42# kakak ipar

1.1K 99 17
                                    

"Tetap dibelakang ku! " Jimin.

Jishaa kemudian mundur ke belakang Jimin. Jimin masih menatap lekat para perampok yang akan menyerang mereka.

Para perampok itu kemudian berubah menjadi serigala dan Jimin juga berubah menjadi serigala abu-abu. Para perampok itu jumlahnya 4 orang dan mereka maju secara bersamaan.

Jishaa lalu menepi agar tidak terluka, menyaksikan pertarungan Jimin yg awalnya adalah surexerrunt alba, menjadi serigala abu-abu yang berbadan kekar.

Jimin berhasil menghindari serangan serigala tadi. Jimin pun membesarkan(?)  Badanya dan mulai mencakar para perampok werewolf tadi. Hanya dalam hitungan detik Jimin selesai dalam acara mencakar nya.

Ia lalu menghampiri Jishaa dan menanyakan keadaan Jishaa.

"Kau tak apa? " Jimin

"Tidak. Kau? " Jishaa

"Aku baik-baik saja. Ayo segera masuk. Kita bisa istirahat dulu di rumah ku. " Jimin

"Ne, ayo" Jishaa.

Sebenarnya Jishaa ingin menanyakan hal lain pada Jimin tapi karena ia rasa Jimin capek, dia urungkan niatnya. Jimin menarik Jishaa untuk melesat agar dia cepat sampai di rumah. Ada barang yang ingin Jimin cari dirumah lamanya.

Tak butuh waktu lama mereka sudah sampai di rumah Jimin. Jimin kemudian membuka pintu rumah nya, mempersilahkan Jishaa masuk.

"Jishaa, istirahat dulu di kamar ku. Aku ingin mencari sesuatu dulu. " Jimin

"Ne. Baiklah" Jishaa.

Lagi lagi Jishaa mengurungkan niat nya lagi. Jishaa kemudian masuk kekamar yang ditunjuk Jimin. Dia kemudian duduk di pinggir kasur, mengingat kejadian tadi.

Jishaa Pov

Entah bagaimana bisa, aku masih memikirkan kejadian tadi. Aku sedikit tersenyum mengingat Jimin memelukku. Pelukannya hangat dan harum. Kalo boleh jujur, Jimin itu sangat tampan, matanya yang mempesona, wajah manis namun terkesan tegas, suaranya yang halus, serta perhatiannya. Aku suka semuanya.

Aku suka semua yang ada pada Jimin. Walau terkadang dia menyebalkan, angkuh dan sedikit mesum, tapi aku menyukainya. Ingin sekali aku mengusap wajah nya dengan tangan ku, aku ingin memeluknya lagi, aku ingin dia selalu bersama ku.

Walaupun kita baru kenal bahkan belum 24 jam, tetapi aku sudah nyaman berada disisinya. Aku tidak tau apakah itu adalah sebuah rasa atau obsesi belaka?

Hahh, aku kurang paham tentang itu. Aku kembali mengingat saat Jimin pertama kali menghampiri ku, saat pertama kali dia mengajak ku berbicara, saat pertama kali aku menatap lekat mata indahnya, saat pertama kali aku memeluknya, dan saat pertama kali aku dengar ia mengucapkan janji untuk ku.

"J-janji? " Batinku.

Seketika mataku memanas. Pandangan ku buram akibat genangan air mata ku yang mungkin sedikit lagi akan tumpah. Dan benar saja, air mata ku tumpah membasahi pipiku.

Ingatan kelam yang sudah ku kubur dalam dalam, kini sudah kembali muncul dalam ingatanku. Kenapa aku masih mengingat 'dia' yang sebenarnya tidak akan pernah ada di sisiku untuk selamanya. Kenapa aku harus percaya bahwa 'dia' akan menepati janjinya, tapi sekarang. Hh. Bahkan namanya saja aku tidak pernah mendengar nya.

Aku mengusap genangan air yang membasahi pipiku. Sudah cukup aku tersiksa karena keluarga ku. Aku ingin bahagia. Aku ingin bahagia dengan caraku sendiri. Tidak ada perintah, dan tidak ada bentakan. Kalau boleh aku ingin ikut Jimin.

the legends of vampire [END] Where stories live. Discover now