20

16.9K 1.5K 214
                                    

Chapter.20
__________

- Light nsfw🔞


Jika ada sesuatu yang sangat diinginkan oleh Jimin saat ini adalah ia berharap bumi akan retak terbuka dan menelannya utuh. Menghilangkan dirinya dan seluruh rasa malu yang dirasakan.

Sungguh, ia tidak habis pikir dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dengan santainya ia berkata pada Jungkook bahwa kehamilan membuatnya mudah terangsang?

Ya Tuhan, itu adalah perkataan paling memalukan yang pernah keluar dari mulutnya.

Sekarang Jungkook mungkin menganggapnya selalu memiliki pikiran mesum tentangnya.

Sisa hari itu mereka lalui dengan kecanggungan luar biasa atau mungkin hanya dibagian Jimin, karena Jungkook hanya mengerutkan kening lalu masuk ke dalam rumah. Itu membuat Jimin sangat malu karena menjadi begitu agresif dan juga frustasi karena Jungkook seakan menghindarinya.

Bagaimana Jimin tidak berpikir demikian, Jungkook tidak menjawab apa-apa tentang perkataannya. Meninggalkan pembicaraan mereka tergantung begitu saja. Itu berlangsung sampai makan malam karena setelahnya Jungkook berada di ruang kerja bersama Namjoon.

Jimin tidak bisa menghentikan pikiran buruknya. Tiba-tiba merasa gelisah dan sangat tidak aman.

Apa Jungkook berpikir aneh tentangnya karena itu?

Kenapa dia terlihat biasa saja dan tidak terpengaruh dengan pembicaraan mereka?

Jika Jungkook tidak siap, jika Jungkook berpikir ini terlalu terburu-buru bagi mereka, Jimin akan mencoba memahaminya. Ia tidak akan pernah memaksakan keinginannya dan mengacaukan hubungan yang baru saja terbentuk di antara mereka. Namun membiarkannya seperti ini tidak menyelesaikan apa-apa dan hanya membuatnya berpikir tentang penolakan.

Apa Jungkook melihatnya tidak lagi menarik sekarang?

Jimin tahu Jungkook tidak bermaksud menolaknya namun kehamilan membuat perasaannya sangat sensitif. Ia hampir menangis karena pikirannya sendiri, terus merutuki kebodohannya telah mengatakan hal itu. Ditambah karena Jungkook belum menemuinya sampai malam padahal pria itu baru saja menyelesaikan sesi terapi dan seharusnya beristirahat.

Ia berbaring menyamping dengan mata terpejam ketika merasakan pergerakan tempat tidur. Menyadari Jungkook sudah kembali. Ia merasa sedikit bersalah karena tidak membantunya berpindah ke tempat tidur mereka, namun ia memilih tetap berpura-pura tertidur. Tidak siap untuk bertatap muka dan mempermalukan dirinya sendiri lebih jauh. Terlebih dengan mata bengkak karena menangis, ia tidak ingin membuat Jungkook khawatir.

"Jimin."

Suara lembut itu menyapa pendengarannya namun Jimin hanya bergeming. Merasakan kehangatan seseorang di belakangnya.

"Kau sudah tidur, hm?" Jungkook mengusap rambutnya. Memperhatikan pasangannya yang terpejam dan hembusan nafas teraturnya. Perlahan-lahan sebelah tangannya masuk ke dalam selimut untuk mengusap perut Jimin.

Calon bayi mereka.

Ia tersenyum memikirkan itu lalu membungkuk mencium pipi Jimin. "Selamat malam sayang," bisiknya.

Jungkook akan bergeser merebahkan tubuhnya namun harus tertahan ketika tiba-tiba Jimin berbalik dan melingkarkan lengannya ke pinggangnya. Jungkook terkejut oleh pergerakan itu namun kemudian menepuk lembut kepala sang pria.

"Ku pikir kau sudah tidur," ucapnya, memposisikan diri duduk menyandar di kepala tempat tidur.

"Aku menunggumu." Jimin bergumam tanpa menoleh. Tidak ingin terlihat menyedihkan.

Our Destiny ∥ KM ✓ [Revisi]Where stories live. Discover now