12 - DEBATE

388 69 1
                                    

Mondar-mandir adalah hal yang dilakukan Nasa.

Kalau dipikir-pikir, ini namanya balas dendam. Januar mendorongnya saat gempa semalam dan membuatnya sakit hati karena itu. Sekarang, Nasa-lah yang mendorong Januar hingga membuat cowok itu dilarikan ke rumah sakit.

Balasannya setimpal.

Sama-sama menyakitkan.

"Lo pasti hendak melakukan itu kan? Ya, gue tahu hormon kalian sedang tinggi. Tapi bisa nggak sih—" ucapan wanita itu terpotong oleh Nasa.

"Nggak! Gue dan Januar nggak melakukan yang aneh-aneh!"

"Lah? Posisi kalian saat itu jelas-jelas sangat mendukung! Kebetulan aja langsung keciduk, kalo nggak pasti kelepasan!"

Perdebatan mereka terhenti saat Juan datang dengan berlari menghampiri mereka. Ia terengah-engah dan menatap wanita cempreng itu. "Januar masih di dalam, Nat?"

Wanita yang bernama Natasha  langsung memukul lengan Juan berkali-kali. "Aku telepon nggak diangkat! Adik kamu lagi sekarat gara-gara dia seharusnya kamu mikir dong!"

"Maaf, hape aku di-silent. Tapi Januar nggak apa-apa kan?"

Nasa menatap Juan sembari melipat lengannya. "Tenang aja. Lukanya nggak gede kok. Paling cuma lima jahitan."

"Lima jahitan dari mana?! Jelas-jelas tadi darahnya mengalir banyak! Meninggal karena kehabisan darah bisa ka—"

Juan mengalungkan lengannya di leher Natasha dan menutup mulutnya cepat. "Hush, jangan ngomong yang aneh-aneh. Tenang."

"Gimana nggak tenang?! Darahnya banyak gitu! Lihat baju aku yang penuh sama darah!" ucap Natasha kesal.

Juan menatap kunci yang ada di tangannya. "Kebetulan aku punya baju bersih di mobil. Mending kamu ganti. Ayo aku anterin," mata Juan beralih ke arah Nasa. "Nas, titip Januar sebentar ya?"

Nasa menganggukkan kepala. Setelah kepergian mereka berdua, cewek itu cemberut sembari ngedumel. Menyumpah serampah kekasih Juan karena sifat bawelnya dan suka berteriak tidak tahu tempat.

Salah satu dokter keluar dari ruang UGD dan tersenyum ke arah Nasa.

"Keadaan pasien bagaimana, Dok? Dia nggak apa-apa kan?"

"Syukurlah tidak ada luka serius pada pasien. Hanya saja dahinya sedikit robek yang mengharuskan kami menjahitnya sebanyak lima jahitan. Saat ini pasien sudah tersadar. Anda bisa menjenguknya."

Tuh kan, perkiraannya ternyata benar. Memang Natasha saja yang berlebihan.

"Ah, baik. Terima kasih banyak, Dok."

"Sama-sama."

Nasa segera menghampiri ranjang milik Januar yang berada di balik sekat gorden. Cowok itu sedang menatap plafon putih sembari termenung, seakan memikirkan suatu hal.

"Januar, gimana keadaan lo?"

"Deg-degan."

"Hah?"

Januar segera menyadari ucapannya dan langsung menatap Nasa. "Nggak apa-apa. Gue deg-degan karena besok ada kompetisi. Selain itu, gue penasaran sama ending film Spiderman."

Sumpah? Jelas-jelas dirinya sedang sakit, bagaimana bisa dia memikirkan hal-hal yang tidak penting?

"Lo nggak usah ikut kompetisi apalah itu. Udah istirahat aja yang cukup."

Januar menggeleng cepat. "Nggak bisa. Gue harus. Mengikuti lomba dan memperbanyak sertifikat adalah misi gue supaya bisa ngambil S2 di luar negeri dengan beasiswa."

Under Nasa's SpellWhere stories live. Discover now