29

781 26 3
                                    

"Assalamualaikum." Ucap seseorang membuka pintu, obrolan Rey dan Mika terhenti.

"Waalaikumsalam." Jawab mereka bersamaan.

"Kesini sama siapa, Bai?" Tanya Rey melihat Baila menghampirinya.

"Sendiri." Ucap Baila menaruh buah yang ia bawa. Mika beranjak pindah tempat. Memberi Baila tempat duduk disebelah Rey. "Gimana kakinya?" Tanya Baila melihat wajah Rey.

"Udah mendingan sakitnya." Rey tersenyum. Sudah lama ia tidak mengobrol dengan Baila. "Oh iya, tadi naik apa kesini? Taksi?" Tanya Rey.

"Dianter supir." Jawab Baila.

"Terus nanti pulangnya gimana?." Tanya Rey penasaran.

"Ditungguin kok diparkiran." Baila memperhatikan kaki Rey.

"Ohh gitu." Ucap Rey mengangguk mengerti.

"Rey." Panggil Baila.

"Yaa?" Jawab Rey penasaran menyerngitkan dahinya.

"Gue mau nanya."

"Apa tuh?" Rey penasaran.

"Selamat Sore Kak Rey." Ucap Dokter dan Suster yang berhenti didepan ranjang Rey.

"Iya sore." Jawab Rey.

"Kita periksa dulu ya." Timpal Dokter.

Mata Rey masih menatap Baila, ia masih penasaran apa yang ingin Baila tanyakan.

"Rey besok sudah bisa dioperasi ya, kemarin kan saya bilang kalo ga besok ya lusa, tapi besok bisa ko ini bengkaknya sudah kempes, nanti malem mulai puasa ya."  Ucap Dokter.

*DEG
Rey diam terpaku, sejujurnya ia masih belum siap operasi, Rey penakut dalam hal medis.

"Rey." Ucap Baila menepuk pundak Rey, "Denger gak kata dokter barusan?." Rey melihat wajah dokter berisyarat dokter mengulang pernyataannya.

"Rey takut ya dioperasi?" Tanya Dokter.

"E..engga dok." Ucap Rey tersenyum.

"Kalo berani jangan pucet gitu dong." Ledek Dokter.

Baika tertawa mendengar ledekan dokter.

"Cupu dia mah dok." Celetuk Baila.

"Yauda siapkan diri yaa jangan dipikirin, nanti sore suster kesini untuk mengabari jam berapa Rey bisa mulai puasa." Ucap Dokter.

"Baik, Dok. Terimakasih." Ucap Rey menghela napas. Dokter dan suster pun pergi dari kamar Rey.

Rey masih terdiam membisu. Menatap kaki yang disanggah kayu dan diperban.
"Hey." Ucap Baila.

"Ya?" Ucap Rey menatap Baila.

"Are you okay?" Tanya Baila. Rey mengangguk. "Tau ga?" Ucap Baila duduk berhadapan dengan Rey.

"Apa?" Tanya Rey.

"Operasi itu gak sakit tau. Jadi jangan takut." Jelas Baila. Rey menunduk. "Nanti lo bobo kok terus ga ngerasain sakit."  Lanjut Baila.

"Bener?" Tanya Rey memastikan.

"Iya bener." Jawab Baila.

"Assalamualaikum." Ucap seseorang menghampiri mereka semua.

"Waalaikumsalam." Jawab Rey, Baila dan Mika.

"Eh lo Dev, sama siapa?" Ucap Mika. Rey tersenyum. Memang Devva selalu datang untuk menjenguk Rey. Rey melihat Baila yang sudah merasa tidak nyaman.

"Gue sendiri." Ucap Devva kepada Mika. "Rey, gimana kakinya?" Tanya Devva tersenyum.

"Udah mendingan." Jawab Rey.

Keadaan menjadi hening, terlihat kecanggungan antara Baila dan Devva.
Sesekali Mika melihat ke Rey dan menyerngitkan dahinya. Rey tertawa melihat kelakuan Mika.

"Kalian kenapa?" Tanya Devva.

"Gapapa tuhh." Ucap Mika. Devva bergantian melihat ke Mika dan Rey.
Rey menggelengkan kepalanya.

*TRINGG
Hp Devva berbunyi, Ia mengangkat panggilan telponnya.
"Halo?" Ucap Devva.
"Hah? Oke gue kesana." Ucap Devva menutup panggilan telponnya.
Wajah Devva terlihat panik. Ia pamit kepada Rey, Baila dan Mika.

"Loh, mau kemana?." Tanya Rey.

"Gue ada perlu sebentar." Jawab Devva.

"Baru juga dateng, ko langsung cabut." Ledek Mika.

"Urgent nihh, gue cabut dulu, duluan yaa." Ucap Devva langsung beranjak.

Baila melihat wajah Rey, terlihat perubahan, tadi Rey terlihat gembira, sekarang justru menjadi murung.

"Rey" ucap Baila memegang pundaknya.

"Ya?"

"Udah makan belum?." Tanya Baila sambil membuka makanan.

"Gue lagi ga nafsu makan." Jawab Rey.

"Tapi lo harus tetep makan kan, makan ya? Dikit aja gapapa yang penting perut lo keisi. Sini gue suapin." Ucap Baila.

Rey nurut, ia makan saat disuapin Baila. Pikirannya masih melayang. Apa yang terjadi kepada Devva? Ia tidak ingin memikirkan itu, tapi otaknya seakan memaksa untuk memikirkannya.

ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang