x

869 134 4
                                    

Dahiku mengerut kuat mendengar pernyataan dari salah satu perawat yang menjegatku di meja piket bangsal penyakit kanker tempat Irene dirawat. Totalnya ada lima perawat wanita yang menjegat pergerakanku dan menatapku dengan mata berbinar-menunggu jawaban yang mereka lontarkan beberapa detik lalu.

"apa?" ulangku memastikan.

Salah satu dari perawat itu tersenyum mengembang, "kau artis, bukan?

"hah?" duh, pertanyaan ini lagi. Aku menarik senyum paksa. "aku bukan artis."

Lalu seketika salah satu perawat yang tampak paling dewasa-sebenarnya ia tampak seperti imomenepuk tangannya. Ia tersenyum sumringah sambil berkata, "idol? Kau pasti seorang idol."

"ah, aku juga bukan seorang idol." jawabku dengan senyum canggung.

"trainee? Kau pasti trainee!"

"aku juga bukan trainee. Hanya pelajar biasa." mereka membalasku dengan senyum canggung. Sedikit kutebak dari air wajah mereka, sepertinya mereka agak kecewa dengan jawabanku.

Entah kecewa atau malu, aku tidak tahu pasti.

Tidak mau berlama terjerat dalam suasana canggung, aku ijin pamit meninggalkan lingkaran hitam itu dan kabur ke kamar Irene. Namun belum sampai aku berhasil membuat langkah meninggalkan para suster-agak-genit-itu, sapaan mereka kembali terdengar.

"kau keluarga dari Pasien Bae Irene bukan?"

"ya." aku kembali menghadap mereka sembari menerka nerka hal baru yang ingin mereka sampaikan.

"apa dia juga bukan idol? Dia sangat cantik. Bahkan lebih cantik dari solois Park Joy yang selalu datang di hari pekan itu."

Hahhkukira penting.

Kali ini aku benar mengundurkan diri dari para suster yang secara sengaja memotong waktuku untuk menanyakan hal tidak berguna. Seiring aku melangkah menjauh dari meja piket tempat aku sempat ditahan oleh para perawat tadi, indera pendengaranku berhasil menangkap sesuatu.

"Bae Irene pasien baru di bangsal kanker bukan? Kasihan sekali, padahal dia bisa mendapatkan dunia serta seisinya jika tidak terkena kanker."

"kudengar treatment-nya belum berjalan?"

"kesehatannya benar benar kacau, oleh karena itu ia belum menjalani chemo. Padahal seharusnya ia menjalani pengobatan sejak hari pertama disini."

"yang ia lawan adalah kanker jantung. Sulit baginya sembuh, apalagi setelah melihat track kesehatannya."

"aku berani bersumpah, jika ia berhasil bertahan hingga musim dingin tahun ini, itu pasti keajaiban."

**

Tanganku bergerak membukakan plastik segel plain yogurt kemasan lalu menuangkan buah kemasan sebelum akhirnya kusodorkan pada Irene yang cekikikan mendengar ceritaku mengenai insiden dimana aku yang dijegat oleh perawat perawat muda disini.

"mereka pasti masih muda dan baru disini, perawat senior seperti suster Emma tidak mungkin melakukannya." ucap Irene sembari menyuapkan blueberry ke mulutnya. Ia terdiam sejenak. "aku juga pernah disosor pertanyaan seperti itu oleh perawat perawat muda disini. Apalagi setelah mereka melihat Joy berkunjung."

"mereka bilang seharusnya ikut audisi menjadi idol." Irene kembali terkikik geli.

Aku mendecak pelan, mengejeknya. "mana ada idol kurus sepertimu?"

"semua idol kurus kok!"

"kau bukan kurus, Bae Irene." aku mendekatkan wajahku padanya. Menatap lekat dan manis cerah miliknya yang tampak berkilauan bak permata. Mulutku kembali terbuka. "kau kekurangan gizi!"

Detik selanjutnya, hal yang dapat kurasakan adalah pukulan maut dari kedua belah tangan kekasihku yang terkepal. Bibir ruamnya tidak lupa terus mencerocos melayangkan 1001 sumpah serapah padaku-namun sayangnya, sumpah serapah dan pukulan yang ia layangkan padaku sama sekali tidak menyakitkan untukku.

Malah membuatku tertawa bahagia akannya. Entah sudah berapa lama aku tidak mendengar serapah dari mulut Irene, merasakan pukulan mautnya, dan cubitan pedasnya-katakan aku gila tapi aku benar benar merindukannya.

Rasanya seperti melihat Bae Irene yang dulu.

Bae Irene yang lama.

Bae Irene yang bahagia.

Bae Irene tanpa kanker.

"permisi-wah, maaf mengganggu lovely-dovey kalian." aku dan Irene seketika menoleh kesumber suara. Lebih tepatnya pada seorang perawat magang yang dengan lancangnya membuka pintu dan menghentikan kegiatan kami dengan kehadirannya.

Aku menarik cekung bibirku kebawah,lalu membatin, Cih, apa tidak bisa diundur jadwal kunjungannya?

Irene tersenyum manis, "tidak apa apa kok. Kau datang tepat waktu malah. Jika tidak ada kau, mungkin aku sudah membunuh pria ini dengan tangan terkepal."

Perawat magang yang tidak kukenal identitasnya itu tertawa. Lebih tepatnya tertawa canggung. Tertawa yang dibuat buat. Ia merogoh note saku yang ia simpan, lalu menelaah isinya sebentar sebelum kembali menatap kearah kami berdua.

"pasien Bae Irene," ucap perawat itu menggantung.

Dan aku tidak pernah membayangkan bahwa hari yang paling kutakuti, akhirnya datang. Kini yang kudapat lakukan hanyalah tinggal menghitung hari.

"jadwal chemotherapy anda sudah keluar. Besok jam tujuh pagi adalah hari perdana chemotherapy dan radiotherapy anda."

_____

A/N:

haii, maaf lama. otakku buntu ehehehehe

oiya aku baru tahu ff ini ranking 1 di tagar taerene TEPUK TANGAN AYOK wkwkwkwkwk. makasih banyak loh, ini semua berkat kalian.

oiya, buat kalian pembaca au jungri, aku baru bikin thread au di twt. au tersebut dibuat kala nunggu bias biasku perfom nyehehehehe pacarku ganteng ehehehehe

akun twt-ku udah aku cantumin di bio ya dan au-nya udah aku pin pula jadi kalian ga usah gasrak gusruk mencari thread di lautan perhaluan dan perfandomanku ;)

sekian dan terima kasih sudah membaca :) aku akan sangat berterima kasih dengan feedback positif dari kalian.

ryukheii, 2019.

Before You Go ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang