38. UNLOCK IT

134 19 0
                                    

Tubuhnya membeku. Januar berusaha untuk mencerna ucapan yang dilontarkan Nasa barusan. "G-gue gak salah dengar 'kan?"

Nasa memasang wajah datar, merasa jengkel karena tangannya yang sedari tadi ia ulurkan kepada Januar tak dihiraukan oleh cowok itu. "Dalam hitungan ketiga kalau lo gak balas uluran ta-"

Januar langsung menerima uluran tangan Nasa sebelum cewek itu menyelesaikan kalimatnya. "Boleh gue tanya? Kita nge-date sebagai teman atau pasangan?"

Cewek itu memijat pangkal hidungnya karena terlanjur frustasi. "Lo tuh ya, benar-benar, ugh!"

"Maaf tapi ajakan lo barusan terdengar samar-samar bagi gue yang butuh kepastian jelas," ucap Januar lagi dengan kepala menunduk. Kali ini ia merasa bersalah pada Nasa karena sinyal otaknya beralih menjadi 2G jika membahas soal percintaan.

Nasa mengalungkan lengannya pada lengan Januar dan menariknya untuk berjalan-jalan di sekitar pantai. "Gue ngajak lo nge-date sebagai pasangan or as my boyfriend."

Januar berhenti melangkah. Ia merasakan otot kakinya yang tiba-tiba lemas seperti jeli hingga membuat dirinya terjatuh di atas pasir. Ditambah dengan jantungnya yang berdegup kencang, ia menduga bahwa ini terjadi setelah mendengar pernyataan Nasa.

Mengapa cewek itu selalu membuat Januar sakit dengan tindakannya yang selalu tiba-tiba? Dari Januar yang demam tinggi karena ciuman Nasa saat tidur berjalan, hingga efek yang kini ia rasakan karena pernyataan cewek itu. Atau sebenarnya ini bukanlah penyakit bawaan, melainkan sebuah efek bernama kupu-kupu berterbangan dalam perut yang dirasakan seseorang saat sedang jatuh cinta?

Sewaktu SMA, Januar pernah membaca novel romansa. Hal yang dialami oleh karakter utama saat jatuh cinta persis dengan keadaannya saat ini.

"Januar lo gak apa-apa?" tanya Nasa panik. Ia menepuk-nepuk pipi Januar untuk menyadarkannya.

Januar menggelengkan kepalanya. "Jantung gue berdetak begitu cepat dan hati gue serasa mau meledak."

Cewek itu tertawa saat mengerti maksud dari perkatan Januar. Ia ikut duduk di hadapan cowok itu dengan melipat kedua kakinya. "Lo mau merasakan hal yang lebih meledak lagi?"

Januar semakin gugup mendengar pertanyaan Nasa. "A-apa?"

Nasa mengecup bibir Januar secepat kilat yang membuat cowok itu terkejut.

"Can you do it again?" tanya Januar lagi dengan mata yang menyorotkan permohonan pada kekasihnya.

Cewek itu beranjak, menepuk-nepukan celananya untuk membersihkan pasir yang menempel, kemudian ia mengulurkan tangannya pada Januar. "Not today, ayo pergi dari sini, perut gue lapar."

"Tapi... hati gue belum sepenuhnya meledak, Nas," keluh Januar lagi sembari merengut.

Suara perut berbunyi tiba-tiba terdengar dari perut Nasa. Januar menerima uluran tangan Nasa lalu menariknya pergi dari pinggir pantai. Nasa melihat dengan jelas perubahan sikap Januar yang kini tampak lebih serius daripada sebelumnya.

"Sejak kapan lo belum makan? Ini udah mau jam 5, lho, Nas."

"Semalam."

"Nas! Astaga, kenapa seharian ini lo gak makan?!" berang Januar tidak percaya.

"Gue gak pernah makan setiap pergi ziarah ke makam orang tua gue. Ini udah jadi kebiasaan setelah nyokap-bokap meninggal. Gue selalu merasa hampa dan kosong saat mengunjungi makam mereka, sampai hal itu mempengaruhi mood gue untuk makan. Biasanya gue akan makan lagi keesokan harinya, sih. Gue gak ngerti kenapa hari ini perut gue bisa keroncongan."

Under Nasa's SpellWhere stories live. Discover now