12. єѕ¢αρє ƒяσм ƒιgнт

208 58 37
                                    

Setelah sesi pembelajaran di sekolah yang membosankan, Yozar, Sangkara, Teo, Bumi, dan Haru memutuskan untuk pergi ke gudang tak terpakai yang ditemukan Sangkara beberapa hari yang lalu. Gudang itu berada tak jauh dari kawasan sekolah dan menjadi tempat bagi mereka untuk merenggangkan otot-otot tegang setelah aktivitas sekolah yang melelahkan.

Teo duduk di sudut dengan buku di tangannya, fokus menuliskan segala aktivitas mereka dalam bukunya. Sementara itu, Sangkara duduk sambil memainkan gitar diiringi suara Yozar yang bernyanyi dengan suara merdu. Mereka membawakan lagu-lagu yang membuat suasana semakin harmonis, sehingga melengkapi suasana dengan alunan melodi yang menenangkan. Sementara Bumi dan Haru tengah asyik bermain Jenga yang ikut menciptakan tawa dan keceriaan.

"Wah, suara lo keren banget!" puji Bumi tiba-tiba.

Yozar tersenyum percaya diri, setelah Bumi melontarkan kata pujian kepadanya, "Walaupun gue payah dalam matematika atau pelajaran lain, gue ini jago nyanyi." Katanya.

Melihat potensi yang dimiliki Yozar, Sangkara pun memberi saran, "Zar, pernah kepikiran nggak buat jadi penyanyi? Gue yakin lo bisa sukses." Ungkapnya.

Yozar dengan cepat merespon dengan menggeleng, "Gue nggak terlalu suka jadi sorotan. Gue lebih suka main bareng sama kalian di sini, hidup gue terasa bebas tanpa terkekang."

"Utututu, so sweet banget sih, Yozar," ledek Bumi sembari mencubit pipi Yozar.

"Woi, jangan pegang-pegang pipi gue!"

"Utututu, Yozar si paling so sweet."

"Ishh, Sangkara bantuin gue dari kerak bumi ini!"

"Kerak bumi? Enak aja ngatain gue kerak bumi, muka lo tuh kayak kerak telor."

"Apa?!"

Yozar dan Bumi saling mencubit pipi dan kejar-kejaran.

Haru tertawa setelah mencabut satu blok kayu dari menara Jenga, semua pun ikut tertawa melihat tingkah Bumi dan Yozar. Mereka berdua terlihat mirip seperti Tom and Jerry. Walaupun keduanya tak pernah akur jika sudah bertemu dan candaannya yang diluar nalar, mereka tetap saling peduli dan saling melindungi satu sama lain.

Waktu berlalu begitu cepat hingga matahari mulai tenggelam dan Sangkara harus menjemput adiknya di rumah neneknya.

"Yuk pulang, udah malam."

Yang lain mengangguk dan menghentikan aktivitasnya untuk bersiap-siap.

"Ehh, makan dulu yuk, laper nih." Seru Bumi sembari mengelus perutnya.

"Iya nih, gue juga laper. Makan di angkringan biasa gimana?"

"Lu berdua nggak bosen makan di sana?"

"Enggak." Sahut Bumi dan Yozar bersamaan.

"Wahhh, kalian cocok jadi kakak dan adik."

"Enggak mau!" Sahut keduanya kembali dengan kompak.

"Ngapain lo ngikutin gue, kerak bumi?"

"Lo kali yang ikutin ucapan gue, dasar kerak telor."

"Udah-udah, tadi katanya laper, malah berantem lagi. Ayo ke angkringan."

Mereka berempat dengan santai menyusuri jalan menuju angkringan tempat biasa mereka untuk mengisi perut, di sela-sela kebersamaan saat sedang menyantap makanan mereka saling bergurau dan bercanda satu sama lain. Namun, berbeda dengan Sangkara yang melamun dengan tatapan kosong.

Tiba-tiba Sangkara mengajukan pertanyaan yang membuat teman-temannya ikut berpikir keras. "Menurut kalian Sahara tetap tinggal di rumah nenek atau enggak?" tanya Sangkara, mencerminkan pertimbangan besar yang terus menghantui pikirannya.

LINGKAR BINTANG [TAMAT]Where stories live. Discover now