Sepuluh | Berhenti Sebelum Memulai

6.1K 1.5K 310
                                    

Gue baru aja sampai di kost dan markirin motornya Rana. Iya gue yang bawa motornya soalnya Winwin nganter Rana pake mobil. Nanti pas pulang dia didrop di sini.

Incoming call from Dejun...

"Halo?"

"Deby lo di mana sekarang?" Tanya Dejun di ujung sana.

"Gue baru aja sampai kost, kenapa?"

"Jangan kemana-mana abis ini gue jemput."

"Gue—"

Tapi belum sempat melanjutkan perkataan gue, panggilan tersebut diputuskan sepihak sama Dejun. Gue cuma memandangi layar ponsel gue dengan tidak berminat, hari ini gue bener-bener unmood.

Gue berjalan gontai sampai masuk ke dalam bangunan kost dan berpapasan sama Arin di depan kamar kostnya. Cewek itu rapih banget, kayaknya baru mau ke kampus.

"Eh, Deby. Udah selesai kelas hari ini?" Tanyanya sambil pakai kaos kaki.

"Iya nih. Lo baru mau kelas?" Tanya gue.

Arin mengangguk dan memakai sepatunya. "Duluan ya."

"Eh, Arin?"

"Iya?" Cewek itu berhenti di tempat.

"Gue mau nanya sesuatu, boleh?"

🌎🌍🌏

Dejun bilang dia udah di depan kost. Gue sebenernya males kemana-mana, pengen balikin mood sambil nonton drama aja. Tapi karena gue penasaran Dejun mau bawa gue kemana, gue akhirnya memutuskan buat tetep pergi. Lagian Dejun juga gue chat bilangnya enakan ngomong langsung.

Somehow, gue jadi deg degan. Campur aduk.

Pas gue jalan keluar, ternyata bukan Dejun yang ada di depan.

Tapi Dery.

"Naik." Katanya singkat.

Gue masih sakit hati sama dia tapi gue berusaha buat bersikap normal. Kita gak bertegur sapa, gue mengenakan helm gue sendiri dan naik di boncengan Dery tanpa banyak omong.

Sepanjang perjalanan gue manahan diri buat gak bertanya ataupun ngomong duluan walaupun gue penasaran setengah mati. Kemana Dery bakal bawa gue? Kenapa malah dia yang datang dan bukannya Dejun????

Kita berhenti waktu lampu lalu lintas menunjukkan lampu merah. Tapi kita masih diam satu sama lain yang mana bikin gue gak enak hati banget.

Kalau gue lagi dibonceng sama Dery, pasti obrolan kita selalu ngalir gitu aja. Walaupun kadang diselingi dengan omongan dan pertanyaan gak nyambung (kaya waktu gue naik ojol biasanya) karena kondisi jalanan rame dan bikin kita gak denger apa yang diomongin.

Dery ngelajuin motornya lagi.

Sekitar sepuluh menit kemudian kita sampai di sebuah cafe kondang yang dikenal dengan menu olahan indomienya. Gue turun dari motor sambil berusaha ngelepasin helm gue.

Tapi gak bisa.

Nyet ini gimana gak bisa lepas!!!!!!

"Sini." Kata Dery pelan tapi bisa gue denger dengan jelas. Tangan Dery terulur untuk membantu gue melepas helm. Berhasil. Dia ngambil helm gue dan menggantungkannya di spion kanan. "Ayo masuk."

[1] Hendery - AU (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang