Empat | DIY Milenial

8.3K 1.7K 228
                                    

Gue sama Hendery akhirnya jalan-jalan di mall ala anak milenial. Sebenarnya gue kepikiran buat beli kado buat Mark tahun ini, hitung-hitung ngeberaniin diri gituloh buat kenalan sama dia. Meskipun dulu satu SMA, gue kan invisible kaya bakteri bakteri yang melekat di dinding.

"Der." Panggil gue. Kita berdua lagi nungguin film yang mulai jam setengah sembilan malem nanti, sekarang masih jam setengah delapan kurang. Gue lagi nungguin Hendery liat-liat sepatu di sport station. Liat doang gak beli katanya. Belum ada duit.

"Hm?" Hendery lagi sibuk ngecek running shoes merk Skechers warna abu-abu.

"Gue beli kado aja apa ya?" Tanya gue. Lebih ke menggumam sambil mengedarkan pandangan ke beberapa sepatu beraneka model di depan gue.

"Buat siapa? Dejun?" Hendery menoleh ke gue setelah meletakkan sepatu yang tadi dia lihat. Kita lanjut berkeliling.

Gue menggeleng. Bisa dibilang, Hendery ini emang sering jadi tempat gue untuk cerita selain Rana. Kadang curhat ke Dejun juga, tapi karena gue lebih sering sama Hendery jadi cowok ini terbiasa dengerin curhatan gue yang kebanyakan tentang Mark isinya.

"Buat Mark?" Tanyanya. Tuh kan, padahal gue gak bilang apa-apa, tapi dia udah paham aja maksud pembicaraan gue. Apa emang gue sebucin itu ya sama Mark Lee? Gila coy, dari SMA ga move on move on.

"Iya. Beli gak ya?" Pertanyaan yang sama yang gue lontarkan setiap tahun, sebenarnya. Cuma tahun-tahun kemarin berakhir gak terealisasikan soalnya gue gak punya nyali. Takut dianggep stalker yang freak.

"Berani ngasihnya emang?" Tanya Hendery lagi.

Gue kicep.

"Kalau ga berani gausah beli. Kadoin doa aja kaya tahun-tahun sebelumnya," Cowok itu berkata santai. "Ya Tuhan semoga Mark Lee menotice perasaan adinda— ADUH."

Belum selesai ngomong udah gue cubit duluan perutnya. "Gue gampar lo ya ngomong gitu lagi."

"Ngeri lur." Hendery pura-pura merinding.

"Dery ihhhh." Gue malah sebel sendiri.

Dery itu asalnya dari Hendery. Awalnya gue males ngetik sama manggil nama dia yang bagi gue kepanjangan, jadinya gue lebih sering panggil Dery. Sama kayak Xiaojun, nama panjangnya kan Xiao Dejun, jatohnya Dejun.

Kalau kata Rana kembar dari rahim yang berbeda. Sama gue juga.

Dery Deby Dejun.

Rana mau ganti jadi Dana nanti sama kayak nama aplikasi dong, akhirnya gak jadi.

"Iya iya ayo cari kado gue temenin." Jawab Dery pada akhirnya.

"Yakin lo?"

"Lah lo gimana kan lo yang mau ngasih?"

"Lo kalau jadi Mark bakal nerima kado dari gue, gak?" Tanya gue.

Hendery gak jawab sampai kita sampai di foodcourt, mau makan dulu coy laper. Tadi jatah brownies gue dihabisin sama Kak Doy. Emang dasar kakak yang tidak tahu diri, ada yang mau adopsi dia gak? Ambil aja gue ikhlas.

Gue hanya duduk menunggu Dery yang lagi sibuk pesen. Gak perlu nanya, dia udah hafal makanan langganan gue kalau ke mall. Nasi goreng 69 minumnya es teh manis.

"Gimana? Jadi beli kado, gak?" tanyanya pas udah balik duduk di hadapan gue.

"Lah lo kan belum jawab pertanyaan gue. Kalau lo jadi Mark, lo bakal mau gak nerima kado gue?" Tanya gue sekali lagi.

Dery tampak berpikir, keningnya berkerut. Sepertinya tengah membayangkan ucapan gue baru saja. "Mau mau aja sih. Orang dikasih dan bukan niat buruk juga."

[1] Hendery - AU (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang