Jasmin menatap Kaisar, sebenarnya suasananya sangat canggung. Tetapi Jasmin mencoba mencairkannya.

"Bang, ke sini naik apa?" tanya Jasmin, setelahnya ia menghisap minuman-nya.

"Bawa mobil tadi, aku jemput Sehun di rumahnya. Aku penasaran banget soalnya." Kaisar cengar-cengir.

Jasmin mengerut dahi, ia bertanya, "Wajar sih, Abang kan pemilik sekolah."

"Bukan karena itu. Tapi karena tempat itu, tempat kami biasa nongkrong," ujar Kaisar, "kok bisa-bisanya ada mayat di situ. Serem banget." Kaisar menggosok kedua lengannya, mengisyaratkan ia merinding.

Jasmin terkekeh mendengar perkataan Kaisar. "Anak yang sering ngerasain hantu di sekitarnya. Masa bisa ngerasa serem dalam kondisi begitu? Sekarang aja kamu nggak ngerasa serem."

"Seremnya itu, karena kami semua nggak nyadar kalau di sana ada mayat. Padahal kami kan sering kumpul di sana," balas Kaisar.

"Oh gitu, kirain serem karena hantunya," kata Jasmin. "Lagi pula Bang, mayat itu ada sejak liburan. Kebetulan musim hujan, jadi wajar kamu nggak tau."

Kaisar terkejut sendiri dengan perkataan Jasmin, ia berkata, "Wah! Sadis banget."

Sehun datang membawa se-kresek makanan dan minuman yang ia beli. Mereka pun berjalan ber-iring menuju rumah Jasmin. Mereka meninggalkan mobil, di rumah Jasmin.

Sampai di rumah, Jasmin membawa mereka ke taman belakang. Di sana ada sebuah kursi gantung cukup untuk dua orang. Di sisi kanannya terdapat kursi berbentuk bulat. Lantainya terbuat dari kayu. Dengan beberapa tanaman yang mengisi  ruangnya.

Sehun duduk di kursi bulat, sedang yang lainnya duduk di kursi gantung. Kaisar memposisikan duduk berhadapan dengan Jasmin.

"Jadi kita mulai darimana?" tanya Kaisar antusias.

Jasmin menyandarkan punggungnya pada kursi. Ia menatap sebuah pot bunga kaktus. "Ada seorang cewek, dia dibuli di kelasnya, karena dia bukan orang yang berada. Semua orang mau dia menderita di kelas. Karena bagi beberapa anak, dia bisa ada kelas itu tanpa usaha.

Lalu, banyak orang yang menganggap, membuli orang seperti dia adalah hal yang biasa. Karena dia masuk ke sekolah dengan cuma-cuma. Ada beberapa yang lain, nganggap dia juga berusaha karena dia tekun belajar. Tapi anak-anak lain itu nggak punya power untuk ngebantu.

Hal yang memilukan terjadi, pada akhirnya ada orang yang ngebunuh dia karena iba. Menurutnya, ngebunuh siswi itu sama aja ngebantu ngeringanin kondisinya." Jasmin bercerita yang lain mendengarkan. Kaisar butuh beberapa saat sadar, kalau yang Jasmin ceritakan adalah kisah Mauza.

"Maksud kamu. Mayat di belakang sekolah itu Mauza?" tanya Kaisar dengan bingung. "Jadi kamu mukul Arnold kemarin karena kamu ngelihat semuanya?" tanya Kaisar.

Jasmin menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia berujar, "Nggak semuanya, karena tiba-tiba aku sadar sendiri," kata Jasmin, ia menatap Sehun. "Aku juga nggak ngerti kok bisa gitu," tambah Jasmin.

Tanpa sadar, air mata mulai mengalir dari mata Kaisar. Hatinya sangat hancur mendengar cerita Jasmin. Ia merasa gagal sebagai kekasih Mauza.

Jasmin memeluk Kaisar, mengusap punggung ringkihnya. Sehun memijat bahu Kaisar. Mereka merasakan duka yang sama, perih rasanya melihat seseorang yang kita cintai menangis karena hal yang cukup kejam untuk diketahui. Di pintu, Mauza berdiri menyorot layu Kaisar.

⚫🎑⚫

Hari ini di sekolah muncul kabut. Jasmin berjalan memasuki pagar sekolah. Langkahnya terhenti di depan sebuah pohon cemara, tempat Mauza meminta pertolongannya.

Untuk pertamakalinya, Jasmin berangkat sedikit lebih terlambat dari biasanya. Seluruh murid sudah mengisi lorong sekolah. Sehun sudah datang duluan. Kaisar kini berada di kelas mereka, dengan senyum yang terhias kala menatap Jasmin.

Bel sekolah berbunyi, baru saja Kaisar ingin kembali ke kelasnya. Tak lama seorang wanita masuk membuka pintu kelas Jasmin.

"Di sini ada yang bernama Jasmin?" tanya wanita yang berumur beberapa tahun lebih tua dari ayahnya.

Jasmin mengangkat tangannya. Netra paruh baya tersebut menatap Jasmin dengan senyum di bibirnya. Jasmin beranjak dari duduknya menghampiri paruh baya tersebut. Wanita tersebut pun melakukan hal yang sama. Tepat di tengah-tengah kelas, wanita tersebut masih tersenyum menatap Jasmin.

Tak lama, sebuah tamparan mendarat keras di pipi Jasmin. Kelas menjadi hening. Sehun yang duduk langsung beranjak dari duduknya, sedang Kaisar mendekati keduanya.

...

Ditampar itu, panas banget, Bu.
Sakit -.-

✔ INDIGO 1 | Kematian Gadis ItuWhere stories live. Discover now