9 - AN EARTHQUAKE

425 72 0
                                    

Kedua tangan Nasa masih bergetar saat mereka berhasil mengelabui Arka dan Veronica. Di sebelahnya, Januar merebut ponsel Nasa dan membuka tempat penyimpanan kartu SIM lalu mengambilnya.

"Jangan lagi lo coba-coba buat berhubungan dengan mereka kalo lo masih mau berada di fase ingin menghilang. Itu sama aja kayak lo masukin diri sendiri ke lubang buaya," ucap Januar dan memotong kartu SIM milik Nasa dengan jarinya.

"Ya, maaf," ucap Nasa sembari mengepalkan tangannya. Mencoba untuk tenang.

Januar membuang kartu SIM yang telah terbelah dua itu ke tong sampah. "Gue mohon sama lo, untuk nggak melakukan hal yang aneh-aneh. Gue nggak mau kejadian ini terulang lagi."

Nasa mengangguk.

"Ini kenapa hape lo bisa retak?" tanya Januar menengok ke arah Nasa.

"Gue banting, abis gue kesel liat akun gosip perihal Arka sama cewek barunya."

"Gila lo ya. Gue tahu lo kaya, tapi nggak gini juga. Kalo hape lo rusak, gue nggak akan beliin lagi."

"Iya-iya. Terserah lo deh," ucap Nasa acuh tak acuh.

Mereka turun dari bis dan menghampiri sebuah konter pulsa untuk membeli kartu SIM baru.

"Untuk pengaktifan kartunya pakai nama siapa ya?"

"Saya-"

"Saya aja." Januar memotong ucapan Nasa cepat.

Nasa di sebelahnya memanyunkan bibirnya. Ia mengedarkan pandangannya untuk melihat-lihat. Kakinya melangkah ke arah anak sekitaran umur 10 tahun yang mengenakan baju seragam sekolah sedang terduduk lesu sembari menjajakan barang dagangannya berupa kue donat.

Cewek itu berjongkok dan membuka maskernya. "Dek mau beli dong."

Anak lelaki itu tersenyum. "Boleh, Kak. Mau yang mana?"

Nasa menunjuk kue yang diinginkannya. "Semuanya."

"Wah yang bener?!" tanya anak itu tidak percaya.

Dia menganggukkan kepalanya. "Iya."

Anak itu dengan semangat mengambil kantong plastik dan menghitung jumlah kue yang masuk dalam kantong. Sementara itu, Januar yang telah selesai membeli kartu SIM segera menghampiri Nasa. "Lo beli semuanya?"

"Berisik," ceplos Nasa pada Januar. Ia kembali menatap anak itu dengan senyumannya.

"Kok jualan pakai baju sekolah?"

Anak itu tersenyum menunjukkan salah satu gigi depannya yang berlubang. "Abis pulang sekolah, Kak. Biasanya aku jualan di sekolah, tapi karena dagangannya nggak abis aku jualan di luar deh."

"Setiap hari?" tanya Nasa lagi.

Anak itu mengangguk. Ia memberikan kantong plastik berisi semua kue yang dibeli Nasa. "Semuanya jadi dua puluh ribu, Kak."

"Wah? Satu kuenya berapa?" tanya Nasa penasaran.

"Satu kue seribu, Kak."

Nasa mengeluarkan uang seratus ribu dari celananya. "Ini, kembaliannya ambil aja."

"Loh? Ini kebanyakan, Kak," ucap anak itu sembari kebingungan.

Nasa mengusap kepala anak itu. "Nggak apa-apa. Itu rezeki kamu. Mau tips jualan biar untung gede nggak?"

"Gimana tuh, Kak?"

"Kalo jualannya di luar sekolah, naikkin lagi harga kuenya. Contohnya kayak gini, misalnya kamu jualan kue dengan harga seribu di sekolah, kamu akan dapat keuntungan 500 perak dari satu kue. Namun, kalau kamu jual di luar dengan harga 2000 untuk satu kue, maka kamu akan dapat keuntungan 1500, untungnya tiga kali lipat dari penghasilan kamu sebelumnya."

Under Nasa's SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang