3. тяαυмα

436 120 73
                                    

Bumi, seorang murid kelas 12 dengan rambut gondrong dan senyum nakalnya, adalah figur yang tak terlupakan di sekolahnya. Sifatnya yang jahil dan penuh dengan prank telah membuatnya dijauhi oleh teman-temannya. Bahkan di mata wali kelas, Bumi adalah murid yang sulit diatur, ia dijuluki sebagai murid yang kurang teladan. Tidak banyak yang tahu bahwa Bumi adalah seorang anak panti yang ditinggalkan oleh orangtuanya 11 tahun lalu.

Kehadirannya di panti juga tidak selalu dianggap positif oleh rekan-rekannya. Sifat kekanak-kanakan Bumi membuatnya tidak populer di kalangan orang-orang panti yang lebih tua. Meski begitu, Bumi tetap menjalani hidupnya dengan penuh semangat dan ceria. Ia menolak membiarkan bayang-bayang masa lalunya merusak kebahagiaannya.

Setiap hari, ia menciptakan kegembiraan melalui tingkah laku dan kejahilannya, seolah-olah hidup adalah sebuah panggung komedi yang tak ada habisnya.

"Bumi, jangan bercanda terus! Cepat kerjakan tugasmu!" Titah guru yang sedang di dalam kelas.

"Buat apa sih belajar? Toh, rumus-rumus ini nggak akan berguna buat saya yang ingin hidup bebas." Balas Bumi dengan santai.

"Bumi, cepat bersihkan jendelanya! Jangan main-main!" Gerundel siswi yang sedari tadi menyapu lantai, melihat kelakuan Bumi membuat darahnya naik.

"Gue udah bersihin, lihat aja."

"Ihhh, bersih dari mananya? Debunya masih banyak, Bumi!!" Siswi itu teriak karena kesal dengan cara kerja Bumi yang tidak becus dalam membersihkan kelas.

Bumi merasa senang melihat orang-orang disekitarnya merespon kenalakan dan kejahilan yang selalu ia lakukan.

Melihat respon siswi tersebut membuat Bumi memilih untuk pergi ke kantin.

"Bumi, mau kemana?! Tugas lo belum selesai!!" Siswi itu teriak semakin murka dengan sikap Bumi yang acuh tak acuh pada tugasnya sebagai petugas piket hari ini.

Bumi melangkah dengan langkah ringan menuju kantin sekolah, mata ceria dan senyumnya yang selalu lebar seolah menjadi langkah riang yang menandakan kedatangannya. Tak lama, ia tiba di kantin, tempat di mana aroma mie yang menggoda menguar dan keceriaan penjaga kantin selalu menyambut setiap pelanggan.

"Halo, Pak Gede! Mie spesial hari ini, ya?" Bumi bertanya sambil meletakkan dompetnya di atas meja.

"Ah, Bumi! Kamu selalu tahu cara membuat Bapak tersenyum. Iya, mie spesial, seperti biasa," jawab Pak Gede sambil tersenyum. Bumi bukan hanya pelanggan biasa; ia adalah sumber keceriaan di kantin ini.

Sambil menunggu mie spesialnya disiapkan, Bumi tak bisa menahan diri untuk tidak berbincang dengan Pak Gede. "Bagaimana hari ini, Pak? Ada kabar gembira?"

Pak Gede tertawa, "Nggak banyak yang berubah di sini, Bum. Kamu sendiri gimana? Ada rencana jahil baru untuk hari ini?"

Bumi tertawa riang, "Pasti ada, Pak! Hidup tanpa canda itu seperti mie tanpa bumbu!"

Tak berselang lama, seorang siswa berwibawa memasuki kantin. Teo, sosok yang selalu bersaing ketat dengan Gevaro untuk peringkat satu di kelas. Walaupun begitu, wajahnya datar dan dingin seolah tak terpengaruh oleh sekelilingnya.

Bumi, yang selalu memiliki rasa ingin tahu tinggi, tidak bisa menahan diri. "Hei, Teo! Mau pesan minuman yang biasa, kan?"

Teo hanya menatap Bumi sebentar dengan tatapan datar dan menjawab singkat, "Iya."

Saat Teo pergi setelah membeli minuman, Pak Gede bertanya sambil mengelap cangkir, "Bum, setiap hari Teo cuma beli minuman. Itu pun jenis minuman yang sama. Emangnya dia nggak bosan, apa?"

Bumi mengernyit, "Aku nggak tau, Pak. Tapi saya juga penasaran, hehe."

Dengan tekad yang tumbuh, Bumi melahap mie spesialnya dengan cepat dan langsung menyusul Teo ke kelas. Namun, sebelum sampai di kelas, di lorong, Bumi melihat adegan yang membuatnya terpukau.

LINGKAR BINTANG [TAMAT]Where stories live. Discover now