30. GHOSTING

154 24 0
                                    

Mi instan yang asapnya sedari tadi mengepul dibiarkannya dingin hingga akhirnya mengembang. Cowok itu tidak menyentuh makanannya sama sekali. Ia menatap kosong televisi gantung kantin yang menayangkan berita tentang kasus pembunuhan orangtua Nasa yang terus berlanjut.

Chaka mengambil sendok bersih di atas meja lalu mengetuk kepala Januar agar tersadar dari lamunan. "Lo udah dapet duit dari taruhan juga! Happy dikit napa, sih. Ngelamun mulu lo."

Ingat dengan kompetisi statistika yang diikuti Januar dan Chaka? Ya, Januar memenangkan kompetisinya dengan berada di peringkat kedua dan memenangkan hadiah uang tunai. Sementara Chaka hanya mendapat remah-remah ucapan terima kasih dari para juri karena telah mengikuti kompetisi tersebut.

Januar menghela napas dan menyingkirkan mi instan di hadapannya ke arah Chaka. "Buat lo aja, nih. Gue nggak mood makan."

Chaka tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sudah dua minggu terakhir ini ia melihat Januar seperti tidak ada semangat hidup. Belajar malas, makan pun tidak berselera. Biasanya ia akan ceria sepanjang hari setelah memenangkan uang tunai dari taruhan dan kompetisi yang diikutinya. Namun, semenjak kepergian Nasa, entah mengapa Januar menjadi orang yang berbeda.

"Karena Nasa-kah?" tanya Chaka berasumsi sekaligus memancingnya untuk bercerita.

Januar menenggelamkan kepalanya pada meja lalu mengangguk. Nasa menjadi alasan terbesarnya mengapa Januar jadi malas untuk menjalani kehidupannya. Cewek itu selalu menolak panggilan teleponnya. Terakhir kali Nasa menghubunginya adalah saat Januar mengantarkannya ke rumah. Ia meminta maaf padanya karena telah merepotkannya dan berterima kasih karena telah memberi tempat tinggal sementara walaupun pada awalnya dipaksa Nasa.

Cewek dengan nama asli Nasa Zevanya itu juga meminta izin pada Januar untuk membawa kasus penculikan yang dialaminya sewaktu kecil ke meja hijau sebagai bentuk pembelaan diri terhadap kasus Nasa. Tentu saja, Januar menyetujuinya dan mengirimkan semua berkas yang dibutuhkan cewek itu melalui pesan elektronik.

Pesan terakhir Nasa sebelum mereka lost contact adalah saat ia menyuruh Januar untuk fokus pada kuliahnya. Cewek itu juga memutuskan untuk pindah karena tidak ingin kehadirannya di apartemen Januar malah memberikan pengaruh buruk pada kegiatan belajar yang dilakukan Januar.

"Ini gue di-ghosting bukan, sih?" gumam Januar pelan.

"Lo di-ghosting Nasa? Kenapa?" tanya Chaka penasaran.

Sebelum menjawab, cowok itu menghela napasnya. "Gue nembak Nasa sebelumnya dan semenjak Nasa pindah, dia gak pernah angkat telepon gue."

Mata sahabatnya melebar saat mendengar ucapan Januar. Sebelum Chaka bersumpah serapah, Januar menyumpal mulut Chaka dengan bakso dari mangkoknya. "Gak usah berisik."

Chaka mengunyah baksonya sembari berbicara tidak jelas.

"Telan dulu, kek," tambah Januar dengan wajah datar.

Setelah menelan kunyahannya, Chaka memegang kedua pundak Januar lalu mengguncangkannya. "Lo gila?! Dia baru aja putus, woi! Lo gak mikirin perasaannya yang habis disakitin Arka, ya? Gila, gak habis pikir gue sama lo. Pantesan aja dia nge-ghosting lo."

"Hah, maksud lo?"

"Timing lo gak tepat, Januar. Dia baru aja diselingkuhin Arka, lho! Nih ya, gue kasih tahu. Cewek kalo udah dikhianatin sama seseorang, bakalan lama buat nyembuhin lukanya. Bahkan mereka gak kepikiran buat jalin hubungan baru dengan seseorang, karena masih trauma dengan rasa sakitnya. Plus, secara gak langsung lo udah merusak hubungan baik lo dengan Nasa."

Januar menjambak rambutnya saat menyadari kebodohannya. "Ya Tuhan, gue gak mikir sampai sana."

"Makanya kalo ada apa-apa tuh cerita. Jadi, lo gak kelimpungan kayak gini. Sekarang mau gimana lagi? Sabar aja, deh. Hanna juga bilang kalau akhir-akhir ini Nasa emang lagi sibuk. Mungkin itu sebabnya dia nggak angkat telepon lo," ucap Chaka yang mengambil alih mangkok mi instan Januar.

Under Nasa's SpellWhere stories live. Discover now