1. Beda

11.1K 610 66
                                    

Diandra POV

Gue baru aja nyampe sekolah, keadaan sekitar terasa normal - normal aja, tapi ketika gue turun dari motor besar milik Leo, Semua mata yang tadi acuh, kini menghujam tajam kearah gue, seperti sebuah peringatan agar gue enyah dari samping Leo, yang sialnya kini ngerangkul pundak gue.

Leo Agarta Putra atau cowok yang akrab dipanggil Leo, adalah salah satu dari sederetan nama yang dipuja kaum hawa di SMA gue, SMA Abdi Jaya. Menurut semua mata yang kini menatap kami berdua. Leo tampak seperti Pangeran dari kerajaan antah berantah. Tubuhnya tinggi dan berisi sampai gue hanya setinggi pundaknya kalo masih berjalan bersamanya. Hidungnya mancung, garis wajahnya tegas dan bibirnya sexy menurut kalangan cewek.

Rambut hitam pekatnya yang nggak pernah dia sisir rapi menambahkan ketertarikan tersendiri, aroma masculine dari tubuhnya membuat siapa saja akan terpakku di tempat. Tatapan matanya yang seakan tersenyum membuat siapa saja terbang melayang dalam dunia hayal mereka.

Melebih lebihkan gue ternyata. Tapi bener ! gue nggak bohong. Meskipun gue udah eneg banget ama tampangnya, bagaimana enggak? selama 5 tahun gue besahabat akrab dengan dia, gue masih tetep ngakuin ketampanannya.

Hoek. Ember mana ember.

Seperti biasa gue hanya menatap malas kearah Leo saat kami udah berada di depan pintu kelas.

"Kenapa? Lo sakit?" Tanya Leo dengan nada khawatir.

Gue menggeleng sembari menghelai nafas "Gue capek diliatin terus terusan sama fans-fans Lo, mana tatapannya kayak mau mangsa gue lagi." Gerutu gue dengan suara yang sekecil - kecilnya agar hanya Leo yang bisa mendengar percakapan kami.

Leo tertawa geli, gue tau cowok ini merasa bangga banget kata - kata itu keluar dari mulut gue hampir setiap hari. Mungkin malah dia udah hafal kata - kata itu.

"Leo ! Leo!" Panggil beberapa cewek yang kini berlari kearah Leo, bahkan salah satu cewek ada yang mendorong gue dengan kencang hingga gue mundur beberapa langkah, membiarkan ke empat cewek itu mengerubungi Leo.

maniaknya pada dateng.

Leo menatap gue sesaat meminta pertolongan, tapi gue hanya mengedikan bahu untuk menyahutinya, Bukannya gue nggak mau bantuin cowok yang satu itu, Tapi kalo gue ikut campur, abis deh gue yang malah diomelin ama cewek-cewek centil itu.

"EH CUPU!!!" Panggil seseorang dari belakang gue. Gue menoleh, mata gue langsung menangkap bayangan orang yang kini berjalan menghampiri gue.

Ya Cupu, itulah panggilan gue di sekolah, tragis sekali setiap mendengar manusia manggil gue dengan sebutan itu.

"Syuhhh.... Minggir Lo!" Perintahnya dengan nada otoriter.

Gue pingin banget gampar ni cewek kalo gue nggak inget saat ini gue masih berada di area sekolah, tempat dimana gue harus memakai topeng gue.

Ya sekarang gue berpenampilan seperti anak - anak Kuper yang udik, Benar - benar nggak menarik perhatian siapapun. Boro - boro mau merhatiin gue, ngelirik aja kayaknya pas nggak sengaja. Itupun langsung ngalihin perhatiannya, sakit nggak tuh?

Gue mengangguk patuh lalu berjalan kearah bangku gue yang berada di pojok depan sebelah kanan.

"Pagi Dii." Sapa Rafa yang kebetulan satu kelas sama gue dan sebangku. Gue Cuma tersenyum sekilas kemudian duduk disebelahnya.

