gevaro dengan perasaan sedikit was-was terkait kondisi Sangkara yang sedang sekarat di rumah sakit. Jika memang benar niat Gevaro adalah melenyapkan Sangkara, itu akan membahayakan dirinya di masa depan. Ia tidak mau terlibat dalam masalah yang akan menjerumuskan dirinya ke dalam penjara terkait kasus pembunuhan berencana.

LINGKAR BINTANG [TAMAT]Where stories live. Discover now