Lima Belas | Trouble

6.2K 1.4K 292
                                    

Orang paling terakhir yang ingin gue temui di dunia ini adalah: Mark Lee.

Tapi nyatanya, cowok itu sekarang lagi bersandar di depan mobilnya yang terparkir di tempat parkir FIB sambil main hp. Penampilannya kelihatan normal dan effortlessly artsy seperti biasanya. Doi pake kacamata minusnya.

Gaktau kenapa gue jadi panik. Gue emang berharap Mark nemuin gue dan ngejelasin semua supaya gue gak denger cerita dari satu pihak aja tapi gUE GAK SIAP. Antara masih sakit hati dan masih berharap campur aduk jadi satu. Kaya abege labil padahal udah gak abege.

"Ran, anjing." Gue mukul-mukul lengannya Rana.

"APAAN SIH????" Rana sewot.

"Ran itu ada Mark. Gimana???"

"HAH?" Rana langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling dan memusatkan perhatiannya pada Mark yang lagi mainin hpnya.

"Aduh kabur aja deh gue gakmau ketemu."

"Kan dia belum tentu dia kesini karena mau ketemu lo?" Kata Rana yang entah kenapa bikin gue tertohok.

Iya bener juga sih.

Tapi dugaan Rana patah dalam beberapa detik karena mata Mark dan gue bertemu. Cowok itu segera mengantongi ponselnya dan berjalan menghampiri gue sama Rana. "Deby."

"Eh iya hai..." sapa gue awkward.

"Sorry, gue boleh ngomong berdua aja gak sama Deby?" Kata Mark ke Rana.

Rana memberikan pandangan skeptis. Seakan gak percaya sama Mark. Tapi pada akhirnya Rana berlalu pergi dan duduk di pendopo untuk menunggu gue. Pada akhirnya gue berdiri berhadapan sama Mark di dekat mobil cowok itu.

"Deby. Sorry banget. Gue gaktau kenapa lo ngehindarin gue? Gue ada salah sama lo?"

Mampus. Beberapa hari terakhir Mark emang mulai ngehubungin gue lagi tapi gak pernah gue bales. "Hng nggak ada kok. Perasaan lo aja kali? Lagi minggu uts juga makanya gue jarang pegang hp."

Mark kelihatan banget gak percaya. Karena gue juga bukan pembohong yang ulung. "Gue minta maaf kalau gue ada salah."

"Aduh kalau lo ke sini mau tanya itu gue gak ada waktu. Gue mau pergi sama temen gue." Tolong banget ini apa gak ada yang mau datang bantuin gue ngomong. Tenggorokan gue rasanya udah sakit banget nahan nangis, mental gue lemah banget emang gini doang mewek. "Udah ya?"

"Deby." Mark nahan lengan gue sebelum melepasnya.

"Seharusnya gue gak pernah deket sama lo. Dan lo juga harusnya gak pernah ngeladenin gue."

"Maksud lo apa?"

"Kenapa lo gak bilang ke gue kalau lo udah punya tunangan?" Kata gue pada akhirnya. Gue memberanikan diri buat menatap mata Mark yang kelihatan serba salah sekarang. "Lo tau ga kalau orang lain lihat gue apa yang bakal mereka pikir? Wah cewek gaktau diri jalan sama tunangan orang."

"Lo tau darimana? Gak ada yang tau gue sama Koeun tunangan."

"Gak penting gue tau darimana. Yang penting gue udah tau kan sekarang? Jadi yah, yaudah Mark. Gitu aja." Jelas gue. Gak dipungkiri hati gue rasanya sakit banget.

Apakah...ini akhir perjalanan cinta pertama gue?????

"Maaf ya Mark. Gue harap lo bisa ngehargain Koeun sebagai pasangan lo." Gue berusaha tersenyum setulus mungkin.

"Kenapa, Deb? Lo kira kenapa gue belain nyamperin lo ke sini kalau gue anggep lo gak penting?" Mark memegang tangan gue.

"Karena lo gak mau ngerasa bersalah ke gue dan itu normal." Gue menunduk ke bawah, memandangi converse yang gue kenakan hari ini. "Dan yang perlu lo tau, gue gak marah sama lo. So, well let's pretend like we do nothing in the past. And I hope you can appreciate Koeun more, because I'm also a girl and I can understand how she's feeling."

[1] Hendery - AU (✔️)Where stories live. Discover now