4. ρєηgαкυαη

399 105 32
                                    

Teo hidup dalam bayang-bayang ekspektasi tinggi yang diletakkan oleh sang ayah, seorang pria ambisius yang menginginkan segala sesuatu menjadi sempurna, terutama ketika berkaitan dengan putra keduanya.

Ia merupakan siswa yang cerdas, selalu mendapatkan peringkat kedua di kelasnya. Namun, bagi sang ayah, itu tidak cukup. Posisi satu di kelas adalah tujuan yang tak terelakkan. Harapannya terletak padanya untuk mengalahkan pesaing utamanya, Gevaro, anak yang selalu ada di posisi puncak.

Di mata Teo, Gevaro bukan hanya pesaing di kelas, tapi juga musuh pribadinya. Ayah Teo, dengan alasan yang tidak jelas, memiliki dendam yang besar terhadap ayah Gevaro dan memintanya untuk mengunggulinya.

Sang ayah meminta Teo untuk memenuhi harapannya sehingga menciptakan tekanan yang tak terhingga. Teo selalu dibatasi dengan hal-hal tak terduga, sehingga impian sebenaranya yang ingin menjadi pemain basket profesional, harus diurungkan.

Di tengah penderitaannya, Teo bertemu dengan Bumi, seorang anak yang hidup dalam kebebasan yang diidamkannya. Meskipun Bumi dianggap sebagai anak yang sulit diatur dan dijauhi oleh sebagian besar teman sekelasnya, Teo melihat kebaikan dalam dirinya. Bumi adalah satu-satunya yang mencoba berteman dengan Teo, tetapi sang ayah melarangnya untuk berhubungan dengan anak yang dianggapnya tidak cerdas.

Suatu hari, saat menuju perpustakaan, Teo tanpa sengaja menjadi saksi dari aksi kekerasan terhadap seorang siswa bernama Haru. Keberanian Teo mengintervensi situasi yang membuatnya mendapat keberanian baru. Dalam keadaan genting, ketika Haru hampir menjadi korban pemukulan, Teo dengan cermat merekam kejadian tersebut dan mengancam akan memberikan bukti itu kepada kepala sekolah.

Mendengar ancaman ini, para pelaku kekerasan melarikan diri. Haru, yang pada awalnya tidak bisa percaya, akhirnya berterima kasih kepada Teo.

"Sebaiknya lo ke UKS." Ucap Teo namun dengan wajah datar.

"Buat apa?" Balas Haru masih dengan kepala tertunduk.

Teo mengernyit bingung dengan ucapan Haru barusan. "Supaya luka lo diobati." Jawabnya singkat.

"Bukan itu maksud gue." Kata Haru dengan nada rintih.

"Terus, apa maksud lo?" Teo mengerutkan keningnya.

"Buat apa lo nolongin gue?" Tanya Haru serius. Raut wajahnya sedih, kesal, dan marah. Entah pada orang-orang yang sudah merundungnya atau bahkan pada dirinya sendiri yang lemah dan tak mampu berbuat apa-apa selain pasrah pada keadaan.

Tatapan Teo juga tak kalah serius. "Karena lo dalam keadaan mendesak." Jawabnya langsung.

"Apa?" Haru terkejut. Bahkan teman-teman sekelasnya tidak pernah mau membantu dirinya saat sedang dibully. Tetapi Teo, dengan santai menjawab bahwa apa yang dia lakukan adalah karena Haru dalam keadaan mendesak, atau dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Kenapa lo nggak ngelawan?" Tanya Teo mengubah topik.

"Ngelawan? Gue nggak bisa lawan mereka. Mereka jauh lebih kuat."

"Lo harus hargai tubuh lo, mereka nggak berhak melukai tubuh lo."

"Gue ini anak lemah." Lirih Haru sambil menatap kedua telapak tangannya yang penuh darah.

"Kalo lemah, bisa dilatih jadi kuat supaya lo nggak jadi incaran mereka lagi." Balas Teo kembali.

"Jadi kuat? Tapi, dengan tubuh lemah ini apa gue bisa jadi kuat?" Ucap Haru masih merasa bimbang dan bingung pada tubuhnya sendiri.

LINGKAR BINTANG [TAMAT]Where stories live. Discover now