Part 6

142 10 0
                                    

Benar kan. Kami serasa liburan saja selama satu bulan dengan syarat harus mempelajari apa saja yang ada di daerah ini dan kita dituntut untuk bicara bahasa inggris. Jika kita ketauan berbicara bahasa Indonesia, maka kita akan mendapat hukuman. Kalau gini caranya, lebih baik aku diam saja.

Aku sudah bertemu dengan mahasiswa dari luar negeri. Mereka adalah Adam, Peter, Richard, Austin, Rose dan Lydia. Mereka sama-sama berasal dari USA. Bahasa Inggris mereka sangat jelas dan pelan sehingga aku mudah memahami ucapan mereka.

"Benar kan kataku, si Adam tampan sekali." Ucap Novita.

Sedaritadi Novita terus saja membicarakan Adam. Kuakui Adam yang paling tampan diantara keenam cowok itu. Tapi aku malas bergaul dengan mereka. Mungkin aku akan menikmati hari-hariku disini bersama kesendirianku.

"Na, kau mau ikut aku gabung dengan mereka? Lumayan lho sekalian melatih skill Bahasa Inggris kita."

Aku ini lumayan pemalu dan aneh rasanya bergaul dengan orang yang berbeda dariku. Tapi sungguh aku hanya ingin sendiri. Jika aku bosan, aku bisa mencari cara untuk menghilangkan rasa bosanku. By the way, kenapa sampai sekarang Taka belum menghubungiku ya padahal dia janji setiap pagi selalu menghubungiku? Entah mengapa perasaanku menjadi tidak enak.

"Ada apa? Kenapa kau diam saja?"

"Ngg.. Kau duluan saja. Nanti aku menyusul."

Secepat mungkin aku meninggalkan Novita yang kebingungan akan sikapku. Aku mencari tempat sepi lalu membuka ponselku dan mencari nama 'Taka Tengil'. Sambungan telpon tersambung tapi Taka tidak mengangkat juga. Aku ulangi. Tidak diangkat juga. Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada Taka? Kemudian aku mencoba menelpon Mama.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif."

Apa? Kenapa nomor Mama tidak aktif? Jarang Mama mematikan ponselnya. Lalu aku mencoba menelpon Papa.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif."

Kenapa Papa juga sama? Kenapa nomor HP Mama dan Papa sama-sama tidak aktif? Apa yang sedang direncanakan Mama dan Papa? Dan Taka, kenapa dia tidak mau mengangkat telponku padahal aku sudah menelponnya berkali-kali?

Oke Na, berpikirlah yang positif. Tapi ini sungguh aneh. Hhh.. Semua ini membuatku haus. Aku ingin membeli minuman dingin disini. Kebetulan ada penjual es yang letaknya tidak jauh dari tempatku ini.

"Bu, vanilla late-nya satu."

Sementara menunggu si Ibu membuat pesananku, aku kembali menelpon Taka. Tidak diangkat juga. Hah sialan! Apa yang sedang direncanakan mereka? Mendadak aku takut kehilangan. Sungguh, aku merasa seakan-akan aku kehilangan mereka, kehilangan orang yang aku cintai.

Aku mengambil vanilla late-ku lalu membayarnya. Aku meninggalkan tempat itu lalu berjalan terus ke depan hingga tiba di pasir pantai yang jaraknya tak jauh dari air laut. Baru saja aku menyedot vanilla late-ku...

"Eh, maaf."

Sialan! Aku belum merasakan vanilla late itu dan sekarang jatuh bercampuran dengan pasir pantai. Kesialan apakah ini? Ditambah lagi baju-ku kena apesnya. Aku mengangkat wajahku dan...

"KAU!" Ucapku setengah teriak.

Lelaki itu.. Lelaki Korea kemarin itu.. Dia terlihat panik dan kebingungan. Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?

Last Dance | GDRAGONWhere stories live. Discover now