"Kenapa muka lo lecek kek gitu ? Belum disetrika?" Tanyanya. Ngelucu ni anak.

"Iya Gue lupa belum bayar listrik." Jawab gue sewot.

Rafa tertawa geli mendengar jawaban gue, seneng banget kayaknya tu anak kalo godain gue yang masih Bad Mood.

Rafael Dwi Anggara cowok yang sering dipanggil Rafa ini, adalah sahabat gue selain Leo, menurut temen gue yang lain Rafa orangnya pendiem, kaku dan cuek. Tapi menurut gue, Rafa nggak kek gitu, cowok yang berada di sebelah gue saat ini adalah cowok yang bisa melontarkan lelucon yang bikin gue ngakak, Rafa juga enggak pendiam, malahan cowok ini cerewet banget pas lagi duduk di kelas.

"Sepatu lo kok kotor?" Ujarnya tiba - tiba. Gue nunduk, tapi seketika sebuah jari telunjuk melintang dibawah hidung gue dan mengangkatnya.

"Kena." Katanya.

"Sial Lo Raf." Gerutu gue. Lagi-lagi Rafa ngakak, gue hanya bisa mengerucutkan bibir gue, pasalnya lelucon itu udah beribu kali Rafa lontarkan tapi tetap aja gue mesti tertipu.

"HEH!!!" Seseorang menggebrak meja gue. Gue menegadah, ternyata cewek yang tadi ngusir gue udah berdiri menjulang di sebelah meja Gue. "Lo punya Pinnya atau nomornya Leo?" Tanya Cewek itu.

"Pu...Pu..." Suara gue terputus putus, padahal si gue emang sengaja. Biar peran gue menjadi anak Kuper dan cupu itu seperti nyata. Cielah bahasa gue.

"Punya kagak?" Potongnya gue mengangguk.

"Sini hp lo!!!" Cewek itu membuka tangannya di hadapan Gue.

"T..t..tapi." Gue mengeluarkan hp jadul yang udah gue persiapin. Cewek itu hampir merebut Hp gue tapi sayang, Rafa lebih cepat.

"Lo bisa minta baik-baik kan?" Sergah Rafa

"Apaan si lo, diem aja, sini hpnya!"

"Udah Raf kasihin aja." Ujar gue menengahi.

"Lo nggak akan pernah dapet nomornya Leo." Kata Rafa "Pergi Lo!!!"

Cewek itu tadinya nggak ingin bergeming dari tempat, tapi mengingat siapa cowok yang diajak bicara akhirnya ia hanya menggerutu.

"Elo..." Cewek itu mengacungkan jari telunjuknya kearah Rafa.

"Apa?" tantangnya. Cewek itu mengumpat umpat sambil pergi dari hadapan gue.

"Ck, kasian ya lo." Kata Rafa simpati

"Diem aja deh, sini." Gue ngerebut hp yang berada di genggaman Rafa dan memasukkannya ke saku seragam.

"Dii?" Panggil Rafa

"Apa?"

"Ntar sore ada acara nggak?"

"Enggak."

"Kerumah Gue yuk?" Gue menoleh, tumben-tumbennya manusia satu ini ngajakin gue kerumahnya. Padahal selama ini gue nggak pernah tau dimana letak rumah ni anak, apa jangan-jangan dia nggak punya rumah dan dia tidurnya di pohon. Tarzan kalik, eh tapi apa ada tarzan secakep dia ?

Hiyyaaa apa tadi gue bilang, woi otak udah mulai eror ya elo.

"Tumben , ada apa?" Tanya gue karna penasaran

"Bibi Gue pulang kampung, rumah gue jadi kotor, ya kali aja lo mau gantiin." Ujarnya mengulum senyum.

"Sialan Lo!" Dengus gue kesal yang mampu ngebuat cowok itu ngakak lagi.

===Topeng ?===

Mulmed : Leo
^^ :D

30 Oktober 2014

Topeng ?Where stories live. Discover now