41. WENT HOME

268 13 2
                                    

"Kamu mau?" tanya Januar sembari menyodorkan snack-nya pada Nasa yang sedang menyetir.

Cewek itu membuka mulutnya sebagai jawaban lalu tangan Januar bergerak untuk menyuapinya.

"Andai aku punya SIM, pasti udah aku sopirin. Seenggaknya kamu jadi bisa istirahat selama di perjalanan."

"It's okay. Rumah mama kamu juga gak begitu jauh kok. Cuma makan waktu dua jam doang. Mending kamu aja yang tidur, kamu juga pasti capek kan dari tadi pagi bersih-bersih apartemen dulu sebelum aku datang?"

Januar menggeleng. "Nggak. Aku gak mau sia-siain waktu bareng kamu. Daripada tidur, mending lihatin kamu nyetir."

Nasa tertawa terbahak-bahak. "Yakin gak bosan ngelihatin aku terus?"

"Ngapain bosan lihat pacar sendiri?"

"Alright, let's see seberapa lama kamu gak bosan lihatin aku nyetir."

Selama di perjalanan, Januar benar-benar hanya memandang Nasa yang sedang menyetir. Tak ada satupun dari mereka yang bersuara, hanya radio dan klakson mobil dari luar yang menjadi pengisi keheningan mereka.

Disaat Nasa menengok ke arah Januar, cowok di sebelahnya itu refleks mengangkat satu alisnya sebagai bentuk pertanyaan. Namun, Nasa hanya menggeleng dan berusaha untuk menyembunyikan semburat merah di pipinya karena malu ditatap oleh kekasihnya.

Karena tidak ada pertanyaan yang dilontarkan Nasa, maka Januar-lah yang berinisiatif untuk bertanya. "Oh ya, Nas. Kalau kamu ketemu orang tuaku nanti, kamu mau kita tetap backstreet atau gimana?"

"Kenalin aku sebagai pacar kamu."

Jawaban Nasa sukses membuat bibir tipis Januar tertarik ke atas. Ia tertawa kecil karena tidak menyangka bahwa kalimat tersebut akan keluar dari mulut Nasa.

"Lagipula sebelum kamu kenalin juga dia pasti udah tahu duluan," tambah Nasa lagi. Tangannya meraih snack yang sebelumnya telah dibuka Januar, lalu kembali memakannya.

"Kenapa kamu bisa tahu?"

"Insting orang tua itu kuat banget."

Januar menepuk tangannya sekali. Wajah antusiasnya terlihat jelas dengan matanya yang berbinar. "Oke! Nanti aku bilang di depan orang tuaku kalau kamu udah jadi pacar aku."

Nasa terkekeh. Perjalanan keduanya kini diisi dengan canda tawa yang mengular hingga tak terasa bahwa kini mobil yang dikendarai cewek itu memasuki area perumahan. Terdapat sebuah lapangan besar yang diisi dengan banyaknya tenda dan wahana permainan pasar malam.

"Wah, di sini juga ada pasar malam?" tanya Nasa pada Januar.

"Ah, iya. Setiap enam bulan sekali, lapangan di daerah rumah orang tuaku emang selalu ngadain pasar malam. Mau ke sana nanti malam?"

"Boleh banget! Ayo nanti ke sana!" seru Nasa bersemangat.

Januar mengangguk setuju. Hanya dalam waktu tiga menit dari lapangan pasar malam, keduanya sudah sampai di depan rumah orang tua Januar. Ada sekelompok anak SMA yang baru saja keluar dari rumah besar tersebut hingga membuat Nasa bertanya-tanya.

"Kenapa banyak anak SMA, Januar?'

Januar melepas sabuk pengamannya. "Mamaku guru SMA, Nas. Hampir setiap hari ada aja anak muridnya yang dateng ke sini buat belajar sama Mama. Cara ngajarnya itu, lho, asyik dan gampang masuk ke otak, jadi bikin murid betah lama-lama belajar sama Mama."

"Walaupun ini hari Sabtu yang notabenenya adalah hari libur?"

"Yep," balas Januar singkat. Cowok itu beranjak keluar lalu membuka pintu pagar yang menjulang ke atas agar mobil Nasa dapat memasuki halaman rumahnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 23, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Under Nasa's SpellWhere stories live. Discover now