KILIG 9 : CANTIK

843 79 186
                                    

🎶Cantik - kahitna

☕☕

"Jangan pernah menilai kecantikan wanita hanya dari satu sudut pandangan. Karena mereka memiliki kecantikannya masing-masing dalam sudut pandang yang berbeda."

☕☕

Samia menelusuri koridor rumah sakit, dia mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri. Sampai akhirnya dia bertemu laki-laki yang tengah berdiri di dekat jendela. Dia bertanya tanpa ragu pada lelaki itu. "Mas, tau laboratium untuk ngecek darah?"

Lelaki itu menoleh, membawa raut wajah sendu, "Via?"

Dahi Samia perlahan bergelombang, lalu menoleh ke belakang dan kesamping kanan kirinya, tidak ada satupun orang kecuali mereka berdua yang berada di koridor itu. Lelaki itu sadar dengan ekspresi gadis di hadapannya, dia segera menjernihkan pikirannya. berhalusinasi lagi.

"Mas, kok bengong? Aku nanya malah di cuekin." Ucapan gadis itu menyadarkannya.

"Hm--Maaf."

"Gak perlu minta maaf, mas, cukup tunjukkin aja jalan ke laboraturium."

"Lo lurus aja, setelah itu belok kanan, tepat di depan kamar mayat."

Mata Samia melebar sempurna. Kenapa harus kamar mayat? Dia paling malas jika sudah menyangkut hal-hal seperti ini, mendengarnya saja sudah membuat bulu kuduknya merinding. Dia takut dengan hal-hal yang berbau hantu walaupun dia tidak bisa melihat seperti adiknya tapi tetap saja, namanya ketemu orang yang sudah meninggal pasti ngeri juga.

"Mas bercanda nih. Mana mungkin laboraturium depan kamar mayat," ucap Samia dengan nada candaan.

"Kenapa gue harus bohong sama lo? Kenal juga enggak," sahutnya sedikit ketus.

"Oh, jadi ini kode, kalau mau kenalan langsung bilang aja, gak usah pake ngeles segala, pake bawa-bawa kamar mayat lagi." Samia mengulurkan tangannya. "Samia Arguella," ucapnya penuh percaya diri.

"Aneh."

Lelaki bergeming membuat Samia menurunkan uluran tangannya perlahan. "Oke, jadi nama kamu, Aneh? Lucu banget namanya." Samia terkekeh pelan.

Baru saja lelaki itu ingin pergi, namun Samia menahan ujung baju lelaki itu. "Boleh anterin sekaligus temenin gak?" Tanya Samia sambil memasang puppy eyesnya.

Seketika tubuhnya menegang, otaknya memutar kembali ingatan dimana mantannya, melakukan hal yang sama ketika meminta sesuatu darinya. Entah mengapa ada desiran hangat yang menjalar di sekujur tubuhnya.

"Mas Aneh, gimana, mau gak?" Tanya Samia tidak sabaran.

"Nama gue, Dayan. Bukan Aneh," tegasnya. "Satu lagi, jangan panggil gue mas."

"Okey, Dayan, mau kan anterin aku ke laboraturium?" Pintanya sekali lagi.

Dayan hanya mengangguk pasrah sebelum dia menggerutu pelan. Dia berjalan mendahului Samia dengan raut wajah setengah kesal, bisa-bisanya dia harus di pusingkan dengan cewek manja seperti Samia.

"Mas-eh salah, Dayan maksud aku. Kamu sakit apa? Udah berapa lama di rawat disini?"

Dayan hanya diam dan terus berjalan tanpa memperdulikan celotehan Samia. Tiba-tiba dia merasa ada yang menarik ujung bajunya, ternyata gadis itu. Terlihat dari raut wajah Samia kalau dia sedang ketakutan. Dilihat dari situasinya memang sepanjang koridor sepi dan hanya ada mereka berdua saja.

"Aku takut," lirih Samia, sesekali gadis itu memejamkan matanya dan menggigiti bibir bawahnya. Membuatnya terlihat menggemaskan di mata Dayan. Tunggu, menggemaskan? Tidak mungkin, Dayan pasti berhalusinasi lagi.

[WPS #2] KILIGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang