xii

810 125 18
                                    

"dari hasil tes yang kami terima adalah," dokter tersebut sedikit menaikan kacamata bingkai hitamnya seraya membolak balik kertas hasil tes laboratorium. "Nona Irene mengalami alergi obat obatan."

Mendengar pernyataan dari dokter bule yang dikirim langsung dari Swedia untuk meneliti penyakit Irene bernama Dr. Claude, segera aku menoleh pada Joy yang duduk di kursi di samping kasur seraya menjulurkan lidah meledek.

"sudah kukatakan padamu, Nyonya Park Joy Yang Terhormat. Ruam ruam di leher dan dada Irene bukan karena ulahku." aku melipat tangan di depan dada. "singkirkan pikiran kotormu itu. Aku dan Irene masih suci!"

Raut kesal terpampang jelas di wajah Joy. Wajah-tidak, tidak hanya wajahnya. Leher wanita itu bahkan memerah menyala mendengar hasil tes dan omongan dariku. Hah, dia pasti malu. Saking malunya sampai sampai mau menenggelamkan tubuhnya di laut mati.

Siapa suruh menuduhku berbuat asusila pada Irene? Di rumah sakit lagi.

Sudah menuduh, menyebarkan berita ke Suster Emma, tidak mau mendengar penjelasan, over-thinking sekaligus over-reacting, salah lagi. Tidak tergambar sudah betapa malunya wanita bermarga Park itu.

Joy mendengus kesal kearahku di seberang kasur lalu menatap kearah Dr. Claude."lalu kalau dia alergi obat, dia alergi obat apa?"

"dia minum lebih dari 8 obat setiap hari. Belum lagi infus dan suntiknya. Dari sebanyak itu, yang mana ia alergikan?" imbuh Joy seraya mengeluarkan ponselnya, bersiap menulis memo pengingat di ponsel.

"dari hasil tes menunjukan, Nona Irene alergi pada Aspirin yang kami uji cobakan padanya seminggu yang lalu." ucap Dr. Claude sembari membuka kembali kertas hasil tes Lab.

"Aspirin?" Irene yang sedari tadi duduk terdiam di atas kasur mengerutkan dahinya sekilas. Dari mimik wajahnya, jelas dia tengah mengingat ingat kapan obat tersebut masuk kedalam tubuhnya.

Dr. Claude mengangguk. "iya, obat pencegah serangan jantung."

"oh,"

Right. Aku baru ingat. Penyakit yang kami lawan saat ini adalah kanker jantung. Kanker yang berbahaya dan langka dengan berbagai macam kemungkinan negatif yang sewaktu waktu bisa saja datang. Contoh paling mudahnya tentu: serangan jantung.

Hah, padahal awalnya kukira hanya orang tua dan pengidap hipertensi saja yang dapat terkena serangan jantung. Irene juga, toh.

Irene kembali membuka suara, "apa ini karena serangan jantung kecil yang waktu itu?"

"salah satunya," Dr. Claude menutup lembaran hasil Lab. di tangannya. "kami menemukan bahwa serangan jantung cukup harus diwaspadai oleh tim kami karena seorang pasien dengan indikasi penyakit serupa pernah mengalami hal sama dan berakhir tidak menyenangkan."

Kematian. Jelas Dr. Claude berusaha menghindari kata sensitif itu.

"saya akan memberikan hasil Lab. ini pada tim medis untuk pengkajian ulang pengobatan anda. Ada yang ingin ditanyakan lagi?" tutur Dr. Claude sebelum keluar kamar.

"oh ya, Dok," Irene membuka mulutnya, membuat aku dan Joy seketika mengalihkan seluruh perhatian kami pada wanita bertubuh kecil itu. "kulitku kusam sejak seminggu yang lalu, apa itu salah satu reaksi alergi?"

"kulit yang kusam adalah salah satu efek samping dari kemoterapi yang Nona jalani minggu lalu." ucap dokter tersebut sebelum bertanya kembali dan pamit keluar dari kamar.

Sepeninggalan dari dokter bersurai keemasan itu seakan mengangkat beban di pundak kami bertiga karena jelas-kita kompak segera menghela nafas lega setelah kepergiannya. Ayolah, dokter bule itu memang sangat jenius. Dapat berkomunikasi dengan Bahasa Korea dengan begitu lancarnya tanpa sendat layaknya penduduk asli itu sangat menganggumkan. Kita pun juga sangat bergantung padanya berserta tim medis lain yang didatangkan dari penjuru Korea dan dunia untuk meneliti dan menyembuhkan penyakit ini.

Before You Go ✔️Where stories live. Discover now