23

16.2K 1.4K 178
                                    

Chapter.23
__________




"Jiminie!" Panggilan dengan suara keras itu mengalihkan kedua pria yang baru saja keluar dari mobil.

Terlihat seorang pria lainnya berlari kecil menghampiri mereka dengan senyum lebar serta kedua tangan yang terbuka.

"Ya Tuhan, Jimin ku…" Tiba-tiba keadaan langsung berubah menjadi sebuah drama pertemuan yang mengharukan.

Sedangkan Seokjin di samping mereka hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat dua orang yang berpelukan itu. Telah mengetahui dari awal bahwa teman Jimin yang satu ini terkadang memang sedikit ekstra, jadi ia sudah terbiasa sekarang.

"Aku sudah lama tidak melihatmu dan kau semakin besar dan penuh." Hoseok meletakkan tangannya dengan lembut di sisi perut Jimin. Berseri-seri memikirkan keberadaan seorang bayi mungil yang menggemaskan di dalam perut temannya itu.

"Kita baru saja bertemu tiga hari yang lalu," jawab Jimin mendengus.

"Tapi itu sudah tiga hari, 72 jam, 4320 menit, 25─"

"Jangan menjadi dramatis lagi Hoseok. Kau selalu saja mengacaukan suasana hatiku," potong Jimin dengan malas namun mereka tahu itu hanya main-main.

Sementara Hoseok memegang dadanya, membuat raut wajah tersinggung kemudian beralih menatap Seokjin dengan cemberut.

"Seokjin hyung, bagaimana kau bisa tahan dengannya setiap hari?" keluhnya yang dibalas kekehan geli oleh Seokjin. Tidak ingin terlibat dengan drama kedua orang itu.

Terkadang mereka bisa menjadi berisik dan sedikit menyebalkan namun ia menyayangi keduanya. Jadi yah, mau bagaimana lagi.

"Bukankah ibu hamil itu harusnya seperti malaikat? Lembut, baik, dan sabar karena dia sedang membawa malaikat kecil di dalam perutnya. Tapi lihat dia," Hoseok menunjuk Jimin, "Dia justru menjadi lebih galak dari sebelumnya."

Semua orang tahu bagaimana suasana hati Jimin lebih gampang berubah-ubah, bahkan Seokjin berharap dirinya tidak akan seperti itu di bulan-bulan kehamilan berikutnya. Jimin bisa menjadi manis dan imut namun semenit kemudian dia merengek dan menjadi pemarah tanpa alasan atau menangis ketika mereka tidak memberinya perhatian. Namun Jungkook mengambil semua tanggung jawabnya dengan sabar. Memberikan Jimin lebih banyak perhatian ekstra bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun, meski setelahnya Jimin akan menangis bagaimana dia selalu merepotkan dan mengganggu Jungkook yang sedang berada dalam tahap penyembuhan.

Ya, Jungkook masih harus menjalani beberapa rangkaian pemeriksaan untuk kondisinya. Pria itu memang sudah bisa berjalan sendiri meskipun masih sedikit pincang. Dokter Choi telah menjelaskan bahwa penyembuhan tidak akan datang begitu saja secara tiba-tiba, itu bertahap. Jungkook harus membiasakan diri dengan cara kerja otot-otot kakinya karena bagaimanapun dia telah lama duduk di kursi roda. Setidaknya mereka semua bersyukur Jungkook bisa sembuh. Tidak ada yang lebih berharga dari melihat perjuangan Jungkook membuahkan hasil.

"Sudah cukup kalian berdua." Seokjin segera melerai kedua pria yang saling melemparkan ejekan di depannya. Ia menghela nafas panjang. Lihatlah dirinya disini yang lebih seperti pengasuh untuk dua orang anak nakal.

Semenjak diperkenalkan dengan Hoseok, mereka bertiga langsung akrab. Bukan pertama kalinya mereka pergi keluar bersama seperti ini. Namjoon serta Jungkook mempercayai Hoseok dengan pasangan-pasangan mereka yang sedang hamil dan Hoseok juga telah berjanji akan menjaga keduanya setiap kali mereka pergi bersama. Lagipula mereka tidak diizinkan pergi jauh dan melakukan sesuatu yang berbahaya selain pergi ke pusat perbelanjaan atau mencoba makanan di cafe dan restoran.

Our Destiny ∥ KM ✓ [Revisi]Where stories live. Discover now