22. TELL

183 31 0
                                    

Ponsel lamanya bergetar tanpa henti saat cewek itu menyalakannya setelah berabad-abad. Ratusan panggilan tidak terjawab dan ribuan pesan dari kerabat dekatnya memenuhi notifikasi. Nasa membiarkannya untuk sejenak dan kembali mengemas barang-barangnya. Waktunya tidak banyak. Ia tidak ingin Januar terkena omelan dari orang tuanya kalau mereka tahu bahwa seorang wanita menumpang di apartemennya.

Setelah getaran pada ponselnya berhenti, Nasa langsung mencari kontak asistennya, Hanna. Selama Nasa bekerja, selain Veronica, ada Hanna yang selalu berada di sampingnya jika cewek itu membutuhkan sesuatu. Sifatnya yang ceria dan cekatan, membuat Nasa nyaman. Kebetulan, sebelum Nasa merencanakan akan kabur dari jeratan Veronica, cewek yang di bawah dua tahun dari umurnya itu mengajukan cuti selama 10 hari, karena sang adik yang berada di kampung halaman meninggal dunia.

Walaupun asistennya hanya meminta cuti 10 hari, namun Nasa tetap memberikan kebebasan pada Hanna untuk kembali bekerja kapan saja, karena ia tahu, ditinggalkan orang terkasih untuk selamanya membutuhkan waktu lama untuk bisa bangkit kembali.

Dalam deringan pertama, asistennya langsung mengangkat teleponnya. Sahutan khas dari balik telepon membuat Nasa tersenyum. "Mba Nasa! Dari tadi aku nyariin kamu tahu! Ternyata kamu udah pergi duluan."

Nasa hanya terkekeh. "Tolong jemput aku sekarang juga ya. Aku udah kirim lokasinya di chat. "

"Oke, laksanakan! Kebetulan aku sama Pak Yunus lagi ngobrol, jadi kita bisa langsung cabut. Oh ya, Mba Nasa punya banyak utang cerita lho selama aku nggak ada! Jangan lupa!"

"Iya-iya, nanti aku ceritain. Kalau udah sampai lobi apartemen bilang ya."

Setelah mendengar jawaban Hanna, Nasa langsung mematikan ponsel dan menutup resleting kopernya. Ia menatap ke depan dan terkejut saat melihat sosok Januar yang murung dengan bahu kanan bersandar pada pintu.

"Nas, nanti lo janji ya bakalan telepon gue? Sekalian minta ke agensi lo beberapa bodyguard buat jagain rumah lo. Kalau penyusup masuk, bahaya, nggak ada yang tahu."

Cewek itu berdiri dan mendorong kopernya, keluar dari kamar dan melewati Januar. Ia melihat pigura yang berisi kontrak perjanjian mereka lalu mencabutnya, memberikan benda berbentuk persegi itu pada Januar. "Santai aja. Kenapa muka lo murung gitu?"

Januar menggeleng. Ia mengalihkan pandangannya dengan menatap pigura yang ia pegang. "Nothing."

"Dia galau ditinggal lo, Nas," ceplos Juan sembari memberikan secangkir teh untuk Januar.

Adiknya mendecak. "Apaan sih lo, Kak."

Tawa kecil Nasa terdengar. Bagi mereka, menggoda Januar memang cukup menyenangkan. Nasa menganggap bahwa Januar adalah cowok yang sangat polos, mengingat ia tidak pernah berpacaran sama sekali. Bahkan, jika Nasa lihat, Januar adalah tipe cowok yang tidak tahu atau jika tahu pun, pasti akan berusaha untuk menyangkal perasaannya sendiri.

"Inget kata Juan, lo besok harus ke psikiater. Your mental health is more important than anything."

Januar mengangguk. Nasa kembali berdiri saat menerima sebuah pesan dari asistennya. Ia berpamitan pada kakak-beradik itu karena telah mengizinkannya untuk tinggal di kediaman mereka selama ia kabur dari jeratan Veronica. Mereka terutama Januar, ada disaat Nasa kesulitan, walaupun Nasa harus menyogoknya agar diizinkan tinggal, tapi Nasa tetap bersyukur. Selama ini Januar cukup baik padanya.

"Gue antar lo ke lobi," ucap Januar pada Nasa. Ia melihat kakaknya yang ikut berdiri lalu memelototkan mata, "lo nggak usah ikut!"

Nasa terkejut akan ucapan yang dilontarkan Januar. Cewek itu melihat ekspresi Juan yang menahan senyum kemudian berpura-pura menghalau lalat. "Siapa juga yang mau nganterin, orang gue mau ke dapur yeee~"

Under Nasa's SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang