Part 15

104 11 0
                                    

"Karena kau adalah tamuku, kau bebas tidur dimanapun kau mau." Ucap Jiyong.

Dalam hatiku, aku ingin sekali tidur di kasur besar itu. Tapi bagaimana dengan Jiyong? Aku tidak enak padanya. Seharusnya aku lebih sopan. Diberi izin menginap disini saja tanpa gangguan aku sudah sangat bersyukur.

"Aku tidur di sofa saja." Ucapku.

"Sofa? Yang benar saja! Kau tidur saja di kasurku, biar aku yang tidur di sofa."

"J..Jangan! Aku tau diri kok!."

"Ayo mau pilih yang mana: Kau tidur di kasur sendiri dan aku tidur di sofa atau kau tidur di kasur bersamaku?"

Pilihan kedua membuat bulu kudukku merinding. Meski kasur itu besar, siapa yang bisa menjamin tidurmu tetap dalam keadaan posisi seperti itu? Tapi sudahlah. Aku tidak mempunyai pilihan lain.

"Aku pilih yang pertama."

"Pilihanmu payah sekali."

Itu salahnya kan? Jiyong tidak mengizinkanku tidur di sofa padahal aku mau saja. Kulihat lelaki itu sudah ada di sofanya dan wajahnya terlihat pasrah. Aku mana peduli. Itu salah Jiyong, bukan salahku. Tapi awas kalau Jiyong berani naik ke kasur dan tidur disana. Akan kubunuh dia. Di dapur pasti ada pisau.

"Password wifi-nya apa?" Tanyaku.

"0819." Jawab Jiyong.

"Kenapa sama dengan hari ulangtahunku?" Tanyaku.

"Jangan ge-er. Itu tanggal anniversary persahabatan kami sejak tahun 2006."

Pasti teman-teman Jiyong yang ada di bingkai itu. Seperti sebuah grup yang harus ada tanggal pembentukannya, tapi kenapa tanggalnya sama dengan hari kelahiranku? Kenapa Jiyong bisa seenaknya merubah password wifi disini?

Hal pertama yang aku buka adalah whatsapp. Disana aku banyak mendapat pesan masuk, terutama dari Taka. Aku tersenyum. Taka tidak bohong. Dia mengirimkan fotonya bersama teman-temannya selama ada di Seoul.

Aku: Ternyata kau benar ada di Seoul karena ada pekerjaan.

Beberapa menit kemudian Taka membalasnya.

Taka: Selama ini aku tidak pernah berbohong padamu. Ohya, bagaimana kabarmu? Kau masih dalam kegiatanmu kan?

Taka belum tau kalau aku sudah dikeluarkan oleh Mr. Andy dan sekarang menginap bersama lelaki bernama Kwon Jiyong. Aku memang bodoh. Aku tidak bisa jujur pada Taka mengenai hal ini, dan aku tidak bisa jujur pada Jiyong mengenai Taka. Rasanya akan menjadi buruk jika aku memberitahu yang sebenarnya.

Aku: Aku baik-baik saja. Aku juga sudah mengabari Mama.

Taka: Secepatnya aku akan menemui orangtuamu lalu kembali ke Jakarta. Atau kau yang ke Seoul, tapi beritahu aku agar aku tidak kembali ke Jakarta. Kita bisa liburan disini.

Ini yang menjadi beban pikiranku. Aku sudah berjanji untuk datang ke Seoul secepat mungkin. Tapi entahlah. Sepertinya aku lebih ingin kembali ke Jakarta daripada ke Seoul. Maafkan aku, Ma.

Aku: Aku kembali ke Jakarta. Lagipula, aku kan masih lama disini.

Pemikiran yang bagus. Taka tau aku ada di Lombok kurang lebih satu bulan. Jadi mustahil bagiku untuk datang ke Seoul dalam waktu secepat ini.

Taka: Ohya, aku lupa. Kau kan masih lama disini. Oke.

Aku tersenyum. Namun entahlah rasanya kurang nyaman.

Last Dance | GDRAGONOnde histórias criam vida. Descubra agora