11

13.8K 1.5K 95
                                    

Chapter.11
__________



"Apa kau baik-baik saja?"

Itu adalah pertanyaan paling meremehkan yang Jimin dengar dan membuatnya kesal akhir-akhir ini. Melihat keadaannya sekilas saja, mereka seharusnya tahu ia tidak sedang baik-baik saja.

Pusing, mual, kehilangan nafsu makan, cepat lelah, menjadi bagian dari kesehariannya sekarang. Ia juga mudah marah pada masalah kecil atau hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Lebih sering membuat yang lain terganggu oleh tingkah kekanak-kanakannya yang terkadang merajuk atau meminta sesuatu yang aneh di waktu yang tidak biasa seperti tengah malam atau menjelang pagi. Namun setelah mendapatkan keinginannya, ia cenderung mengabaikannya begitu saja, yang mana membuat Seokjin selalu bertanya-tanya apa yang tengah terjadi padanya. Semua keanehannya bisa dilihat dengan jelas oleh orang-orang di rumah itu. Namun ia tidak akan pernah memberitahu mereka.

Jelas. Jimin tidak akan pernah memberitahu siapapun alasan di balik perubahan perilakunya ini.

Mengidam. Ia masih belum terbiasa dengan kata itu, terlebih arti dibaliknya.

Masih teringat jelas apa yang ia dapat dari hasil pemeriksaan cepat yang dilakukan melalui test pack beberapa hari lalu. Sebuah benda kecil yang langsung membalikkan hidupnya seluruhnya.

Semuanya berawal dari rasa mualnya yang tidak mereda sedikitpun dan justru terjadi dengan intensitas yang cukup sering. Seperti di pagi hari maupun ketika ia mencium sesuatu yang terasa begitu menyengat di hidungnya.

Saat itu ia sedang bekerja ketika Hoseok mengkhawatirkannya yang terlihat pucat dan lelah. Jimin mengakui sejujurnya bahwa ia memang sedang tidak enak badan karena ibu Hoseok juga ikut mengkhawatirkannya. Ia tidak ingin membuat mereka merasa bersalah karena berpikir mungkin itu dari pekerjaan. Ia mengatakan bahwa akhir-akhir ini perutnya terasa tak nyaman dan sering mual. Kehilangan nafsu makan juga membuatnya lemas dan kehilangan tenaga. Istirahat tidak membantu banyak.

Apa yang tidak ia duga adalah perkataan spontan ibu Hoseok. "Kau mungkin hamil, nak. Aku dulu juga mengalami tanda-tandanya ketika awal mengandung anak-anakku."

Itu seperti pukulan berat baginya. Terlebih saat Hoseok meyakinkannya untuk melakukan pemeriksaan secepatnya agar mendapatkan kepastian. Raut wajah mereka berbinar cerah ketika memintanya untuk pulang.

"Istirahatlah Jiminie. Jangan bekerja lagi dan tolong jaga dirimu baik-baik. Astaga… temanku sedang hamil. Ya Tuhan, Jiminie.. kau sedang hamil anak Jeon Jungkook!"

Penegasan itu semakin membuatnya ingin menangis. Bukan tangis bahagia atau kelegaan, namun bertambahnya masalah yang harus ia hadapi.

Jimin memaksakan diri untuk mencoba melakukan tes sampai menggunakan tiga test pack sekaligus. Berdoa seraya diam-diam menangis di kamarnya dengan harapan bahwa itu tidak akan menunjukkan apa-apa. Bahwa tubuhnya hanya kelelahan dan sedang sakit. Ia baik-baik saja.

Namun takdirnya mengatakan hal lain. Ia mendapati dua garis merah yang sama di setiap alat itu. Tiga-tiganya sama-sama menunjukkan bahwa ia positif hamil.

Ia hamil dan itu anak Jungkook.

Jimin mengurung diri dalam kamar setelahnya. Menangisi banyak hal hingga kepalanya terasa sakit. Ia seharusnya tidak hamil. Ia tidak bisa. Tidak dengan keadaan ini.

Our Destiny ∥ KM ✓ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang