Part 7

130 11 0
                                    

Pertama kalinya aku makan malam dengan lelaki yang baru kukenal bahkan selama hidupku aku tak pernah mau menerima ajakan makan malam dengan teman laki-lakiku. Kulihat malam ini Jiyong lebih tampan dari sebelumnya. Penampilannya sangat rapi. Duh kenapa aku jadi seperti ini?

Tapi yang lebih aku pikirkan yaitu email Mama yang sampai sekarang belum aku buka. Aku takut. Aku sangat yakin akan hal buruk yang terjadi disana, termasuk Taka.

"Kau mau pesan apa?" Jiyong memecahkan keheningan.

"Terserah kau saja." Jawabku malas. Jujur aku sama sekali belum lapar.

"Kau benar-benar tidak ingin memanfaatkan momen ini?"

Aku menatap Jiyong aneh. "Maksudmu apa? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan."

Jiyong tersenyum. Sial. "Kau adalah satu-satunya gadis yang tidak tertarik padaku. Tapi aku merasa nyaman denganmu, khususnya nyaman dengan kecuekanmu padaku."

Terus aku harus apa? Aku ini memang cuek apalagi jika berhadapan dengan orang yang baru kukenal. Jiyong bisa menebak dari air mukaku kalau aku tidak menampilkan rasa ketertarikan padanya. Tapi gimana ya? Siapa sih yang tidak tertarik dengan pria cute dengan sejuta senyum manis diwajahnya itu? Ah aku bicara apa ya?

"Kau berlagak seakan-akan kau adalah artis terkenal padahal kau hanya seorang raper."

"Kau percaya kalau aku adalah seorang raper?"

"Sudah-sudah. Sebaiknya cepat kau pesan makanannya karena aku lapar!"

Suasana hatiku cepat sekali berubah. Aku jadi ingin cepat-cepat makan lalu pergi dari tempat ini. Tapi aku berani bertaruh aku tak akan bisa tidur semalaman jika aku tidak mengecek emailku. Duh...

Jiyong sudah memesan makanan yang kami pesan. Entah apa yang dia pesankan, aku tidak peduli. Setauku makanan disini enak-enak semua.

Entah ini perasaanku atau tidak, aku merasa sedaritadi lelaki yang bernama Kwon Jiyong itu terus saja menatapku sambil menaruh dagunya di tangannya. Jujur saja aku sangat-sangat merasa tidak nyaman dengan situasi seperti ini, apalagi kami sama-sama diam. Baiknya lagi jika Jiyong menanyakan apapun padaku asalkan tidak masuk ke dalam pertanyaan yang sensitif.

"Usiamu berapa?" Tanya Jiyong.

"Aku lahir di Jakarta tanggal 19, Bulan Agustus, tahun 1995."

"Whoa kau masih muda. Aku iri padamu."

"Memangnya usiamu berapa?"

"Coba tebak."

Bagus. Sekarang dia ingin bermain tebak-tebakan denganku. Tapi daripada suasananya hening lebih baik aku bicara dengannya. Hmm usianya? Sebaya dengan Taka tidak sih? Kadang orang Asia khususnya orang Korea penampilan mereka sangat menipu. Mereka kelihatan lebih muda dari usianya.

"27 Tahun." Jawabku.

"Masih salah."

"Ya itu terserah kamu. Aku tidak peduli usiamu berapa."

"Aku lahir di Seoul tanggal 18, bulan Agustus, tahun 1988."

Jiyong mengucapkan sama persis dengan kalimat yang aku ucapkan. Tunggu! Tadi dia bilang lahir di bulan Agustus tanggal 18? Hah kenapa hampir sama denganku? Apa dia sengaja?

"Kau tau tidak, aku sudah lama tidak pernah merasakan saat-saat seperti ini karena kuakui hidupku selama ini susah. Aku tidak bebas."

"Karena itulah kau memutuskan untuk berlibur di tempat ini lalu mencari gadis yang akan kau kencani?"

Last Dance | GDRAGONWhere stories live. Discover now