Part 14

88 7 0
                                    

Sekarang aku berada di tempat makan yang biasanya aku datangi. Para pengunjung tidak terlalu banyak. Aku menaruh semua barang-barangku dan berpikir apakah aku boleh tinggal disini untuk sementara waktu. Lengan yang sempat diperban sudah aku buka dengan paksa karena aku merasa lenganku sudah membaik walau masih susah saat digerakkan.

Aku berjalan menuju kasir. Ada seorang wanita paruh baya yang biasanya menyapaku jika aku tiba disini. Wanita itu terlihat ramah. Mungkin jika aku memelas padanya, dia akan memberikanku tempat tinggal.

"Selamat sore, Nana! Apa kau kemari ingin mencari tuan tampan itu?"

Tuan tampan? Maksudnya Jiyong? Bahkan wanita yang sudah bersuami masih tergoda akan ketampanan Jiyong.

"Maaf bu, aku boleh tidak tinggal disini untuk sementara waktu? Aku bisa menggantinya dengan kerja disini."

"Memangnya kau sudah tidak tinggal bersama teman-temanmu itu?"

"Aku dikeluarkan oleh mereka. Jadi aku boleh tinggal disini untuk beberapa hari saja?"

"Sebenarnya tak masalah. Tapi apa sebaiknya kau kembali ke Jakarta atau kau tinggal dengan tuan tampan itu? Disana pasti jauh lebih aman."

Hhh.. Memangnya tempat ini bahaya apa? Kulihat baik-baik saja. Apa wanita itu ingin menggodaku seperti Novita tadi? Semoga tidak ada Jiyong disini. Aku bisa mati karena malu jika bertemu dengannya disini.

"Aku ingin tinggal disini saja."

"Baiklah. Kau boleh memasukkan barangmu ke dalam sana."

Wanita itu memang baik hati. Disana ada ruang kosong yang kurasa cukup aman untuk aku tinggali. Setelah menaruh semua barangku disana, aku keluar lalu menemui wanita itu.

"Aku akan kerja disini. Jadi aku yang nanti melayani pengunjung dan mengantarkan pesanan."

Ini bisa menjadi pengalamanku bekerja sebagai seorang pelayanan. Tempat makan ini bisa dikatakan sebagai restoran kecil yang menyediakan berbagai makanan dan minuman dengan harga yang terjangkau. Hanya saja aku tidak nyaman dengan bir-bir yang ada disini. Apalagi jika ada pengunjung yang menggodaku. Hhhh.. Ternyata mengerikan juga.

Suasana mulai berubah menjadi gelap. Aku begitu bersemangat bekerja meski tempat ini tidak terlalu ramai. Aku sampai melupakan lenganku yang sempat terluka karena kejadian itu. Tapi.. Kenapa aku jadi sedih seperti ini karena Jiyong belum juga muncul padahal aku berharap dia tidak akan datang kemari? Hari ini aku belum melihatnya dan aku sangat merindukan senyumnya yang menawan itu. Sial.

Saat mengantar pesanan, tiba-tiba saja aku kehilangan keseimbangan sementara lenganku yang terluka mendadak mati rasa. Kenapa ini? Apa sebentar lagi aku akan terjatuh? Kemudian...

"Kau tidak ingin jatuh untuk yang kedua kalinya bukan?"

Suara itu... Aku tidak tau dimana posisiku sekarang tapi aku bisa merasakan tubuh Jiyong yang terasa hangat. Jiyong menahan tubuhku agar aku tidak jatuh dan tidak dimarah oleh wanita itu karena makanan yang aku bawa pasti akan terjatuh.

"Maaf." Ucapku lalu cepat-cepat menaruh makanan di meja orang itu lalu pergi menjauhi Jiyong. Lenganku.. Kenapa mendadak mati rasa seperti ini?

"Hei!" Ucap Jiyong.

Kenapa Jiyong menyusulku? Saat ini kami berdua saling berhadapan. Jiyong memegang kedua bahuku lalu melihat lengan malangku.

"Kenapa kau tidak membalut lenganmu? Itu bisa berbahaya!"

"Kau kenapa sih? Sebaiknya kau pergi dari tempat ini!"

Last Dance | GDRAGONWhere stories live. Discover now